Memenangkan 2014, Mewujudkan Golkar sebagai Partai Utama

Amanat saat Musyawarah Pimpinan Nasional Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro 1957 di Makassar, 6 Juni 2011

Puji syukur ke hadirat Allah atas segala karunia dan nikmat-Nya, sehingga kita dapat berkumpul bersama, menghadiri Musyawarah Pimpinan Nasional Kosgoro 1957 yang diadakan di kota Angin Mamiri ini.

Kita semua perlu menjadikan Muspimnas Kosgoro 1957 ini sebagai momentum yang tepat untuk bersilaturahmi antara seluruh ormas yang berkiprah dalam Keluarga Besar Partai Golkar. Momentum silaturahmi hanya bisa fungsional bila mampu menggalang kesatuan dan persatuan, mampu mengefektifkan gerakan konsolidasi dalam kerangka penguatan soliditas kita sebagai warga Partai Golkar, sehingga menjadi sebuah kekuatan yang produktif bagi kebesaran Partai Golkar dan kemajuan Bangsa.

Di samping itu, Muspimnas ini juga sekaligus dijadikan sebagai momentum untuk merespons dan membahas berbagai masalah aktual bangsa yang berkembang, sehingga kita dapat menemukan dan memberikan alternatif solusi yang terbaik dan tepat bagi kemajuan bangsa. Saya percaya bahwa Muspimnas Kosgoro 1957 ini akan mampu merumuskan pemikiran-pemikiran konseptual untuk dapat dilaksanakan, baik untuk kepentingan internal organisasi, maupun untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

Saya ingin mengajak kita semua untuk melakukan refleksi historis atas eksistensi, kiprah, dan relevansi organisasi Kosgoro 1957 hingga saat ini. Sekitar 54 tahun lalu, Mas Isman dengan cerdas, genuine, dan visioner dalam menatap jauh ke depan, tergerak mendirikan organisasi yang kita cintai bersama ini. Kosgoro didirikan atas dasar nilai filosofis yang sangat tinggi dan hakiki, sehingga kehadirannya senantiasa dirasakan manfaat dan urgensinya di tengah-tengah perubahan sosial-masyarakat dewasa ini. Nilai filosofis yang menjadi dasar pembentukan organisasi Kosgoro 1957 sangat relevan dengan arah dan orientasi kehidupan masyarakat modern. Nilai filofofis itu tercermin pada Doktrin Tri Dharma Kosgoro 1957, yakni pengabdian, kerakyatan, dan solidaritas.

Dengan doktrin Tri Dharma tersebut, Mas Isman meletakkan dasar perjuangan Kosgoro 1957. Prinsip-prinsip tersebut tidak akan lapuk ditelan zaman, bahkan sebaliknya, memberi nilai yang senantiasa menjadi dasar bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dengan semangat yang dilandasi doktrin Tri Dharma tersebut, nilai-nilai ideologi Pancasila, senantiasa berkibar di Kosgoro, justru ketika ditengarai nilai-nilai ideologi Pancasila tersebut sedangg mengalami kemerosotan atau melemah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut menunjukkan, bahwa sejak berdirinya Kosgoro senantiasa konsisten dalam menjaga, mengamalkan, dan mengamankan ideologi Pancasila, serta berkontribusi nyata dan aktif dalam menjaga eksistensi dan membangun bangsa.

Dalam perspektif ini, sejatinya Kosgoro 1957 senantiasa menjadi garda terdepan bagi perjuangan Partai Golkar untuk mengamalkan Pancasila, sekaligus melawan bila mana ada pihak yang ingin merongrong Pancasila. Hal ini penting saya ungkapkan sebagai bagian dari refleksi kita, bahwa Golkar didirikan dengan salah satu pendidirnya adalah Kosgoro, sebagai respons terhadap adanya dinamika politik yang diwarnai oleh perdebatan ideologis untuk mengganti Pancasila sebagai Dasar – ideologi negara dan falsafah bangsa Indonesia. Itu sebabnya, Partai Golkar senantiasa konsisten menjadikan Pancasila sebagai ideologi perjuangan partai, sama dengan ideologi negara Indonesia, Pancasila.

