Kebangkitan Nasional, Kebangkitan Semua

Pidato Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-103. Serdang Bedagai, 20 Mei 2011.

Saudara-saudara yang saya hormati,

Hadirin yang saya muliakan.

Pertama-tama saya ingin mengajak semua hadirin untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Allah Yang Mahabesar. Atas izin dan berkah-NYA, bangsa Indonesia mampu terus bertahan, melangkah maju, serta memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang telah lebih satu abad, tepatnya 103 tahun.

Saya juga ingin memberikan apresiasi dan penghargaan kepada segenap pimpinan dan kader-kader SOKSI yang selama ini telah terbukti berperan sebagai salah satu tulang punggung Partai Golkar, serta telah membuktikan diri sebagai sebuah organisasi yang terus setia dan loyal kepada cita-cita pendirian Partai Golkar.

Saya yakin, di masa-masa mendatang, terutama menjelang Pemilu 2014, SOKSI akan semakin memberikan kontribusi positif dalam mencapai dua tujuan besar kita, yaitu mengembalikan kejayaan Partai Golkar, serta yang paling penting, membangun kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia tercinta.

Pada momen yang berbahagia ini, tepat pada tanggal 20 Mei 2011, perkenankanlah saya untuk mengajak kita semua, mengenang dan menyegarkan kembali makna yang melekat pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional, suatu momen sejarah yang diawali oleh generasi pelopor pergerakan kebangsaan Indonesia, seperti Dr Tjipto Mangunkusumo, Dr. Sutomo, Ki Hajar Dewantara dan Dr. Douwes Dekker.

Pada tahun 1908 generasi Dr. Tjipto menyatukan tekad untuk memulai sebuah perjalanan panjang pembentukan suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Mereka berani bermimpi, mereka berani berharap, bahwa suatu waktu kelak, lewat gerakan modern, Indonesia akan menjadi sebuah kesatuan besar, menjadi sebuah bangsa yang merdeka, maju dan sejahtera.

Keberanian untuk bermimpi dan keteguhan untuk bertekad seperti itulah yang harus terus kita warisi. Mimpi itu tidak akan pernah selesai. Kemajuan adalah sebuah konsep dinamis, bukan sebuah konsep yang statis.

Kondisi Indonesia sekarang jelas jauh lebih baik daripada kondisi pada awal atau pertengahan abad ke-20. Tetapi kita tidak pernah boleh berhenti melangkah. Masih begitu banyak hal yang perlu kita lakukan. Masih begitu banyak mimpi yang belum terwujud. Masih begitu besar potensi kita untuk menjadi sebuah negeri yang lebih maju lagi.

Saudara-saudara yang saya muliakan,

Hadirin yang saya hormati.

Setelah peletakan dasar-dasar negara kebangsaan di awal abad ke-20, Indonesia berhasil merebut kemerdekaan, merajut persatuan, sambil mendorong pembangunan ekonomi.

Dalam proses perjalanan panjang ini, kita telah bergerak dari satu tatanan ke tatanan lainnya, dari satu orde ke orde lainnya. Di awal abad ke-21 ini, kita telah memasuki zaman reformasi dan demokratisasi, mengikuti arus perubahan dunia yang terus mengglobal, bergerak cepat, serta menyajikan tantangan berikut peluang-peluang baru.

Dunia bergerak, kita bergerak. Zaman berubah, kita pun turut berubah bersamanya.

Dalam saat-saat seperti itulah, momen perayaan Hari Kebangkitan Nasional, seharusnya menyadarkan serta menyegarkan kembali pemahaman kita bahwa Indonesia harus melangkah maju, harus mengikuti arus perubahan sejarah, sambil terus mempertahankan dan memperkuat nilai-nilai dasar serta jati diri kebangsaan kita, yang ditopang oleh semangat kekeluargaan, toleransi dan gotong royong, saling menghargai dan sikap yang loyal terhadap empat pilar kenegaraan kita, yaitu Pancasila, UUD45, NKRI dan semangat Bhineka Tunggal Ika.

Nilai-nilai dasar dan jati diri ini bukanlah prinsip-prinsip yang klise. Ia adalah kristalaisasi dari pengalaman satu generasi ke generasi lainnya dari himpunan manusia yang kita sebut sebagai manusia Indonesia. Ia adalah esensi dari kultur ke-Timur-an yang menjadi fondasi dari kehidupan bersama serta yang menjadi dasar nasionalisme Indonesia. Jati diri inilah yang menjadi penopang kebhinekaan kita, tempat kita bisa mengekspresikan perbedaan, bagaikan seribu bunga di pagi hari, tetapi pada saat yang sama tetap menjadi persatuan bangsa.

