Dirgahayu Negeriku
Pidato Politik Peringatan HUT Proklamasi RI. Jakarta 16 Agustus 2011
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Hadirin yang saya cintai
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kahadirat Allah SWT. Kita diberi berkah yang mahabesar, diberikan amanah untuk merawat sebuah negeri yang indah, sebuah negeri yang menjadi zamrud khatulistiwa.
Kini Indonesia memasuki usia 66, sebuah perjalanan yang sudah cukup panjang, dalam suka duka, naik turun, terkadang terombang-ambing di antara harapan dan kecemasan. Indonesia telah berjalan cukup jauh dan alhamdulillah, sejauh ini bangsa kita mampu bertahan, bahkan dari waktu ke waktu menunjukkan adanya kemajuan, dan patut kita syukuri.
Secara jujur, harus kita akui bahwa sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga sekarang ini, tujuan dan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 masih belum terwujud sesuai yang diharapkan. Bahkan, meskipun Indonesia telah berjalan cukup jauh, tetapi masih “sangat jauh” dari capaian cita-cita proklamasi.
Pembangunan yang dilaksanakan belum merata, bahkan belum menyentuh sebagian besar masyarakat pedesaan, sehingga masih sangat terasa adanya ketimpangan dan kesenjangan kehidupan sosial-ekonomi, yang sewaktu-waktu dapat memicu terjadinya konflik sosial, seperti terjadi pada kasus-kasus sebelumnya di beberapa daerah.
Karena itulah, dalam momen perayaan kemerdekaan saat ini, bertepatan malam Nuzulul Qur’an, perkenankanlah saya sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar untuk menghimbau semua pihak, pemerintah, parlemen, partai politik, dan seluruh elemen bangsa : marilah kita melangkah bersama, melupakan perbedaan, mempererat persamaan serta jalinan persaudaraan untuk mengisi kemerdekaan, mendorong kemajuan bangsa yang kita cintai ini.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Hadirin yang saya cintai
Secara khusus, saya ingin mengajak kita semua untuk lebih meningkatkan simpati kepada saudara-saudara kita yang masih tergolong dalam kategori “rakyat kecil”, yaitu mereka yang masih relatif tertinggal, masih berada di garis batas kemiskinan, serta rakyat kita yang masih menanggung beban hidup yang berat. Jumlah mereka mencapai 30 juta jiwa lebih, sebuah jumlah yang amat besar, sebesar tanggung jawab dan kewajiban kita untuk melakukan berbagai upaya agar beban hidup mereka tidak semakin berat.
Saya ingin mengingatkan, bahwa disamping gemerlap perkotaan dan pembangunan gedung-gedung yang tinggi, sebagian besar rakyat Indonesia masih bekerja sebagai petani, nelayan, buruh, pegawai kecil, pedagang dan pekerja di sektor informal. Kita tidak pernah boleh lupa pada mereka. Jangan tinggalkan mereka. Justeru semua upaya pembangunan yang kita laksanakan, justru semua prioritas kebijakan yang bisa kita lakukan, harus ditujukan pada perbaikan nasib mereka.
Rakyat kecil harus mampu terus berharap bahwa suatu waktu kelak, nasib anak-anak mereka akan jauh lebih baik dari nasib yang sekarang mereka alami. Rakyat kecil harus bisa melihat, bahwa kaum pemimpin memang memikirkan nasib dan penderitaan mereka, bukan pemimpin yang hanya memikirkan nasib dan kesenangan diri serta kelompoknya.
Itulah tugas yang sangat mulia. Itulah harapan yang perlu kita sambut dengan kerja keras, dengan dedikasi, serta dengan jiwa yang tulus dan ikhlas.
Jangan biarkan rakyat terus berada dalam kemiskinan. Tekanan hidup yang terlalu berat akan mengikis kebanggaan sebagai warga negara. Demikian pula, kesenjangan yang semakin tajam antara yang kaya dan yang miskin, antara kota dan desa, termasuk mereka yang berada di daerah perbatasan dan daerah-daerah yang terpencil: kesenjangan ini niscaya akan mengikis rasa nasionalisme dan menggoyahkan pilar-pilar persatuan Indonesia.
