Mengunjungi Bumi Timor Lorosa’e

Saya baru saja kembali dari kunjungan ke Timor Leste. Nama Timor Leste tidak asing lagi bagi orang Indonesia, karena negara ini pernah menjadi salah satu propinsi Indonesia yaitu Timor Timur. Timor Leste menjadi negara setelah memilih merdeka dalam jajak pendapat, 30 Agustus 1999 silam, dan diakui secara internasional sebagai negara pada 20 Mei 2002 silam.

Saat menjejakkan kaki di Bandara Nicolau Lobato, di Ibukota Dili, pada Rabu siang, 8 September 2011, saya tidak merasakan berada di sebuah negeri asing. Rasanya seperti berada di satu daerah di Indonesia. Selain karena suhunya sama-sama panas seperti di Jakarta, juga warga setempat masih bisa berbahasa Indonesia. Bahasa resminya memang bahasa Tetun dan bahasa Portugal, namun sebagian besar dari mereka masih fasih berbahasa Indonesia.

Saat ini, Timor Leste telah menjadi sebuah negara mandiri yang perlahan tumbuh, sebagaimana negara berdaulat lainnya. Untuk ukuran negara yang belum lama merdeka, pembangunan di Timor Leste cukup pesat. Memang sejauh mata memandang, sebagian besar wilayah di sana berupa kawasan persawahan, lahan kosong, atau laut. Tetapi di kota Dili, sudah terlihat hasil pembangunan itu. Misalnya saja kawasan perumahan, gedung perkantoran, gedung sekolah, infrastruktur jalan raya, pelabuhan, dan lain sebagainya. Lalu lintas di pusat kota tidak sepadat di Jakarta, tapi cukup ramai. Sesekali terlihat lalu-lalang mobil jenis SUV berwarna putih yang bertuliskan “UN” (United Nations) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sejak merdeka, negara ini memang masih berada di bawah pengawasan PBB, hingga sekarang.

Kunjungan saya ke sana, sesungguhnya kunjungan balasan Partai Demokrat Timor Leste. Sebab, pada 11 Juli 2011, Ketua Umum Partai Demokrat Timor Leste, Fernando La Sama de Araujo, dan sejumlah politisi partai itu, berkunjung ke kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar di Jakarta. Dalam kesempatan kunjungan ini, sekaligus saya manfaatkan untuk bertemu dengan banyak pihak yang merupakan pemangku kebijakan di negara itu.

Agenda pertama saya di negara yang juga dikenal sebagai Timor Lorosa’e itu adalah ke kantor pemerintah pusat Republik Demokratik Timor Leste. Sang Perdana Menteri, Xanana Gusmao, sedang berada di luar negeri. Jadi, saya dan rombongan bertemu Wakil Perdana Menteri, Jose Luis Guteres. Saya didampingi sejumlah pejabat teras DPP Partai Golkar, antara lain Wakil Ketua Umum Theo Leo Sambuaga, Wakil Ketua Umum Sharif Cicip Sutardjo, Ketua Bidang Keagamaan Hajriyanto Yassin Thohari, Ketua Bidang Hubungan Internasional Iris Indira Murti, Ketua Bidang Pertahanan dan Keamanan Agus Gumiwang Kartasasmita, Wakil Sekretaris Jenderal Lalu Mara Satriawangsa, dan lainnya.

Di gedung kantor pemerintahan yang disebut Palacio De Governo itu, kami berbicara banyak hal, terutama soal keinginan Timor Leste untuk menjadi anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), dan upaya kerja sama antara Indonesia dengan Timor Leste di bidang pendidikan dan ekonomi (investasi dan perdagangan). Tak terlalu lama kami berbincang-bincang dengan Wakil Perdana Menteri, sebab kami harus segera pergi ke Istana Presiden untuk bertemu Presiden Jose Ramos Horta. Nyaris tidak ada kemacetan, sehingga rombongan segera sampai di kantor Kepala Negara itu. Kami pun tiba lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan. Kami diterima dengan ramah oleh Presiden Ramos Horta, yang ketika itu mengenakan kemeja motif kain tenun setempat. Penampilannya tampak bersahaja.

Di ruang kerja Presiden itu, kami cukup lama berbincang-bincang. Topiknya tidak berbeda dengan ketika pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri, yakni seputar keinginan Timor Leste untuk masuk dalam keanggotaan ASEAN, juga penjajakan kerja sama antara Indonesia dengan Timor Leste di bidang pendidikan serta investasi dan perdagangan. Khusus masalah keanggotaan Timor Leste di ASEAN, kami sampaikan kepada Presiden Ramos Horta bahwa Partai Golkar sangat mendukung. Partai Golkar sebagai anggota partai koalisi akan mengupayakan agar Pemerintah Indonesia lebih intensif mendorong Timor Leste secepatnya menjadi anggota ASEAN. Bagi Partai Golkar, masuknya Timor Leste sebagai anggota ASEAN akan menciptakan suasana yang lebih kondusif bagi politik diplomasi regional. Maka, diharapkan dengan sendirinya memberi manfaat positif bagi kerja sama Timor Leste dengan negeri-negeri sahabat di kawasan Asia Tenggara.