Hal tersebut saya kemukakan, karena saya tahu bahwa dalam sejarah perjalanan sosial-politik, sebagai salah satu pendiri Golkar, Kosgoro 1957 tidak pernah lepas dari Golkar dan memang tetap selalu bersama Partai Golkar di era reformasi, pada saat banyak ormas lain mencari bentuknya sendiri. Hal ini menunjukkan, bahwa di satu sisi, Kosgoro 1957 merupakan sebuah organisasi yang memiliki komitmen yang kuat, dan konsisten dalam prinsip perjuangan, dan di sisi lain menunjukkan bahwa, betapa Partai Golkar dan Kosgoro 1957 ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, terutama karena adanya ikatan historis, ikatan ideologi perjuangan, dan visi yang sama tentang Indonesia masa depan, membangun kemandirian bangsa menuju negara kesejahteraan (welfare state).

Karenanya, ke depan saya tetap dan sangat berharap agar Keluarga Besar Kosgoro 1957 dapat lebih memainkan peran sentralnya sebagai agen perubahan sosial, terutama dalam memberikan akses pada masyarakat luas dalam pemberdayaan ekonomi yang memang menjadi ciri karakter Kosgoro sejak berdirinya, seraya melakukan kaderisasi yang lebih luas, karena di sanalah sesungguhnya semangat doktrin Kosgoro 1957 dapat diwujudkan.

Saya mencermati, Kosgoro 1957 telah berhasil dan mampu memainkan peran gandanya secara tepat . Di satu sisi, Kosgoro 1957 berdiri tegak sebagai sebuah ormas yang konsisten pada ciri karakternya, dan di sisi lain Kosgoro 1957 berdiri sebagai organisasi yang mendirikan dan menyalurkan aspirasinya kepada Partai Golkar. Inilah yang membuat Partai Golkar selalu yakin, percaya, dan sekaligus bangga, untuk senantiasa bersama Kosgoro 1957 dalam berjuang membangun bangsa dan negara.

Mencermati dinamika dan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa dewasa ini, di suatu sisi, membuat kita sangat prihatin, namun di sisi lain tentu kita semakin tertantang untuk mencarikan solusi konprehensif bagi kemajuan bangsa. Kompleksitas permasalahan bangsa dapat kita lihat, antara lain, dalam bidang ideologi, politik, hukum dan ekonomi.

Di bidang ideologi, kita masih melihat adanya gejala kemerosotan atas implementasi nilai-nilai ideologi Pancasila dalam peraktek kehidupan kebangsaan. Hal tersebut, antara lain, ditandai menguatnya ancaman disharmoni sosial, mengedepannya sentimen primordial, pengingkaran atas realitas pluralisme bangsa yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, dan bahkan masih adanya gerakan-gerakan yang ingin merongrong Pancasila. Dalam kerangka itu, seringkali saya sampaikan bahwa kesenjangan yang paling mendasar dihadapi bangsa dewasa ini, adalah kesenjangan ideologi dan visi tentang Indonesia masa depan.

Di bidang politik, di samping masih adanya “masalah konstitusi” yang ditandai adanya kerancuan dalam praktik ketatanegaraan di mana di satu sisi konstitusi mengisyaratkan sistem pemerintahan presidensial, tetapi di sisi lain juga membuka ruang sistem politik multipartai, juga adanya disharmoni antarlembaga negara yang berpotensi memunculkan konflik kelembagaan, checks and balances sering kali lebih ditempatkan dalam menyelamatkan kepentingan parsial dari pada memperkuat fungsi negara, sistem pemilu yang belum menjamin wakil-wakil rakyat yang berkualitas, sistem pemilu belum mencerminkan format yang ideal, dan bahkan kita masih sangat jauh dari kehidupan demokrasi yang berkualitas sebagai implementasi demokrasi substansial, komunikasi politik kita masih diwarnai intrik, bukan perdebatan konseptual, dan sebagainya.

Di bidang Hukum, kita masih melihat bahwa pelaksanaan proses penegakan hukum yang terjadi selama ini, di samping belum memberikan kepastian hukum, juga belum mencerminkan rasa keadilan masyarakat, masih adanya politisasi hukum, terkesan masih ‘tebang pilih’, mafia hukum dan permasalahan internal lembaga penegak hukum yang membuat turunnya kepercayaan masyarakat, dan sebagainya.

