Emas Pertama untuk Indonesia
Tadi malam, saya menjelang istirahat saya menengok akun twitter saya. Ada seorang follower memention saya dan mengirim sebuah foto atau gambar (yang sepertinya captur sebuah video) seorang pebulutangkis memeluk seorang pria berkacamata. Dia menanyakan apakah sosok di foto atau gambar adalah saya?
Meski gambarnya agak buram dan itu kejadian yang sudah sangat lama sekali, saya masih mengenali bahwa pria berkacamata itu adalah saya. Itu adalah foto atau gambar yang merekam momen tahun 1992. Sebuah momen yang tidak akan pernah terlupakan baik bagi saya maupun bagi bangsa Indonesia.
Pebulutangkis di foto itu adalah Alan Budikusuma memeluk saya usai memenangkan pertandingan final tunggal putra di Olimpiade Barcelona. Di pertandingan final Alan mengalahkan pebulutangkis yang juga dari Indonesia, Ardy Wiranata.
Seusai memenangkan pertandingan, Alan memeluk saya yang hadir sebagai salah satu ketua Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Saya masih ingat hari itu, 4 Agustus 1992. Hari bersejarah di mana Indonesia menyapu bersih medali tunggal putra.
Kala itu terjadi all Indonesian final, Alan menang dan mendapat emas, sementara Ardy Wiranata mendapat perak. Sementara di tempat ketiga atau perunggu, juga ada pebulutangkis Indonesia Hermawan Susanto yang berbagi tempat dengan Thomas Stuer Lauridsen dari Denmark.
Yang lebih membanggakan lagi dan membuat moment itu tak terlupakan adalah; ini pertama kalinya Indonesia memperoleh medali emas di Olimpiade. Ini adalah emas pertama Indonesia di Olimpiade setelah 47 tahun Indonesia merdeka.
Memang, Alan bukan orang Indonesia pertama yang memperoleh medali di Olimpiade. Sebelumnya sudah ada Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani, yang berhasil meraih medali perak pada Olimpiade Seoul tahun 1988 dari cabang panahan.
Namun untuk medali emas, Alan lah yang pertama, bersama Susi Susanti yang juga memperoleh medali emas dari tunggal putri bulutangkis. Alan dan Susi, kemudian tidak hanya mengawinkan medali, namun keduanya juga menikah dan menjadi suami istri.
Itulah emas pertama untuk Indonesia yang dipersembahkan Alan dan Susi. Sebuah prestasi yang disambut suka cita seluruh bangsa Indonesia. Bahkan ada yang menyebut saat itu adalah masa puncak atau periode emas prestasi bulutangkis Indonesia.
Sebagai pengurus PBSI kala itu tentu saya ikut bangga. Apalagi saya ikut menyaksikan langsung perjuangan Alan dalam mengharumkan nama Indonesia. Karena itu saya berterima kasih sekali saat ada yang mengingatkan saya atas momen ini.
Apa yang telah diperbuat Alan dan Susi ini saya rasa patut diteladani para penerus mereka. Terutama para atlit dan calon atlit bulutangkis. Agar mereka bisa lebih berprestasi lagi. Agar prestasi bulutangkis Indonesia bisa bangkit lagi.
Kita harus optimis bahwa ke depan prestasi bulutangkis dan olahraga lainnya di Indonesia akan kembali berjaya di tingkat dunia. Kalau Alan dan Susi bisa, tentu putra dan putri Indonesia yang lainnya juga bisa. Maju terus bulutangkis Indonesia!
Tulisan saya lainnya tentang bulutangkis bisa dibaca di sini
No comments yet.