Islam yang Rahmatan Lil Alamin
Umat Islam baru saja memperingati tahun baru Hijriyah atau tahun baru Islam yang jatuh pada hari Selasa, 5 November 2013 lalu. Saya sendiri berkesempatan memperingati malam tahun baru Hijriyah bersama umat Islam di Jambi. Peringatan ini digelar di Masjid Raya Jambi, pada Senin malam, 4 November 2013.
Acara yang bertajuk “Tabliq Akbar Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharam” ini dihadiri banyak umat Islam Jambi, meski saat itu hujan turun membasahi kota Jambi. Acara malam itu, juga diisi oleh Ustad Cepot, da’i asal Banten yang sering muncul di televisi.
Sebelum Ustad Cepot berceramah, saya diberi kesempatan untuk memberikan sambutan. Meskipun bukan da’i atau ulama, saya coba menyampaikan pandangan saya tentang Islam malam itu dihadapan umat Islam Jambi.
Dalam sambutan saya di acara itu, saya menyatakan bahwa umat Islam Indonesia adalah umat Islam yang istimewa. Hanya di Indonesia, Islam – Demokrasi – Modernitas bisa berjalan bersamaan atau berdampingan. Tidak ada satupun negara di dunia ini yang tiga hal tadi bisa berjalan berdampingan. Biasanya kalo demokratis dan modern, Islamnya tidak dapat ruang. Kalo Islamnya dapat ruang, demokrasi dan modernitasnya tidak dapat ruang, dan seterusnya. Hanya di Indonesia lah hal itu ada, bisa berjalan beriringan. Ini kelebihan Indonesia.
Saya juga menyampaikan bahwa saat ini banyak stigma negatif tentang Islam. Banyak aksi kekerasan dan terorisme yang diidentikkan dengan Islam. Padahal itu jauh dari ajaran Islam yang cinta damai. Islam sendiri berasal dari akar kata salam yang artinya damai. Setiap bertemu orang, umat Islam juga dianjurkan mengucapkan salam, ucapan damai untuk sesama manusia.
Karena itu dalam kesempatan itu, saya mengajak semua yang hadir malam itu, dan umat Islam Indonesia umumnya untuk mengenalkan Islam sebagai agama yang damai. Bukan agama yang pro kekerasan, apalagi terorisme. Kita harus menunjukkan wajah Islam yang sesungguhnya; yang sejuk dan damai.
Apalagi selama ini umat Islam di Indonesia ini juga dikenal relatif toleran dibanding negara lainnya. Ini harus diperkuat. Jangan sampai sesama umat Islam bisa berantem hanya karena hal-hal kecil yang sifatnya kilafiyah. Jangan pula mudah terpancing diadu domba dengan umat lain.
Saya juga mengingatkan bahwa Islam mengajarkan kebersihan. Karena itu saya menghimbau agar semua umat Islam membiasakan menjaga kebersihan. Kita mulai dari rumah tangga kita. Mulai dari WC WC kita, kita pelihara agar tetep bersih. Kita pelihara masjid agar tetap bersih. Kita selaku umat Islam harus memberikan contoh.
Ini penting, karena masalah ini sering diabaikan oleh umat Islam Indonesia. Saya masih ingat dua tahun lalu, saat saya ke sebuah daerah saya mampir sholat ke mesjid agung di daerah itu. Saat tiba di sana, saya sengaja masuk dari belakang, bukan dari depan. Ketika saya masuk dari bagian belakang itu, astagfitrullah, tangganya sangat kotor, lampunya juga tidak ada, dan berbahaya bagi yang melintas.
Saat itu saya minta walikotanya untuk memerintahkan agar kebersihan dan penerangan masjid dijaga. Kalo dananya tidak ada, saya akan berikan. Akhirnya walikota menyanggupi dan akan dikerjakan.
Soal kebersihan ini penting, agar orang melihat tempat ibadah kita, rumah Allah, tidak kotor, tidak gelap. Kita saja kalau mau ke kamar mandi, tapi kotor, kita enggan, apalagi kalau mau beribadah. Apalagi dalam Islam kebersiha itu sebagian dari iman. Islam juga mengajarkan berwudlu sebelum sholat. Ini jelas bahwa kebersihan penting dalam Islam.
Selain kebersihan, umat Islam juga perlu memperhatikan ekonomi. Alangkah baiknya jika kita ajarkan kepada anak-anak kita, bahwa tangan di atas lebih baik, dari tangan di bawah. Untuk itu umat Islam harus mandiri, harus kuat ekonominya, jangan jadi peminta-minta, tidak boleh miskin. Jangan sampai orang menilai kalo Islam itu miskin.
Satu lagi yang saya pesankan malam itu, bahwa umat Islam tidak boleh bodoh. Umat Islam harus menguasai ilmu dan pengetahuan. Apalagi dulu di masa jayanya peradaban Islam, umat Islam melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al Jabar, dan sebagainya. Bahkan bangsa Barat menimba ilmu dari mereka.
Namun untuk hal itu umat Islam jangan cuma melihat ke belakang. Jangan cuma mengenang masa-masa jaya saat Islam mengusai ilmu dan pengetahuan dan peradaban Islam pernah jadi peradaban tertinggi. Tapi kita lihat ke depan. Kita harus buktikan bahwa Islam bisa kembali jadi peradaban tertinggi dunia. Dengan kembali menguasai ilmu dan pengetahuan.
Umat Islam Indonesia saya yakin bisa mengarah ke sana. Umat Islam Indonesia bisa mulai memperhatikan hal-hal yang sepintas kecil atau sepele, namun sejatinya penting itu. Umat Islam Indonesia bisa menjadi contoh umat Islam dunia, atau umat lainnya.
Apa yang saya sampaikan di sini bukan bermaksud menggurui. Saya bukan mubalig, da’i, atau ulama. Saya bukan orang yang tahu betul dan dalam tentang Islam dan tidak banyak hafal ayat. Tapi sebagai umat Islam saya juga punya kewajiban mengingatkan saudara-saudara saya, kita semua. Sebagaimana pesan Al Quran dalam Surah Al Asr ayat 3, agar kita selalu saling mengingatkan dalam kebanaran, dan saling mengingatkan dalam kesabaran.
Karenanya saya tidak ada bosan-bosan untuk selalu mengingatkan agar umat Islam Indonesia menjadi teladan dengan menunjukkan wajah Islam yang baik. Islam yang tidak kotor, tidak miskin, tidak bodoh. Islam yang damai, Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang menjadi rahmat bukan hanya untuk umat Islam, namun juga untuk umat lain, dan alam semesta.
No comments yet.