Berbagi Pengalaman dengan Partai Demokrat Timor Leste
Partai Partai Golkar yang saya pimpin, terus melebarkan sayap kerjasamanya dengan partai politik di manca negara. Setelah sebelumnya menindaklanjuti kerjasama dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT), Partai Demokrat Liberal Jepang dan United Malays National Organisation (UMNO) Malaysia, kini giliran Partai Demokrat di Timor Leste.
Senin, 11 Juli 2011 lalu, Partai Demokrat Timor Leste berkunjung ke Kantor DPP Partai Golkar, di Slipi, Jakarta. Ketua Umumnya Fernando La Sama de Araujo datang bersama rombongan antara lain Joao Azevedo (Penasihat), Marcia Correia de Lemos (Sekretaris), Benevides Correia Baros dan Marcelino Ximenes Magno. Sedangkan saya ditemani beberapa petinggi DPP Partai Golkar antara lain Theo L. Sambuaga (Wakil Ketua Umum), Idrus Marham (Sekretaris Jenderal) dan Iris Indira Murti (Ketua Bidang Kerja Sama Internasional).
Pertemuan ini berlangsung cukup hangat. Bertemu dengan saudara-saudara kita dari Timor Leste ini seolah bukan bertemu dengan orang dari negara lain saja. Secara kebudayaan, kita masih relatif sama. Maklum saja, kita masih berada dalam wilayah geografis yang sama, dan dulunya juga pernah menjadi satu negara, saat Timor Leste masih menjadi salah satu propinsi di Republik Indonesia dengan nama Timor Timur.
Bahkan sampai saat ini mereka masih memakai Bahasa Indonesia, termasuk saat berbincang dengan saya. Timor Leste memiliki dua bahasa resmi, yaitu Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis. Selain itu, dalam konstitusinya disebutkan pula bahwa Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja. Dalam praktek keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis sebagai bahasa ucap. Bahasa Indonesia banyak dipakai untuk menulis. Misal, anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah.
Jadi, dalam pertemuan yang berlangsung selama sekitar satu jam itu kami merasa seperti pertemuan saudara. Banyak hal yang kami bicarakan. Namun, intinya kami membahas secara spesifik tentang upaya kerja sama kedua parpol di masa mendatang. Partai Demokrat Timor Leste yang usianya masih relatif muda, seperti halnya usia negaranya, melihat Partai Golkar adalah partai yang sangat mapan, baik dari segi struktur maupun pengalaman. Karena itu mereka ingin agar bisa bekerjasama, di mana Partai Golkar mau berbagi pengalaman dengan mereka tentang metode dan proses kaderisasi partai.
Selain itu, Fernando yang juga Presiden Parlemen Timor Leste itu juga meminta bantuan Partai Golkar untuk menjadi pemantau dalam Pemilihan Umum (Pemilu) di Timor Leste pada tahun 2012 mendatang. Dalam pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden serta anggota parlemen itu, Partai Demokrat ingin memastikan bahwa pesta demokrasi tersebut berlangsung secara demokratis, jujur dan adil.
Menjawab hal itu, saya katakan pada Fernando bahwa Partai Golkar akan dengan senang hati bekerjasama dengan siapa saja. Partai Golkar yang memang secara usia lebih senior, tentu sangat senang untuk membantu. Karena itu, DPP Partai Golkar segera
menindaklanjuti rencana kerja sama tersebut. Misal, menyiapkan kurikulum atau silabus kaderisasi yang dimiliki Partai Golkar, yang mungkin dapat sebagiannya diadopsi oleh Partai Demokrat Timor Leste. Jika memang diperlukan juga, Partai Golkar bakal menyiapkan tim asistensi. Tetapi, sebelum itu, masing-masing Sekretaris Jenderal dari kedua partai akan bertemu untuk membahas secara teknis hal-hal yang perlu dikerjasamakan.
Mengenai pemilu, saya menyambut baik permintaan tersebut. Saya katakan kepada Fernando bahwa Partai Golkar akan menyiapkan sebuah tim untuk melakukan pemantauan proses Pemilu di Timor Leste. Sekjen, Idrus Marham, yang akan menindaklanjutinya pada tingkat teknis operasional.
Dalam berbagi pengalaman dua partai ini, bukan berarti hanya Partai Demokrat Timor Leste yang belajar dari Partai Golkar. Partai yang saya pimpin pun perlu melakukan hal yang serupa. Pasti ada hal yang bisa dipelajari dari kerjasama kedua partai. Pengalamannya pasti berbeda. Kondisi atau situasi politik di negara masing-masing tentulah tidak sama. Maka, berbagi pengalaman di antara keduanya pasti akan banyak manfaatnya, baik bagi kedua partai, maupun bagi kedua negara yang bertetangga ini.
No comments yet.