Semua hal tersebut tidak pernah boleh kita lupakan. Justru dengan semakin kompleksnya dunia, justru dengan semakin cepatnya perubahan masyarakat, nilai-nilai dasar kebangsaan tersebut harus semakin kita pegang teguh dan menjadi jangkar yang semakin kokoh dan perekat bangsa Indonesia.

Tanpa perekat tersebut, demokratisasi dan reformasi hanya akan berakhir dengan kegamangan dan fragmentasi politik yang cenderung ekstrem.

Fragmentasi tersebut sangat menyulitkan dan menjadi beban yang menghambat jalannya pemerintahan yang efektif. Proses perumusan dan eksekusi kebijakan menjadi tidak pasti, terlalu kompleks, dengan begitu banyaknya percabangan serta permutasi kepentingan yang bersifat ad hoc, seketika, temporer, suatu interaksi politik yang lebih ditentukan oleh issues of the day, naik turunnya opini publik, maju mundurnya demonstrasi di berbagai kota, serta peristiwa-peristiwa yang muncul secara dadakan.

Kita harus menghindari semua itu. Dengan berpegang pada nilai-nilai dasar kebangsaan, kehidupan politik, kehidupan kepartaian, dinamika kepemimpinan dan persaingan elite, gerakan kemasyarakatan atau civil society: semua dapat berlangsung dan mencari bentuk serta mengejar kepentingan masing-masing. Tetapi semuanya secara sadar menjunjung kebersamaan, menjauhi sikap yang hanya mau menang sendiri.

Saudara-saudara yang saya muliakan,

Hadirin yang saya hormati.

Kalau saya menjelaskan soal pentingnya nilai dan jati diri bangsa, saya sesungguhnya tidak ingin menafikan sebuah kenyataan bahwa selain nilai-nilai dasar tersebut, ada berbagai hal yang juga penting untuk diperhatikan.

Salah satu hal penting tersebut adalah integritas serta ketegasan negara dan pemerintah. Negara kita adalah negara hukum, sebuah recht staat, bukan negara kekuasaan atau macht staat. Hukum, perlindungan hukum, serta kepastian hukum adalah fondasinya kehidupan bersama.

Tanpa kepatuhan dan kepastian hukum, masyarakat akan menjadi anarkis, sebuah situasi yang menjadikan manusia sebagai serigala bagi manusia lainnya, dan suatu kelompok menjadi ancaman bagi kelompok lainnya.

Karena itulah negara, serta aparat negara, diberi kewenangan untuk menegakkan hukum tanpa pandang bulu di semua segi kehidupan, dengan tetap menjunjung tinggi asas-asas keadilan dan presumption of innocence.

Warga negara harus menghormati pemerintah dan penegak hukum. Tetapi kehormatan itu tidak boleh hanya berasal dari legitimasi formal semata. Negara, pemerintah, serta aparat pemerintah juga harus memperlihatkan bahwa authority goes along with integrity and respect. Otoritas formal akan semakin dihormati dan dipatuhi jika pemerintah serta penegak hukum bersikap dan bertindak penuh suri tauladan. Pemerintah akan semakin dihormati jika memperjuangkan keadilan, kemajuan, dan betul-betul memperlihatkan satunya kata dan perbuatan.

Pemerintah harus adil tetapi juga harus tegas. Pemerintah harus keras namun tetap berada dalam tatanan yang legal. Pemerintah harus berani dan tetap menjunjung tinggi kepatutan dan rasa kemanusiaan.

Itulah yang kini kita perlu terus perjuangkan. Kita harus bergerak cepat, sebab dalam dunia yang terus berubah, persaingan antar-bangsa semakin ketat. Pemerintah, serta seluruh masyarakat, harus menyatukan langkah, merajut kembali semangat persatuan dan kesatuan, mempertajam kembali prioritas nasional, agar perjalanan sejarah kita di kemudian hari menjadi lebih baik lagi.

Saudara-saudara yang saya muliakan,

Hadirin yang saya hormati.

