Cerita Tak Terlupakan Saat Bang Ical Memimpin Kadin
Oleh: Dewi Motik Pramono
Pengusaha ternama. Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani). None Jakarta, Ratu Luwes Ikatan Mahasiswa Djakarta (Imada) dan Ratu Jakarta Fair pada 1968. Pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi).
Pertemanan yang cukup lama membuat hubungan saya dan Bang Ical tumbuh seperti saudara. Kami bisa berbicara tentang banyak hal, mulai dari masalah bisnis hingga keluarga. Kami juga bisa saling melempar kritik dan bercanda. Bahkan ketika banyak orang tidak berani menyampaikan kritik kepadanya, saya bisa.
Saya mengenal Bang Ical sejak massa kanak-kanak. Kebetulan kami bertetangga di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Orang tua kami juga berteman baik. Meski selisih usia sekitar tiga tahun, tapi kami sering bermain bersama, karena kebetulan saya juga berteman dengan adik Bang Ical yaitu Roosmania Odi Bakrie.
Sebagai orang yang mengenal Bang Ical sejak kecil, saya sangat mengenali karakternya. Bang Ical memiliki jiwa kepemimpinan yang luar biasa. Keberaniannya mengambil risiko kerja sungguh mengagumkan. Dan, saya tak akan lupa dengan kisahnya ‘melawan’ kekuasaan Presiden Soeharto saat mencalonkan diri sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin).
Kala itu sekitar tahun 1994. Dengan dukungan sejumlah pengusaha termasuk saya, Bang Ical mencalonkan diri sebagai Ketua Kadin periode 1994-1999. Saya katakan, itu keputusan yang luar biasa berani, mengingat calon lainnya adalah pengusaha yang mendapat dukungan penuh dari Pak Harto. Hasilnya, Bang Ical menang mengalahkan ‘orang-orang’ Pak Harto.
Kami sungguh bahagia dengan kemenangan Bang Ical saat itu. Namun, sekaligus khawatir karena kepengurusan Kadin tidak mendapat dukungan Pak Harto. Bagaimana tidak, saat kami datang menghadap ke Istana, Pak Harto hanya mengangguk-angguk dan salaman. Bahkan, Pak Harto tak bersedia berfoto bersama kami, para pengurus Kadin yang baru.
Di masa orde baru, tidak mendapat dukungan dari Pak Harto tentu membuat kami syok. Tapi, justru di situlah terlihat peran kepemimpinan Bang Ical. Kepada para anggota Kadin kala itu, Bang Ical selalu mengatakan agar tidak takut untuk dimusuhi. Bang Ical justru mengajak anggotanya untuk menunjukkan reaksi dengan karya yang baik. Sebagai pemimpin, Bang Ical mampu menenangkan kami.
Di mata saya, Bang Ical memang memiliki karakter kepemimpinan yang kuat. Terbukti, ia kembali dipercaya memimpin Kadin pada periode selanjutnya yaitu 1999-2004. Menurut saya, kalau tidak bisa memimpin dengan baik, tidak mungkin dia sukses seperti sekarang ini.
Di luar kesuksesan kariernya, saya melihat Bang Ical sebagai sosok manusia pada umumnya. Bang Ical sosok yang low profile, senang bercanda, dan mengagumi kecantikan perempuan. Bang Ical sangat perhatian dengan sahabat dan keluarga. Ia juga sangat terbuka, bahkan untuk kritik yang sangat pedas.
Dan, sebagai saudara, saya selalu berharap Bang Ical mampu mempertahankan karakternya. Saya berharap Bang Ical dapat menjadi pemimpin yang terbuka terhadap kritik dan loyal terhadap kebenaran. Sukses selalu untuk Bang Ical!
pak selamat y..smga bs jd sarana yg bs langsung bersinggungan dgn khalayak umum..oya..blh g saya minta saran..aku sgt trtarik dgn dunia politik..khususny golkar..gmana ikuty to jd kader golkar?krn kakek saya jg golkar sejati..trus aku pernah selama hmpr 1bulan talkshow brg bpk zainal asyikin abbas dari asiatec ttg beliau memilih partai golkar dan mencalonkn diri jd caleg dpr ri..trmakasih..aku tggu jwbnya y pak..
Jangan lupa juga soal Lumpur Lapindo
mantaap