Dirgahayu Negeriku
Pidato Penghargaan Achmad Bakrie 2010. Jakarta, 5 Agustus 2010
Hadirin yang saya muliakan
Saudara-saudara yang saya hormati
Assalamualaikum WR. WB.
Salam sejahtera buat kita semua
Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kehadiran saudara-saudara semua pada malam Penghargaan Achmad Bakrie yang ke-8 ini. Saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Freedom Institute, kepada ANTV, TVONE, VivaNews, Yayasan Bakrie untuk Negeri, serta kepada begitu banyak pihak yang telah membantu suksesnya acara ini.
Pada malam yang berbahagia ini, mewakili keluarga besar Achmad Bakrie dan Freedom Institute, saya ingin mengucapkan selamat dan menghaturkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para tokoh dan anak bangsa terbaik Indonesia yang telah menunjukkan dharma bakti dan dedikasi dalam berbagai bidang penting kehidupan. Tokoh-tokoh ini, dengan caranya masing-masing, telah memberi kontribusi yang besar dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah tokoh-tokoh yang menjadi peraih Penghargaan dan Hadiah Khusus Achmad Bakrie 2010.
Daniel Murdiyarso telah merintis jalan baru dan menunjukkan prestasi yang cemerlang dalam bidang sains, dengan menggali lebih jauh berbagai soal besar di seputar masalah perubahan iklim.
Sjamsoe’oed Sadjad telah bekerja penuh dedikasi dan memberi sumbangan penting bagi perkembangan teknologi benih dan teknologi pertanian secara umum.
S. Yati Soenarto telah mengabdikan hidup, karya, serta karirnya untuk menyelamatkan nyawa anak-anak kita serta meningkatkan dunia kesehatan di Indonesia.
Daoed Joesoef telah memberikan seluruh hidupnya, telah membuktikan konsistensi sikap dan karya untuk terus memajukan dunia pemikiran sosial di Tanah Air.
Sitor Situmorang telah membuka kemungkinan baru dalam dunia penciptaan dan kebudayaan serta mempertajam kepekaan bahasa Indonesia dalam menyampaikan gejolak perasaan manusia.
Ratno Nuryadi, dalam usia yang masih sangat muda, telah membuktikan bahwa negeri kita masih memiliki sejumlah anak muda yang berdedikasi tinggi, tekun, kreatif, serta berprestasi tinggi dalam dunia advanced research, dunia penelitian yang berdiri di garis terdepan dalam memperluas cakrawala pengetahuan manusia.
Kepada mereka semua — kepada Daniel Murdiyarso, Samsoe’oed Sadjad, S. Yati Soenarto, Daoed Jusuf, Sitor Situmorang, dan Ratno Nuryadi – kepada mereka kita harus berterima kasih. Kepada mereka kita sebagai bangsa patut menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Karya dan dedikasi seperti yang telah mereka tunjukkan telah memberi angin segar, bahwa Indonesia masih bisa terus berharap, bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang menghargai ilmu pengetahuan dan dunia penciptaan, serta memiliki semangat untuk terus maju dan berkembang.
Saudara-saudara yang saya muliakan
Hadirin yang saya cintai
Saya tahu dan mengerti, tidak semua tokoh yang malam ini mendapat Penghargaan Achmad Bakrie menyambutnya dengan tangan terbuka. Sitor Situmorang dan Daoed Joesoef telah menyatakan bahwa mereka menolak menerima penghargaan ini.
Saya memahami dan menghormati keputusan kedua tokoh tersebut. Tetapi penolakan mereka tidak sedikut pun mengurangi penghargaan kita kepada keduanya, serta tidak sedikit pun mengurangi jasa dan peran yang telah mereka berikan kepada negeri kita yang tercinta ini.
