Tuan Guru dan Pembangunan Generasi Bertaqwa
Setelah akhir tahun lalu mengunjungi Nusa Tenggara Barat (NTB), saya bersama rombongan pada Selasa, 22 Maret lalu, kembali terbang ke Mataram. Saya datang untuk menghadiri acara pelantikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah NTB. Acara digelar di Pondok Pesantren (ponpes) Al Badriyah di Lombok Timur pimpinan Tuan Guru Haji Lalu Tahir Badri.
Setiba di ponpes itu, saya langsung di sambut oleh ribuan santri dan anggota Tarbiyah yang sudah datang sejak pagi. Ponpes Al Badriyah ini sederhana layaknya pesantren tradisional lain yang ada di Pulau Jawa. Namun di sana ada hal yang mengesankan saya. Saya terkesan oleh sebuah baliho besar di sana yang berbunyi: “Membangun Generasi Mutaqin”. Sepintas slogan ini tampak sederhana, namun maknanya sangat dalam. Membangun generasi mutaqin atau bertakwa inilah yang seharusnya jadi tujuan pendidikan kita.
Pendidikan yang bertujuan membangun generasi bertaqwa artinya tidak hanya mengajarkan ilmu formal yang mencerdaskan, tetapi juga mengajarkan ilmu agama atau aspek spiritual kepada anak didik. Jadi selain pendidikan, juga ada pengajian.
Jika dua hal ini berjalan secara baik dan seimbang, maka akan lahir generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas, namun juga bertaqwa kepada Allah. Orang pintar banyak, namun orang pintar yang bermoral tidak banyak. Padahal dengan orang pintar yang bermoral dan bertaqwa ini, ilmu akan lebih bermanfaat karena digunakan untuk jalan yang benar.
Karena itu saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan ponpes seperti Al Badriyah dan jaringan pesantren Tarbiyah lainnya. Itu juga yang membuat saya jauh-jauh datang untuk menghadiri acaranya. Apalagi Tarbiyah adalah organisasi yang menyalurkan aspirasinya ke Partai Golkar.
Tarbiyah adalah organisasi Islam yang tua di Indonesia setelah Muhammadiyah dan NU. Pernah menjadi partai, lalu bergabung ke NU, saat NU masih jadi partai politik, dan akhirnya mendukung Golkar. Menurut Tokoh Tarbiyah NTB yang juga Pimpinan Ponpes Al Badriyah NTB, Tuan Guru Haji Lalu Tahir Badri, organisasinya belum pernah berpindah dukungan.
Tarbiyah memilih mendukung Golkar karena peduli kepada umat Islam, khususnya di daerah, dan melakukan upaya konkret dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka juga berjanji akan mensukseskan Partai Golkar di Pemilu 2014 nanti.
Terus terang saya merasa gembira bahwa Tarbiyah tetap mendukung Golkar. Saat ini tujuan baik Golkar maupun Tarbiyah sama yaitu untuk membangun bangsa dan menyejahterakan masyarakat dengan cara masing-masing. Golkar dengan berpolitik, Tarbiyah dengan pendidikan dan aksi sosialnya. Kepada mereka saya katakan bahwa kader Golkar baik yang di eksekutif maupun legislatif akan membantu memperjuangkan aspirasi mereka.
Misalnya saja membantu Tarbiyah dan jaringan pondok pesantrennya dalam menyediakan fasilitas pendidikan untuk mencetak generasi mutaqin. Juga bantuan lain yang dibutuhkan oleh mereka, yang kita lihat bukan hanya sebagai kader atau pendukung, tetapi sebagai elemen penting yang ikut berperan membangun bangsa.
Selain Tarbiyah, Golkar juga peduli dan mewadahi aspirasi ulama atau kiai lainnya dalam wadah Satuan Karya (Satkar) Ulama yang dibentuk Partai Golkar. Setelah acara pelantikan pengurus Tarbiyah, saya juga melantik pengurus Satkar Ulama NTB di tempat berbeda. Satkar Ulama NTB ini beranggotakan ulama atau tuan guru yang ada di NTB.
Nantinya lewat Satkar Ulama ini akan ditampung dan disalurkan apa yang menjadi aspirasi para ulama NTB ini. Para ulama ini penting bagi Golkar, karena para ulama dan ponpesnya itulah yang akan membangun generasi mutaqin. Sebuah generasi yang akan memajukan bangsa dengan ilmu dan taqwa.
No comments yet.