Di bidang pembangunan ekonomi, kita masih melihat bahwa pembangunan yang dilaksanakan belum merata, dan bahkan belum menyentuh sebagian besar lapisan masyarakat perdesaan, belum banyaknya pelaku ekonomi nasional dan daerah terlibat dalam mendorong proses pertumbuhan ekonomi masyarakat, sehingga masih terasa adanya ketimpangan dan kesenjangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, yang tentu saja hal ini sewaktu-waktu dapat memicu adanya konflik sosial dalam masyarakat. Kita masih jauh dari cita-cita negara kesejahteraan. Rakyat Indonesia masih banyak yang belum sejahtera kehidupannya. Masih banyak rakyat yang belum terjamin kebutuhan-kebutuhan pokoknya, belum memperoleh akses pendidikan dan kesehatan yang layak, dan sebagainya.

Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan itu, Partai Golkar dengan motto Suara Golkar Suara Rakyat, senantiasa memberikan perhatian secara mendalam, antara lain, dengan mengembangkan program Membangun Indonesia dari Desa, memperjuangkan dana aspirasi bagi pembangunan desa/daerah, memelopori upaya memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana yang selalu saya sosialisasikan dengan motto Bangkit Bersama Pengusaha Kecil dari Sabang sampai Merauke.

Selain permasalahan ekonomi, berbagai permasalahan lainnya juga perlu memperoleh perhatian kita bersama. Terhadap berbagai permasalahan bangsa tersebut, kita mencatat bahwa kapasitas institusi dan kelembagaan negara, belum sepenuhnya mampu menjawab itu semua, dan kondisinya makin krusial karena konstruksi dan modal sosial masyarakat kita turut melemah. Semua ditengarai, antara lain, terutama karena melemahnya nasionalisme dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berkaitan dengan fenomena tersebut, dalam kesempatan ini perkenankan saya mengajak kembali kepada Keluarga Besar Kosgoro 1957 khususnya, dan masyarakat luas untuk mereaktualisasi ideologi Pancasila dalam setiap program kerja dan kehidupan keseharian kita. Pancasila adalah dasar dan ideologi negara, serta falsafah bangsa yang kita yakini bersama mampu menyatukan dan mengokohkan kita dalam kebersamaan sebagai suatu bangsa yang majemuk/plural dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Terus terang, akhir-akhir ini Partai Golkar juga cukup prihatin atas dinamika kehidupan kebangsaan kita, yang antara lain diwarnai mengemukanya sikap-sikap saling curiga satu sama lain dalam kehidupan sosial dan politik, yang menimbulkan suasana gaduh dan tidak sehat. Kita khawatir, apabila yang mengemuka adalah intrik-intrik politik, cara-cara berpolitik yang tidak sehat, serta politicking yang mengemuka dalam dinamika kehidupan politik kita, maka bukan tidak mungkin kualitas politik kita akan jatuh merosot pada titik nadir atau titik terendah, yang menempatkan bangsa hidup dalam proses marginalisasi.

Bagi Partai Golkar, situasi seperti itu tidak boleh dibiarkan, karena di samping memperkeruh suasana, juga akan menimbulkan instabilitas politik yang sangat fatal, mengingat kerja-kerja politik kita tidak akan efektif bagi kemaslahatan masyarakat, bangsa, dan negara. Kita harus membangun iklim politik kita secara sehat dan kondusif bagi kehidupan dan praktik demokrasi yang fair dan lebih bermartabat. Maka, seharusnya kita menjaga kepercayaan rakyat kepada partai-partai politik, sebagai sarana memperjuangkan aspirasi dan kepentingan mendasar mereka. Tidak boleh membiarkan kepercayaan rakyat kepada partai-partai politik merosot tajam, karena hal seperti itu, tidak hanya membuat partai-partai kehilangan kepercayaan, tetapi juga akan memengaruhi kemerosotan kualitas demokrasi bangsa kita.

Dalam konteks ini, sebagai partai politik, Partai Golkar senantiasa konsisten untuk menjalankan fungsi-fungsinya secara optimal di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara –sehingga Partai Golkar tidak akan kehilangan jatidirinya sebagai partai politik yang mengedepankan motto Suara Golkar Suara Rakyat, The Party of Ideas, Lokomotif Pembangunan Bangsa dengan ciri dan karakter kekaryaan, serta senantiasa pada garda terdepan menjadi pejuang dan pelaksana untuk mewujudkan cita-cita proklamasi 1945, pembela serta pengamal Pancasila.