Salah seorang pemikir besar Prancis, yaitu Jean Paul Sartre, pada tahun 1964 pernah menolak pemberian Hadian Nobel. Dia melakukannya untuk memberikan sebuah sikap dan pernyataan politik. Sikap Sartre tidak kemudian mengecilkan arti atau mengurangi makna pemberian Hadian Nobel. Malah sebaliknya, hadiah tersebut dianggap begitu penting sehingga tokoh sekelas Sartre merasa perlu menggunakan Hadiah Nobel untuk mengundang perhatian dunia atas sikapnya.
Kurang lebih begitulah kita harus memahami penolakan tokoh dan makna Penghargaan Achmad Bakrie sekarang ini, tentu dalam konteks dan situasi Indonesia kontemporer.
Terhadap Freedom Institute, Yayasan Bakrie untuk Negeri, serta panitia penyelenggara, saya harap tidak berkecil hati dengan adanya penolakan tersebut. Kalian telah berusaha berbuat baik. You have set a new tradition and you have done it well. Kepada kalian semua, saya hanya ingin mengingatkan apa yang pernah diutarakan oleh Ralph Waldo Emmerson: To be great is to be misunderstood. Karena itu, jangan patah arang. Teruskan upaya yang telah kalian rintis dengan baik.
Tradisi pemberian penghargaan semacam ini adalah sebuah rintisan yang bermanfaat, agar masyarakat Indonesia memberi tempat yang terhormat bagi para pencipta, ilmuwan, peneliti, dokter dan pemikir yang berprestasi. Di masa-masa mendatang, justru upaya pemberiaan penghargaan seperti ini harus terus dilanjutkan dengan semakin baik lagi, meskipun akan selalu ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa Penghargaan Achmad Bakrie hanyalah sebuah upaya politik belaka.
Tanpa terasa, penghargaan ini telah memasuki tahun ke-8. Saya merasa bangga bahwa pada tahun ini kita dapat menambah satu kategori lagi, yaitu Penghargaan Khusus bagi ilmuwan atau periset berprestasi yang masih berusia di bawah 40 tahun, yang malam ini dianugerahkan kepada Ratno Nuryadi.
Jika Penghargaan Achmad Bakrie terinspirasi oleh Nobel Prize di Swedia, kategori penghargaan khusus ini terinspirasi oleh Clark Medal Prize di Amerika Serikat, yang diberikan kepada ilmuwan berusia di bawah 40 tahun yang telah memberikan kontribusi besar dalam pemikiran dan ilmu ekonomi. Banyak dari penerima penghargaan ini kemudian juga menjadi peraih Hadiah Nobel, seperti Milton Friedman, Gary Becker dan Paul Krugman.
Dengan penghargaan khusus ini, saya berharap bahwa ilmuwan-ilmuwan muda kita dari beragam bidang ilmu, bukan hanya ilmu ekonomi, lebih terpacu lagi untuk memberikan yang terbaik dan memajukan bidang ilmu masing-masing. Mudah-mudahan suatu waktu kelak, dalam sisa hidup ini, saya masih diberikan kebanggaan oleh Allah SWT untuk melihat salah seorang putra atau putri Indonesia menjadi peraih Hadiah Nobel. Insya Allah.
Saudara-saudara yang saya hormati
Hadirin yang saya muliakan
Sengaja Malam Penghargaan Achmad Bakrie selalu dilaksanakan di seputar perayaan 17 Agustusan. Dengan ini kami ingin mengajak masyarakat untuk memperingati hari kemerdekaan kita tanpa terlarut dalam kegiatan yang hanya bersifat seremonial.
Peringatan kemerdekaan adalah sebuah peristiwa penuh makna, sebuah peristiwa yang mengajak bangsa Indonesia untuk memikirkan kembali esensi kemerdekaan, untuk merenungkan kembali arah dan tujuan perjalanan negeri kita.
Kemerdekaan adalah sebuah kemungkinan, sebuah jembatan, serta sebuah harapan agar setiap putra dan putri Indonesia dapat tumbuh dan berkembang, menjadi manusia-manusia yang kuat jiwa dan raganya, manusia yang kreatif dan terpelajar, manusia yang mampu menyerap segala hal baik yang ditawarkan oleh kehidupan ini.
