“Boarding Pass” Pilpres
Tadi malam saya berkunjung ke kantor sahabat saya Chairul Tanjung di Menara Bank Mega. Saya datang bersama para pengurus Partai Golkar, antara lain Idrus Marham, Fuad Hasan Masyhur, Erwin Aksa, Tantowi Yahya, Rully Chairul Azwar, dan lain-lain. Di sana kami ngobrol dengan Chairul Tanjung dan Peter Gontha, di ruang kerja Chairul.
Kemudian di sana saya juga bertemu dan berdiskusi dengan para pimpinan media yang tergabung dalam Forum Pemred. Chairul Tanjung yang memfasilitasi pertemuan ini lalu meminta saya memaparkan visi dan program saya baik dalam memimpin Partai Golkar maupun sebagai calon presiden (capres). Lalu dilanjut dengan tanya jawab atau diskusi dengan Forum Pemred.
Diskusinya cukup seru. Dalam diskusi itu ada pertanyaan menarik dari Pemred Suara Pembaruan dan Investor Daily Primus Dorimulu. Dia bertanya apakah saya percaya pada survei? Saya jawab bahwa saya percaya survei, tapi yang dilakukan lembaga survei yang kredibel. Saya percaya lembaga survei yang benar. Lembaga survei yang sudah lama jadi lembaga survei, bukan lembaga survei jadi-jadian.
Saya juga mengatakan semua survei dari lembaga survei yang kredibel menempatkan Partai Golkar di urutan teratas atau urutan pertama. Karena itu, saya tidak ragu di Pemilu Legislatif nanti Partai Golkar bisa menang dan mendapatkan kursi 30 persen.
Lalu anggota Forum Pemred bertanya bagaimana dengan elektabilitas saya di survei yang belum teratas seperti Partai Golkar. Saya menjawab, memang benar saya belum teratas, namun di survei capres saya selalu ada di tiga besar. Dari tiga besar itu, hanya saya yang memiliki eligibilitas tertinggi.
Eligibilitas ini penting karena saat berbicara mengenai Pilpres, seorang capres tidak hanya dituntut memiliki popularitas atau elektabilitas tinggi, namun juga harus memenuhi syarat pencalonan agar eligible. Jika Pilpres itu ibarat perjalanan menggunakan pesawat, saya mengibaratkan eligibilitas ini sebagai boarding pass.
Saat ini, yang memiliki boarding pass itu baru saya dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Ini dilihat dari hasil survei, yang mengatakan samapai saat ini, diprediksi hanya dua partai yang mampu memenuhi syarat dan mengusung capres sendiri yaitu Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Karena itu setiap ditanya mengenai saingan terberat saya, saya selalu mengatakan Megawati, sebab selain saya hanya dia yang sudah punya boarding pass.
Lalu bagaimana dengan yang lain? Sesuai dengan aturan dan hasil survei, mereka belum memiliki boarding pass. Meski popularitas atau elektabilitasnya tinggi, tapi kalau tidak memiliki eligibilitas akan susah bersaing di Pilpres. Ibaratnya, mau naik pesawat, banyak yang mendukung dia naik pesawat, namun kalau tidak memiliki boarding pass, maka dia tidak akan diizinkan naik oleh petugas bandara atau petugas maskapai.
Sementara saya dan Megawati sudah punya boarding pass. Saya sudah pasti memakai boarding pass itu, karena partai sudah menugaskan saya menjadi calon presiden. Namun Megawati belum memutuskan apakah akan berangkat menggunakan boarding passnya atau menyerahkannya pada orang lain.
Anggota Forum Pemred juga ada yang menanyakan bagaimana jika Megawati memberikan boarding passnya pada orang lain? Saat itu saya jawab dengan sedikit bercanda bahwa agak sulit juga berharap terbang dengan boarding pass orang lain. Karena boarding pass ini berlaku jika namanya sama, jika namanya beda, belum tentu diizinkan petugas atau komputer bandara.
Kemudian ada anggota Forum Pemred yang bertanya apakah ada strategi khusus jika yang memakai boarding pass Megawati sendiri atau diberikan ke orang lain, misalnya Jokowi? Saya katakan bahwa strateginya sama saja. Dalam menghadapi pemilu baik Pileg dan Pilpres, siapapun rivalnya, strateginya sama saja. Yaitu mendekati rakyat, meyakinkan rakyat, dan membantu mengatasi problem yang mereka hadapi. Jika itu berhasil dilakukan pasti bisa menang karena mendapat kepercayaan dari rakyat.
Itulah sebagian cuplikan diskusi saya dengan Forum Pemred yang difasilitasi oleh Chairul Tanjung. Pernyataan saya soal boarding pass ini bukan bermaksud untuk merendahkan calon dan partai lain, seperti yang muncul di banyak pemberitaan merespon berita seputar diskusi saya dan Forum Pemred tersebut. Saya mengatakan saat ini, berdasarkan data dari berbagai survei. Data survei sampai saat ini mengatakan demikian. Kalau nanti ternyata boarding pass jadi banyak ya bisa saja. Misalnya dari koalisi partai-partai, ya bisa saja, mungkin-mungkin saja. Tapi sekali lagi, jika melihat data survei sampai saat ini, hanya saya dan Megawati yang punya.
Pernyataan saya mengenai boarding pass ini semata juga untuk mengungkapkan apa yang selama ini luput dari perbincangan kita mengenai capres atau pilpres. Selama ini, jika berbicara mengenai hal tersebut, kita hanya terjebak pada masalah popularitas atau elektabilitas. Sementara ada hal lain yang penting namun terlewat yaitu soal eligibilitas.
Alhamdulillah, sekarang jika melihat hasil survei, jika dipadukan antara popularitas, elektabilitas dan eligibilitas, calon Partai Golkar-lah yang tertinggi. Semoga terus bertahan sampai pilpres nanti. Amin.
No comments yet.