Dalam konteks kebangsaan sekarang, Partai Golkar dapat mengambil peran strategis, sebuah peran yang mendorong keadilan, ketegasan, kepastian hukum serta kemajuan bangsa Indonesia. Jika dalam situasi kebangsaan terjadi guncangan, perbedaan yang tajam, serta disharmoni, maka Golkar harus mampu menjadi a moderating factor, kekuatan yang mempertautkan, bukan yang mempertajam perbedaan yang ada. Golkar juga harus mampu menjadi partai yang memberi solusi, meraih dan merangkul semua elemen bangsa untuk mencapai tujuan-tujuan besar di masa depan.

Dengan semua itulah maka Partai Golkar akan terus berdiri di garis terdepan sebagai kekuatan politik yang memberi makna kongkret bagi semangat kebangkitan nasional yang hari ini kita peringati dan rayakan kembali.

Selain itu, peran Partai Golkar juga penting dalam mengajak partai, kelompok, serta kekuatan politik lainnya untuk memperhatikan masalah pemberdayaan sosial.

Pembangunan politik nasional yang kokoh mempersyaratkan elemen-elemen sosial yang juga kokoh. Demokrasi dan sistem politik membutuhkan civil society serta individu-individu di berbagai komunitas yang mampu bertindak dan melakukan berbagai aktivitas secara mandiri, otonom, kreatif serta bertanggung jawab. Inilah elemen pendukung demokrasi yang tak pernah boleh kita lupakan.

Demokrasi bukanlah sebuah sistem yang berada di ruang hampa. Democracy doesn’t work in a vacuum. Amerika Serikat dan negeri-negeri di Eropa mampu bertahan dan selama lebih dua abad mengembangkan sistem demokrasi mereka karena adanya prasyarat semacam ini. Kita memang harus membentuk demokrasi dengan ciri khas kita sendiri, sebuah sistem demokrasi yang merupakan pencerminan nilai-nilai keindonesiaan. Namun kita bisa belajar dari negeri-negeri lainnya bahwa partisipasi yang mandiri, dedikasi dalam kegiatan kemasyarakatan, keinginan untuk terlibat dalam kehidupan sosial adalah unsur universal yang merupakan the necessary elements for a democracy to flourish.

Saya yakin, perjalanan sejarah Indonesia sudah menuju arah yang benar. Dalam 10 tahun terakhir, sejak masa reformasi, memang muncul berbagai tantangan dan kebimbangan. Namun, Indonesia telah tumbuh semakin dewasa, dengan sistem politik nasional yang semakin mencerminkan kematangan tersebut.

Tentu saja kita tidak boleh berpuas diri. Gejala konflik dan kerusuhan yang terjadi belakangan ini menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar kebangsaan kita harus terus diperkuat dan dirawat dengan baik. Hal ini tidak boleh terus berlanjut.

Selain itu, lewat berbagai survei, kita mengerti bahwa akhir-akhir ini cukup banyak masyarakat yang merindukan stabilitas, ketegasan, serta kecepatan pembangunan di masa lalu, khususnya di zaman Orde Baru. Kerinduan ini bisa kita pahami. Bahkan Partai Golkar sebenarnya merupakan bagian penting dari sukses masa lalu tersebut, dan karenanya jika diperlukan, akan sanggup mengulang kembali keberhasilan masa silam, tentu dengan menyerap semangat zaman dan mengakomodasi perkembangan baru yang lebih baik.

Tetapi kita harus ingat, masa lalu bukanlah tujuan perjalanan. Masa lalu adalah pelajaran, sumber inspirasi, dan pembanding sejarah. Kita hidup di masa kini dan harus bergerak ke masa depan.

Itulah tugas sejarah yang menjadi tantangan kita: dengan kearifan masa lalu, kita membangun masa kini, untuk merebut kejayaan bangsa di masa mendatang.

Membangun bangsa memang bukanlah pekerjaan satu dua generasi. Tetapi kita harus memastikan bahwa dari satu generasi ke generasi berikutnya, bangsa Indonesia harus terus maju dan berkembang, bukan mundur dan semakin terbelakang.

Sekali lagi, marilah kita peringati Hari Kebangkitan Nasional dengan penuh syukur. SOKSI, Golkar, serta seluruh komponen strategis bangsa harus mengawal kemajuan bersama. Jangan pernah lengah. Jangan pernah putus asa. Insya Allah, di masa-masa mendatang, Allah terus memberi ridho-NYA kepada kita semua untuk menjadi bangsa yang maju, tangguh, damai dan sejahtera.

Wabillahitaufiq Walhidayah,

Wassalamualaikum Wr. Wb.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.