Marco dan Labuan Bajo
Awal pekan lalu (senin, 3 Februari 2014), saya terbang ke Labuan Bajo, untuk bersafari atau roadshow ke sana. Labuan Bajo adalah ibukota Kabupaten Manggarai Barat, di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Labuan Bajo selama ini dikenal sebagai pintu gerbang Pulau Komodo. Karena di tempat inilah para wisatawan yang akan berkunjung ke Pulau Komodo datang dan menginap. Dari Labuan Bajo ke Pulau Komodo, biasanya wisatawan akan berlayar tiga sampai empat jam dengan perahu tradisional, atau satu jam dengan speed boat.
Jika melihat Labuan Bajo sekarang, yang begitu dikenal sampai mancanegara, mungkin kita tidak akan menyangka bahwa daerah ini dulunya hanya desa nelayan kecil. Keindahan daerah ini, dan fungsinya sebagai pintu gerbang Pulo Komodo, yang kemudian menarik banyak pelancong dan mengubah daerah ini menjadi tujuan wisata.
Saya sendiri menilai Labuan Bajo sebagai salah satu tempat yang terindah di dunia. Potensi wisata di sana juga besar sekali. Bahakan saya berani mengatakan Labuan Bajo bisa berkembang dan maju seperti Bali. Dengan kata lain, Labuan Bajo bisa menjadi Bali kedua.
Tentu saja untuk menuju ke sana tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu pembangunan infrastruktur agar Labuan Bajo bisa menjadi tujuan wisata yang baik. Perkembangan pariwisata sebuah daerah tidak bisa lepas dari pembangunan infrastruktur. Pulau Bali, meningkat pesat pariwisatanya juga setelah infrastruktur di daerah itu dibangun dengan baik.
Karena itu, saya selalu bilang: kuncinya; infrastruktur, infrastruktur, dan infrastruktur.
Maka saat berdialog dengan kader dan masyarakat Labuan Bajo, saya katakan bahwa saya dan kader saya baik di eksekutif maupun legislatif akan membantu berjuang untuk pembangunan infrastruktur itu. Kader saya, terutama yang mewakili daerah sana, terus berjuang untuk itu.
Sebab pembangunan di daerah seperti ini, sesuai dengan misi Partai Golkar untuk “Membangun Indonesia dari Desa”. Ini bukan sekedar slogan, namun sebuah tekad dan misi yang terus kami laksanakan. Karena kami yakin, jika daerah maju, maka Indonesia juga akan maju.
Seperti di Labuan Bajo, jika infrastruktur sudah baik dan pariwisata berkembang pesat, saya yakin masyarakat di sana juga akan mendapatkan kesejahteraan. Persoalan pengangguran juga bisa mendapat solusi, jika pariwisata berkembang. Lihat saja Bali, gubernurnya mengatakan pada saya bahwa pengangguran di daerahnya hanya 1,3 persen. Sektor pariwisata bisa banyak membuka lapangan kerja.
Tapi selain infrastruktur, masyarakat sendiri juga harus “dibangun”. Masyarakat di daerah pariwisata juga harus punya keahlian untuk memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya. Di sini pendidikan kewirausahaan sangat diperlukan.
Untuk hal ini saya ada contoh dan cerita menarik.
Saat tiba di Labuan Bajo saya pergi ke restoran Italia namanya “Made in Italy (MII)”. Restoran ini dari luar tampak biasa saja, bangunannya sederhana, namun siapa sangka makanannya luar biasa enaknya. Menu yang istimewa di sana adalah pasta yang dibuat dengan campuran tinta cumi-cumi. Saya lupa namanya, tapi saya tidak lupa rasanya yang enak sekali.
Pemilik restoran ini adalah Marco Bertini, warga Negara Italia yang sudah lama jatuh cinta dengan Indonesia, khusunya Labuhan Bajo. Selain restoran rumah di Jl Sukarno Hatta itu, Marco juga punya restoran terapung, sebuah kapan kecil yang diubah menjadi restoran dengan nama “Made in Italy Boat”. Saya sebenarnya ingin mencoba naik, tapi sayang kemarin gelombang lagi kurang baik, jadi saya batal naik.
Restoran Marco ini terkenal sampai ke mancanegara. Banyak orang yang memuji konsep restoran dan rasa makanannya, dan berbondong-bondong datang ke sana. Usaha Marco pun sukses besar.
Marco ini bisa kita jadikan contoh, bagaimana seseorang dengan semangat kewirausahaan bisa memanfaatkan potensi Labuan Bajo dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dia awalnya ke Labuan Bajo untuk berlibur, namun menemukan peluang usaha saat melihat potensi daerah tersebut.
Saat berlibur bersama temannya, dia susah menemukan rumah makan yang baik dan berstandar internasional. Makanya ide membuka usaha restorannya muncul. Hasilnya seperti bisa dilihat saat ini, usaha Marco sukses dan restorannya terkenal.
Apa yang dilakukan Marco bisa dicontoh oleh masyarakat. Jika orang asing saja bisa sukses di daerah kita, kita yang tuan rumah, yang lebih mengenal daerah kita tentunya bisa lebih sukses lagi.
Karena itu selain infrastruktur harus dibangun, jiwa atau semangat entrepreneur atau wirausaha masyarakat harus juga dikembangkan. Makanya setiap roadshow keliling ke berbagai pelosok tanah air, saya selalu memberikan ceramah motivasi atau kuliah umum kewirausahaan kepada siswa atau mahasiswa.
Saya yakin, jika infrastruktur sudah baik, dan jiwa wirausaha masyarakat bagus, daerah seperti Labuan Bajo ini dan daerah-daerah lainnya akan maju. Jika daerah maju, maka bangsa Indonesia ini juga akan maju. Saya optimis, sebelum seabad bangsa ini, 2045 nanti, cita-cita kita bersama ini sudah kita capai.
No comments yet.