Melalui Muspimnas ini, selain konsolidasi dan reaktualisasi kebijakan dan program Kosgoro 1957, saya juga berharap agar Catur Sukses Partai Golkar terus-menerus didengungkan, agar tetap segar dalam ingatan kader, bahwa fungsi keormasan Kosgoro 1957 tidak dapat terlepas dari tugas politik sebagai organisasi yang ikut membidani kelahiran Golkar.

Kita semua harus tetap berpegang pada komitmen mewujudkan tercapainya empat amanat Munas VIII Partai Golkar, yang lebih populer dikenal sebagai Catur Sukses Partai Golkar, yaitu sukses konsolidasi dan pengembangan partai; sukses kaderisasi dan regenerasi; sukses pembangunan demokrasi dan pembangunan berkelanjutan; serta sukses pilkada 2010-2014, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014. Kita harus terus melangkah dalam suasana yang penuh dengan kebersamaan, memantapkan peran dalam mewujudkan tujuan Partai Golkar yang identik dan sejalan dengan tujuan negara.

Langkah-langkah strategis berupa kebijakan dan implementasi program kerja, harus terus disinergikan untuk mewujudkan Catur Sukses tersebut. Namun, saya juga perlu menggarisbawahi, bahwa muara dari itu semua berpuncak pada kemenangan Partai Golkar pada berbagai pilkada, pemilu legislatif dan pilpres 2014, mengingat hal tersebut merupakan terminal perjuangaan yang dituju Partai Golkar bersama ormas-ormas pendukung dan keluarga besarnya, untuk dapat secara langsung mengendalikan kehidupan kenegaraan yang lebih konkret, untuk membangun kemandirian bangsa menuju negara kesejahteraan.

Karenanya, persiapan sedini mungkin oleh segenap Keluarga Besar Partai Golkar, harus terus diaktualisasikan dalam kinerja yang lebih konkret di tengah-tengah perilaku dan kecenderungan pilihan politik masyarakat yang cenderung sangat dinamis. Upaya ke arah itu tidak mungkin terlepas dari pembinaan, penggalangan dan pemberdayaan masyarakat yang lebih terarah dan terpadu, mengefektifkan peran dan fungsi lembaga pemenangan pemilu melalui peran optimal kader, peningkatan citra, dan popularitas serta akseptabilitas Partai Golkar oleh semua kader. Hal ini sesuai dengan strategi Partai Golkar yang mengedepankan pendekatan kampanye secara permanen melalui karya kekaryaan.

Pada kesempatan ini pula, selaku Ketua Umum DPP Partai Golkar, saya ingin menyampaikan bahwa Pimpinan Partai Golkar merasa sangat beruntung memiliki ormas-ormas pendukung yang progresif dalam mencetak kader-kader potensial, militan, dan senantiasa dapat diandalkan. Peran dan kontribusi Kosgoro 1957, dalam konteks ini, tidak dapat diragukan lagi. Karenanya, sekali lagi saya perlu menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kosgoro 1957, untuk bersama Partai Golkar melakukan kerja-kerja dan karya nyata yang terbaik bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Karena, rakyat butuh karya nyata melalui kenyataan, bukan janji melalui pernyataan.

Sampai saat ini, Kosgoro 1957 masih efektif memainkan diri sebagai ormas yang produktif di tengah-tengah kegalauan akan nasib bangsa ini, yang masih menghadapi berbagai tantangan pembangunan yang nyata: kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan masih mudah kita jumpai di mana-mana. Itulah yang membuat kita semua bangga dengan eksistensi dan kiprah Kosgoro 1957, yang tetap andal dalam memainkan peran-peran strategis sebagai ormas yang mendirikan dan konsisten mendukung serta membesarkan Partai Golkar.

Sebagai bagian akhir dari amanat ini, saya ingin mengingatkan bahwa semangat dan sekaligus amanat Munas VIII Partai Golkar adalah bangkit dan merebut kemenangan dalam seluruh pertarungan politik, yang berpuncak pada kemenangan Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014. Dengan demikian, Partai Golkar mampu tampil sebagai partai utama dalam kehidupan politik di Indonesia. Dalam konteks inilah, peran Kosgoro 1957 dan segenap Keluarga Besar Partai Golkar lainnya, sangat besar untuk mencapai kemenangan partai Golkar pada Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014 tersebut.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.