Meski begitu, Pemerintah RI juga harus terlebih dahulu melakukan pendekatan serta membahasnya dengan negara-negara anggota. Sebab, saat ini ada satu negara anggota yang belum menyetujui masuknya Timor Leste ke dalam ASEAN. Karenanya, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Ketua ASEAN, diharapkan dapat membantu mempercepat prosesnya hingga Timor Leste bisa segera bergabung dengan perhimpunan negara-negara Asia Tenggara itu.

Dalam Konferensi Tingkat Menteri Ke-16 Gerakan Non Blok di Nusa Dua, Bali, 23 Mei 2011 lalu, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengatakan satu negara anggota ASEAN masih berkeberatan dengankeinginan Timor Leste bergabung di ASEAN. Menteri Luar Negeri tidak menyebutkan nama negara tersebut. Dia hanya mengatakan, negara tersebut adalah salah satu negara besar di ASEAN.

Mengenai bidang ekonomi, kami menilai, pengelolaan ekonomi dan perdagangan Timor Leste menuju ke arah yang benar dengan sistem perekonomian yang lebih terbuka. Bahkan, dalam beberapa hal, misal, rezim perpajakan dan investasi, Timor Leste telah mengambil langkah-langkah yang sangat maju. Saya sampaikan, Partai Golkar akan menyampaikan kabar baik tersebut kepada dunia bisnis di Indonesia agar mereka mencari kemungkinan investasi dan perdagangan di Timor Leste, sebelum pengusaha dari berbagai negeri lainnya berebut mendapatkan kesempatan mengembangkan bisnis di Timor Leste.

Partai Golkar juga akan terus mendorong agar Pemerintah RI memperluas kerja sama bilateral kedua negara, khususnya dalam bidang pendidikan, yang selama ini telah terbukti berjalan dengan baik, terutama pada pendidikan tinggi. Merupakan kebanggaan tersendiri bagi Indonesia untuk memberi tempat bagi putra putri Timor Leste untuk mencari dan memperdalam ilmu pengetahuan di berbagai universitas di Indonesia, baik di Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, Malang, Makassar, Yogyakarta, atau kota lainnya.

Presiden Ramos Horta menyambut baik dan mengaku sangat gembira atas dukungan Partai Golkar bagi usaha Timor Leste untuk bergabung ke dalam ASEAN. Demikian pula prakarsa Partai Golkar dalam upaya penjajakan kerja sama, terutama di bidang ekonomi. Selepas bertemu Presiden Ramos Horta, saya dan rombongan DPP Partai Golkar mampir di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dili. Kami hanya sempat minum teh di sana karena sudah ada agenda makan malam dengan pimpinan Partai Demokrat Timor Leste. Karenanya, kami bergegas menghadiri undangan makan malam dengan politisi partai terbesar kedua di negara tersebut.

Esok harinya, Kamis, 9 September 2011, saya dan rombongan masih berada di kota Dili. Pukul delapan pagi, kami bergegas ke kantor pusat Partai Fretilin (Frente Revolucionaria do Timor-Leste Independente). Di tempat itu, kami menghadiri Kongres ke-3 Partai Fretilin, yang diikuti lebih dari 500 kader Partai se-Timor Leste. Di sana pula, kami bertemu petinggi utama Partai Fretilin, yakni Ketua Umum Francisco Guteres Lu-Olo dan Sekretaris Jenderal Marie Alkatiri. Marie Alkatiri adalah mantan Perdana Menteri Timor Leste. Saya cukup lama mengobrol banyak hal dengan dia sebelum memasuki arena kongres. Dalam forum kongres itu, saya mendapat satu kehormatan, yakni diminta menyampaikan pidato singkat seputar hubungan Partai Golkar dengan Partai Fretilin, dan hubungan Indonesia dengan Timor Leste. Dalam pidato singkat saya kepada para pimpinan dan ratusan kader Partai Fretilin, saya tegaskan bahwa Partai Golkar mendukung Timor Leste untuk masuk menjadi anggota ASEAN.

Agenda berikutnya saya di Timor Leste adalah menandatangani naskah kesepahaman kerja sama (MoU) antara saya, sebagai Ketua Umum Partai Golkar, dengan Fernando La Sama de Araujo, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat Timor Leste. Bentuk kerja samanya ialah Partai Golkar akan memberikan pelatihan dan pengkajian materi politik partai kepada kader-kader Partai Demokrat Timor Leste. Golkar akan berbagi pengalaman dan ilmu seputar politik kepartaian untuk partai politik terbesar kedua di negeri Timor Lorosa’e tersebut.

Diharapkan, melalui kerja sama itu, Partai Demokrat Timor Leste dapat meningkatkan kualitas kader. Fernando yang juga Presiden Parlemen Timor Leste menyebut pentingnya aspek pengkaderan anggota partai serta pengkajian materi politik dan sistem penataan organisasi partai. Diakuinya, pengkaderan dan pengkajian materi politik bagi anggota Partai merupakan aspek mendasar karena nantinya dapat melahirkan pemimpin handal bagi kepentingan bangsa dan negara.

Seusai penandatanganan naskah MoU, Pak Fernando secara lisan mengundang saya untuk menghadiri Kongres Partai Demokrat Timor Leste pada Desember 2011. Itu merupakan kedua kalinya Pak Fernando mengucapkan hal serupa, setelah yang pertama ketika berkunjung ke kantor DPP Partai Golkar di Jakarta pada Juli 2011. Kepadanya saya katakan, siap datang kembali, karena saya senang mengunjungi Bumi Timor Lorosa’e.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.