Olahraga dan Jiwa Sportif
Saya selalu mengawali aktivitas sehari-hari dengan berolahraga. Setiap pagi, saya selalu menyempatkannya. Jika melihat jadwal kegiatan saya sehari-hari, maka agenda pertama yang saya lakukan adalah: berolahraga.
Olahraga sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan saya sejak muda. Ada yang kurang rasanya bila mengawali hari tanpa olahraga. Makanya, di manapun berada, saya selalu menyempatkan berolahraga. Termasuk saat saya berpergian ke luar kota atau luar negeri.
Seperti saat saya bersafari ke Lombok pekan lalu, (Rabu, 23 Januari 2012). Seperti biasa, jadwal pertama saya adalah olahraga. Namun kali ini saya tidak berolahraga di hotel seperti biasanya. Pagi itu saya memilih berolahraga bersama masyarakat di alun-alun.
Pagi itu, saya berolahraga bersama anak-anak sekolah yang sedang ada jam olahraga di sana, dengan melakukan senam aerobik dipandu instruktur setempat. Meski ini olahraga ringan, namun lumayan juga terasa segar di badan.
Seusai berolahraga, saya diberi kesempatan berbicara di hadapan anak-anak ini. Kepada mereka saya menceritakan bahwa saya sangat suka berolahraga. Waktu masih muda, setiap selesai sholat subuh saya selalu menyempatkan berlatih karate. Sampai sekarang, meski berusia kepala enam, saya masih rutin berolahraga paling sedikit dua jam setiap pagi.
Saya masih kuat lari keliling lapangan 15 kali, atau melakukan jalan cepat 6 km jalan cepat. Saya juga biasa bermain tenis 3 set, bersama teman-teman di klub Rasuna. Intinya, aktivitas olahraga saya gak kalah sama anak muda.
Hasilnya sangat terasa, tubuh menjadi sehat dan bugar. Saya juga jarang sakit, dan banyak yang bilang dibandingkan dengan teman sebaya, saya terlihat lebih muda. Dengan kebugaran ini kegiatan saya yang relatif padat juga sangat terbantu. Saya tidak cepat lelah dan selalu fit meski harus melakukan perjalanan jauh. Bahkan kolega saya di Partai Golkar Ade Komarudin, pernah mengungkapkan, dia dan kawan-kawan keteteran mengikuti kegiatan saya.
Mengapa saya suka sekali berolahraga? Bagi saya olahraga ini penting. Penting tidak saja bagi kesehatan raga atau tubuh kita, namun juga bagi kesehatan jiwa kita. Seperti kata yang sangat terkenal di dunia olahraga: mens sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.
Kaitannya dengan jiwa, olahraga bisa membentuk jiwa sportif. Orang yang biasa berolahraga akan memiliki jiwa sportif yang tinggi. Biasa berkompetisi, berjuang mencapai hasil, dan bisa menerima kemenangan atau kekalahan.
Saya katakan kepada anak-anak itu, jiwa sportif ini penting. Tidak hanya untuk kompetisi olahraga saja, namun juga kompetisi di bidang lain. Misalnya saat pertandingan olimpiade sains, dan kompetisi-kompetisi lainnya. Sebab, orang berjiwa sportif akan siap menang dan kalah.
Tidak semua orang memiliki jiwa ini. Rata-rata orang hanya siap menang, tapi tidak siap menerima kekalahan. Orang yang sportif berdaya juang tinggi dan meyakini dirinya yang terbaik, namun mampu mengakui jika orang lain ternyata lebih baik darinya dan memenangkan kompetisi.
Dalam berorganisasi dan berpolitik, jiwa sportif ini sangat penting. Lihat saja banyak orang yang tidak sportif dalam kompetisi baik di organisasi maupun politik. Misalnya kalah dalam pemilihan pemimpin organisasi atau partai, kemudian tak terima dan membuat organisasi tandingan atau keluar dan membuat organisasi baru. Atau dalam pilkada, calon yang kalah tidak terima dan terus menggugat, bahkan sering berujung kekerasan atau kerusuhan.
Orang yang suka berolahraga dan telah tumbuh jiwa sportif dalam dirinya tentu tidak akan melakukan hal seperti itu. Orang sportif akan fair, dan siap menang juga siap kalah. Jika menang, orang sportif tidak akan terlalu jumawa atau merendahkan yang kalah, atau orang Jawa menyebutnya: menang tanpo ngasorake.
Itulah manfaat olahraga yang saya petik selama ini. Semoga akan semakin banyak orang, terutama anak-anak muda yang suka berolahraga dan memiliki jiwa sportif. Dulu ada program pemerintah yang bagus: memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Saya kira program bagus seperti ini perlu direvitalisasi.
No comments yet.