Saya teringat pada pesan yang selalu disampaikan oleh almarhum ayahanda saya, Achmad Bakrie bahwa
freedom makes opportunities
opportunities make hope
hope makes life and future
Tetapi do not take our freedom for granted. Kemerdekaan bukanlah sebuah keniscayaan. Ia harus kita rawat terus menerus. Kita harus terus bertanya, minimal setahun sekali, sampai di mana perjalanan kita, dan apa yang telah kita berikan untuk mengisi kemerdekaan negeri kita yang tercinta ini.
Hadirin yang saya muliakan
Saudara-saudara yang saya hormati
Dalam filosofi Penghargaan Achmad Bakrie terkandung sebuah pandangan tentang kehidupan. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, manusia tidak boleh kehilangan kepekaan pada keindahan, bahkan terhadap hal-hal sederhana seperti mekarnya setangkai kembang melati, atau, sebagaimana kata penyair Chairil Anwar, terhadap romantisme cinta sekolah rendah yang hidup di sanubari remaja-remaja kita.
Kepekaan pada kehidupan, “rasa” yang tajam pada keindahan, adalah salah satu dimensi kehidupan yang hakiki: It is what makes life worth living, itulah yang membuat kehidupan ini begitu berharga dan penuh rahmat.
Karena itu, lewat Penghargaan Achmad Bakrie, saya berharap bahwa dorongan-dorongan untuk mencipta dan berkarya pada kaum sastrawan kita menjadi lebih besar lagi, agar kita semua, terutama anak-anak serta remaja-remaja kita yang sedang tumbuh, memperoleh inspirasi tentang kehidupan, serta mampu mengerti dimensi-dimensi yang paling subtil, paling halus, dari kehidupan itu sendiri.
Selain pada sesuatu yang indah, hidup dan kehidupan yang utuh juga harus bertumpu pada sesuatu yang benar. Dalam hal inilah peran kaum ilmuwan, dalam segala bidang ilmu, menjadi penting. Ilmu pada dasarnya adalah sebuah metode pencarian kebenaran, baik kebenaran yang bersifat natural, maupun kebenaran yang bersifat sosial dan etis.
Pencarian kebenaran lewat metode keilmuan memang tidak pernah akan berakhir. Tidak ada jawaban besar yang bisa memuaskan segala pertanyaan di segala zaman. Tetapi lewat metode keilmuan, manusia dapat memuaskan dahaganya untuk tahu, untuk mengerti lingkungan sekitarnya, serta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan abadi dalam hidupnya.
Manusia modern tidak boleh terkungkung dalam penjara tradisi. Kita tidak boleh meninggalkan masa lalu, dan sebaliknya kita tidak boleh berhenti hanya pada kebanggaan terhadap masa lalu, tetapi justru harus terus mengembangkan sebuah bangsa dan tradisi yang lebih besar lagi.
Seperti manusia pencari ilmu dalam pengertian Platonik, manusia modern tidak boleh puas berada dalam gelap, di balik tabir dan bayang-bayang, tanpa pernah melihat matahari. Ia ingin mengerti, dan dalam proses mencari pengertian baru itu, ia mengubah lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik.
Hadirin yang saya muliakan
Saudara-saudara yang saya hormati
Akhirnya, perkenankanlah saya sekali lagi memberi selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Daniel Murdiyarso, Samsoe’oed Sadjad, S. Yati Soenarto, Daoed Jusuf, Sitor Situmorang, dan Ratno Nuryadi.
Mereka telah menunjukkan dedikasi yang tinggi, berada di jalan yang terkadang sepi dan menyendiri. Negeri kita menjadi sebuah negeri yang lebih kaya dan membanggakan karena kontribusi mereka.
Maju terus negeriku
Dirgahayu Indonesia yang tercinta
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 5 Agustus 2010
No comments yet.