Karena itulah, dalam momen perayaan kemerdekaan ini, marilah kita sekali lagi memperbaharui tekad bersama, merealisasikan semangat nasionalisme secara konstruktif dengan panduan ideologi Pancasila dan pemikiran-pemikiran yang cerdas dengan sepenuh hati, jika perlu dengan memberi pengorbanan sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Do not ask what your country can do for you. Ask what you can do for your country. Jangan meminta, tetapi bangkit dan berusahalah memberikan kontribusi bagi kemajuan bersama seluruh bangsa Indonesia.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Hadirin yang saya muliakan
Kepada pemerintah, Partai Golkar menghimbau agar mempertajam prioritas kebijakan pembangunan yang didukung politik anggaran yang memihak kepada rakyat. Sehingga, penciptaan jutaan lapangan kerja memang sungguh terjadi, melalui percepatan pembangunan infrastruktur, prioritas penggunaan produksi dalam negeri, perluasan perdagangan, kebijakan fiskal, insentif perbankan, dan semacamnya. Program bantuan langsung kepada rakyat, program pemerataan dan perlindungan yang adil, pengurangan biaya pendidikan, stabilisasi harga-harga: semua ini perlu kita dorong dengan lebih intensif lagi.
Selain itu, pemerintah juga masih perlu meningkatkan kinerja dalam menciptakan kepastian hukum, menjaga integritas NKRI, serta menciptakan birokrasi yang bersih dan berwibawa. Sudah terlalu lama kita mendengar seruan tentang pemerintahan yang bersih dan berwibawa – pemerintahan yang berwibawa karena sungguh-sungguh jujur dan melaksanakan amanat rakyat, pemerintahan yang mengerti bahwa rakyat merindukan pimpinan yang tegas tapi adil, kuat tapi ramah, dan pemimpin yang berani karena benar.
Insya Allah, dalam waktu tidak terlalu lama lagi, kerinduan rakyat semacam itu akan segera terjawab. Insya Allah, Pemerintah Republik Indonesia mendengarkan suara rakyat, dan berusaha semakin giat lagi di hari-hari mendatang.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Hadirin yang saya muliakan
Kepada partai politik dan kekuatan politik lainnya, baik di parlemen maupun di luar parlemen, kita juga menghimbau bahwa dalam momen perayaan 17 Agustus ini, marilah sejenak kita melupakan warna masing-masing. Saya tidak akan pernah bosan untuk mengingatkan bahwa, jika negara dan bangsa membutuhkan, maka tidak boleh ada kuning, merah, biru, hijau atau putih. Yang ada adalah merah putih. Kita semua berada dalam perahu yang sama. Kita memiliki kepentingan yang sama, yaitu kemajuan Indonesia, kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia.
Itulah tujuan politik besar kita. Saat ini ada beberapa indikasi bahwa rakyat semakin jenuh dan apatis dengan politik dan partai politik. Kita harus jujur dan melakukan refleksi diri. Memang, demokrasi kita sudah semakin matang, tetapi masih cukup banyak kelemahan yang terlihat dari hari ke hari. Kekuasaan seperti candu, sering membuat kita lupa diri, mabuk, kehilangan keseimbangan, menghalalkan segala cara untuk kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan, bukan lagi sebagai alat bagi pencapaian kemajuan bersama.
Karena itu, melalui momen 17 Agustus ini, marilah kita bertekad untuk mengembalikan politik ke jalannya yang benar. Politik adalah wilayah perjuangan dan pengabdian, sebuah tempat di mana kita menggagas dan merealisasikan mimpi dan cita-cita bersama, yaitu politik bermartabat yang dipandu oleh ideologi politik, bukan bersandar pada pragmatisme politik.
Politik bukan sekedar kekuasaan, dan pemerintahan bukan semata kedudukan dan jabatan. Kekuasaan dan jabatan adalah amanah, tugas dan tanggung jawab, bukan sekedar kehormatan, bukan sekedar keistimewaan dan yang pasti bukan fasilitas. Dalam politik dan pemerintahan terkandung azas-azas moral yang bermuara pada kepentingan bersama. Karena itulah, mereka yang berada pada profesi dan bidang politik, dituntut untuk melaksanakan amanah mulia ini, sebuah mission sacre bagi putra dan putri terbaik bangsa ini.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Hadirin yang saya muliakan
Kepada seluruh elemen bangsa, saya ingin mengingatkan bahwa pada saat bangsa kita memperingati hari kemerdekaannya yang ke-66 ini, hal yang sangat memprihatinkan adalah masih terasa adanya krisis kepercayaan antar-sesama anak bangsa. Interaksi sosial lebih diwarnai sikap saling curiga, sulit bekerjasama, mudah diadu domba, berita negatif lebih disukai ketimbang berita positif, serta, tidak suka melihat orang maju dan senang melihat orang susah. Sehingga, apapun yang dilakukan, bahkan hal-hal yang baik dan bermanfaat sekalipun, tidak dipercaya dan selalu direspons negatif. Kesemuanya itu, menjadi pertanda esensi persatuan terkoyak dan keropos.
