Ganti Kegaduhan “Politik Ikan Piranha”
Meski pemilu tahun 2014 masih dua tahun lagi, banyak kalangan memprediksi suasana kompetisi sudah mulai terasa. Benar saja, baru memasuki tahun 2012, suasana kegaduhan politik mulai menghangat. Kegaduhan tersebut, antara lain ditandai oleh komentar sebagian elite politik yang saling menyindir secara sinis dan ramai di media.
Bahkan kegaduhan dan olok-olok para politisi ini menggunakan istilah-istilah seperti ikan salmon, ikan piranha, ikan paus dan sebagainya. Semua nyaris tanpa makna, kecuali saling serang dan olok-olok, yang menimbulkan kegaduhan politik yang akhirnya menuai kecaman publik.
Sebagai politisi saya malu dan prihatin dengan hal semacam itu. Perdebatan tersebut tidak hanya mencerminkan tergerusnya tradisi perdebatan konseptual, tetapi juga tidak produktif dan bahkan kontraproduktif dalam kerangka memperkuat kualitas kehidupan demokrasi yang sedang kita bangun bersama.
Kegaduhan politik itu juga jelas tidak produktif bagi upaya mewujudkan kemandirian bangsa dan kesejahteraan rakyat. Apalagi, ketika hari-hari ini kita juga dihadapkan pada banyaknya kasus konflik sosial, antara lain berupa sengketa agraria di berbagai daerah yang diwarnai oleh pelanggaran hak asasi manusia.
Karena itu, kepada kader Partai Golkar, saya selalu tekankan agar tidak ikut larut dalam kegaduhan yang tidak produktif semacam itu. Dalam acara Puncak Hari Ulang Tahun ke-52 Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (Ormas MKGR) di Jakarta, Minggu, 15 Januari 2012, saya kembali menekankan hal tersebut. Kader dan politisi Partai Golkar hendaknya berdiri di garis terdepan dalam memberikan contoh komunikasi politik yang santun dan cerdas.
Partai Golkar sebagai “The Party of Ideas” harus memberi contoh bagaimana memperkokoh tradisi perdebatan konseptual. Berkali-kali saya tekankan mari kita kurangi kegaduhan politik, mari hindari intrik, fitnah, dan sebagainya, lalu mengganti dengan adu ide dan gagasan untuk membangun bangsa dan mensejahterakan rakyat.
Satu kecenderungan yang menonjol dari demokrasi sejak era reformasi hingga sekarang adalah makin menurunnya etika dan politik, moralitas politik yang makin pudar, berkembang-biaknya politik transaksional dan pragmatisme, maraknya money politics, dan kegaduhan politik yang sebenarnya dapat dihindarkan.
Praktik-praktik politik yang bermunculan kerap menyulut dan mengumbar permusuhan, fitnah, intrik, dan politicking, serta pembunuhan karakter. Akibatnya, politik kehilangan roh dan substansi. Politik kehilangan karakternya sebagai dunia pengabdian untuk mewujudkan cita-cita luhur dan suci.
Semua itu tidak hanya membuat kualitas kehidupan demokrasi kita merosot, tetapi juga menghancurkan esensi budaya demokrasi substansial dan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Partai Golkar berpendapat demokrasi bukan semata sebuah proses politik. Demokrasi merupakan sistem politik yang sarat nilai, yang harus dijalankan demi rakyat dengan manajemen yang berkualitas dan beretika.
Karena itu, saya mendorong agar tradisi persaingan politik secara berkualitas dan beretika dikembangkan. Demikian pula perdebatan konseptual harus makin dibiasakan dalam dunia perpolitikan kita, agar kaum politisi dan partai politik terbiasa dengan gagasan-gagasan cerdas dan visioner guna mencari rumusan terbaik yang aplikatif dalam mengatasi masalah-masalah bangsa.
Sebenarnya yang diperlukan bangsa ini bukan kegaduhan politik. Yang diperlukan adalah gagasan yang brilian dalam mengatasi permasalahan bangsa, gagasan untuk membangun bangsa, dan mensejahterakan rakyat. Bagi Partai Golkar inilah inti perjuangan. Karena itu, Partai Golkar bersedia bekerja sama dengan partai mana pun yang memiliki tujuan yang sama seperti itu.
Bagi Partai Golkar, politik adalah arena kompetisi gagasan yang tajam, hidup, serta kreatif, bukan sekadar arena pertarungan kekuasaan. Partai Golkar sudah kenyang dengan kekuasaan. Bagi Golkar, kekuasaan bukan demi kekuasaan itu sendiri, tetapi sebagai alat untuk mencapai sebuah cita-cita yang lebih besar yaitu kesejahteraan rakyat.
Kader Partai Golkar hendaknya lebih sibuk mengkaji dan memberi jalan keluar dari berbagai soal yang mendesak, seperti pembangunan sistem pendidikan yang lebih baik, rumah sakit yang lebih modern dan terjangkau, dan sebagainya. Bukan ikut-ikutan dalam kegaduhan perdebatan yang kontraproduktif. Kader Golkar harus memberi contoh partai lain dalam hal ini.
Apalagi, tahun 2012 ini bagi Partai Golkar merupakan Tahun Karya Kekaryaan, di mana seluruh potensi Partai dikerahkan untuk berkarya sesuai ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya. Dengan optimalisasi gerakan tersebut, diharapkan akan membuahkan hasil yang memuaskan, dalam lingkup internal Partai maupun untuk kepentingan bangsa.
Hakikat gerakan Karya Kekaryaan tersebut adalah agar segenap jajaran pengurus, kader, dan Keluarga Besar Partai Golkar, mengedepankan karya nyata bagi rakyat dan bangsa. Berkarya untuk rakyat. Tiada hari tanpa karya. Karena ini yang ditunggu-tunggu rakyat, bukan kegaduhan politik.
Rakyat lebih suka politisi beradu pendapat tentang program mana yang akan lebih cepat mensejahterakan rakyat. Rakyat akan lebih suka melihat politisi memikirkan masalah kemiskinan dan mengadu gagasan cara mengatasinya. Hal tersebut pasti lebih disukai rakyat, dibanding adu olok-olok ikan Salmon lawan ikan Piranha, dan lain sebagainya.
Jadi tak bosan-bosan saya menghimbau pada para politisi pada umumnya dan kader Partai Golkar pada khususnya: mari kita ganti kegaduhan dengan adu ide dan gagasan.
No comments yet.