Karena itu, marilah kita kembali merajut rasa percaya di antara kita, trust building. Kita harus senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai dasar kehidupan bangsa, memperkuat modal historis dan modal sosial yang dimiliki bangsa kita, memupuk kembali rasa senasib sepenanggungan, meperkokoh solidaritas, mengembalikan harapan dan cita-cita bersama, mengembangkan empati dan toleransi, menguatkan ikatan batin antar-sesama anak bangsa. Sehingga, dalam kehidupan kebangsaan, kita istiqomah, satu kata dan perbuatan, serta tidak ada dusta di antara kita.
Lebih dari itu, kita harus mempertegas komitmen untuk mengakhiri transisi politik dan memperkuat konsolidasi demokrasi. Konsekuensinya, kita harus mengakhiri fase transisi politik yang penuh dengan politicking, intrik-intrik, bahkan fitnah-fitnah politik, menggantinya dengan mengedepankan tradisi perdebatan konseptual dan persaingan kualitatif.
Dalam kerangka memperkuat konsolidasi demokrasi itulah, kita harus konsisten dalam melakukan penataan sistem kehidupan kebangsaan menuju Negara Kesejahteraan yang didasarkan pada konstitusi, tidak lagi melakukan pembongkaran-pembongkaran yang tambal sulam seperti yang terjadi selama ini.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Hadirin yang saya cintai
Dengan melangkah bersama, banyak hal yang bisa kita capai. Dunia sekarang memberikan begitu banyak kesempatan bagi bangsa yang kreatif, tekun, dan sanggup bekerja keras. Bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak gampang mengeluh. Bangsa yang maju adalah bangsa yang tahan ditempa oleh tantangan seberat apapun, sebuah bangsa yang oleh Bung Karno disebut sebagai bangsa berotot baja dan bertulang besi.
Dalam hal ini, Partai Golkar ingin menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang memang berotot baja dan bertulang besi, yang menyambut hari esok dengan penuh optimisme dan tangan yang terbuka.
Dunia sekarang terus bergerak cepat, dengan perkembangan teknologi yang tidak pernah berhenti, dengan pergerakan finansial, barang, jasa, dan pergerakan manusia yang semakin mudah dan terbuka. Those who refuse to compete will die, mereka yang tidak mampu berkompetisi akan hilang ditelan zaman atau melangkah terseok-seok di pinggir sejarah.
Sebaliknya, bangsa-bangsa yang kreatif, kompetitif serta sanggup bekerja keras akan mampu melangkah cepat, hanya dalam satu generasi, keluar dari jebakan kemiskinan dan ketertinggalan untuk berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Hadirin yang saya cintai
Syukur alhamdulillah, Indonesia sejauh ini tidak termasuk sebagai negara yang terseok atau negara yang gagal. Golkar akan menjaga, Golkar bertekad agar Indonesia tidak akan pernah dimasukkan ke dalam kategori yang malang ini. Pertaruhannya adalah nasib jutaan anak-anak kita di seantero Tanah Air.
Sebaliknya, marilah kita manfaatkan potensi bangsa kita, serta peluang yang dibuka oleh globalisasi dunia saat ini dan di masa mendatang, untuk mengukir prestasi gilang gemilang, menciptakan universitas terbaik, meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah, membangun fasilitas umum, membuka lapangan kerja, dan sebagainya.
Saya yakin, dengan melangkah bersama, dengan menyatukan segenap potensi bangsa, kita mampu, kita sanggup mencapai semua itu.
Tidak ada gunung yang terlalu tinggi. Tidak ada sungai yang terlalu lebar. Tidak ada laut yang terlalu dalam: sejauh tekad kita bulat, sejauh jiwa kita kuat, sejauh langkah kita sama, Insya Allah, dengan restu Allah yang Maha Besar, bangsa Indonesia akan sanggup mencapai cita-cita mulia menuju hari esok yang lebih cerah.
Dirgahayu Republik Indonesia
Maju Terus Negeriku…..
Amanat rakyat jadi panduan……
Rahmat Tuhan jadi kekuatan……
Mari berkarya dalam pembangunan….
Mewujudkan cita-cita proklamasi…..
Hidup Bangsa Indonesia…..
Wabillahitaufiq walhidayah
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
No comments yet.