Menyatukan Kembali Partai Golkar
Sambutan pada Acara Silaturahmi Nasional Partai Golkar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua,
Om Swastyasu.
Segala puja dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas tuntunan dan pemeliharaanNya, kita dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat wal’afiat untuk mengikuti acara Silaturahmi Nasional Partai Golkar pada malam hari ini.
Alangkah indahnya bila orang-orang bersaudara yang berteduh di bawah rindangnya pohon beringin, datang dari seluruh penjuru tanah air untuk duduk bersama, bersilaturahmi, saling memadu rindu dan bertukar pengalaman, membicarakan masalah bangsa dan masalah internal Partai Golkar yang sama-sama kita cintai. Malam silaturahmi nasional ini terasa semakin bermakna, karena sudah hampir setahun cakrawala perpolitikan nasional, dilanda “kabut asap” yang pekat akibat terbakarnya dahan dan ranting soliditas internal pohon beringin.
Kita patut bersyukur, karena kabut asap itu kini semakin menipis setelah datangnya siraman “hujan kepastian hukum” dan semangat bersilaturahmi. Malam silaturahmi nasional ini, merupakan pengejawantahan semangat kebersamaan sebagai satu partai, semangat untuk mengurai perbedaan menjadi kekuatan baru guna membangun soliditas internal Partai Golkar untuk terus mengaktualisasikan doktrin, ikrar maupun paradigma perjuangan Partai Golkar.
Hadirin Malam Silaturahmi yang saya hormati,
Kita tahu bersama, bahwa kehadiran Partai Golkar, bukan untuk dirinya sendiri. Motivasi dasar pendirian Partai Golkar, adalah untuk mengukir karya-karya nyata demi persatuan dan kesatuan bangsa, demi kemajuan bangsa di segenap aras dan aspek, yang semuanya diperuntukkan bagi kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke, dari Talaud sampai ke Rote.
Oleh karena itu, sebelum membahas berbagai tantangan internal, ijinkan saya mengajak kita semua untuk memberi perhatian sungguh-sungguh terhadap sekurang-kurangnya tiga permasalahan bangsa yang sedang kita hadapi dewasa ini.
Pertama, fenomena pelambatan ekonomi nasional beserta seluruh dampak yang ditimbulkannya. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS, menurunnya produksi akibat beratnya beban ekonomi, dan meningkatnya PHK yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat akibat menurunnya pendapatan masyarakat. Selain itu, angka kemiskinan dan pengangguran terus menunjukan tren kenaikan yang mengkawatirkan karena berdampak langsung bagi menurunnya aksesibilitas masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan pokok dan transportasi serta aksesibilitas terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Oleh karena itu, saya mengajak saudara-saudara sekalian untuk bersama-sama Pemerintah, Pelaku Bisnis, partai-partai politik dan semua kekuatan bangsa lainnya, untuk saling bahu membahu menyumbangkan segala yang terbaik yang kita miliki untuk menghentikan laju pelambatan ekonomi nasional, sekaligus memulihkan dan menggairahkan kembali roda perekonomian bangsa. Saya menghimbau kepada seluruh kader Partai Golkar yang berkarya di bidang legislatif maupun eksekutif, baik di pusat maupun daerah, untuk bekerja sekuat-kuatnya meningkatkan daya serap anggaran pembangunan, terutama belanja modal untuk pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat agar dapat memicu kembali perputaran roda perekonomian masyarakat. Begitu juga kader kader yang bergerak di bidang swasta saya ajak untuk menggagas program-program padat karya untuk menolong masyarakat yang kini semakin berat beban hidupnya karena merasakan dampak langsung dari melambatnya roda perekonimian nasional.
Kedua, bencana asap akibat terbakarnya lahan dan hutan. Bencana asap kini telah menjadi bencana bagi banyak daerah, semakin meluas, yang semula hanya di pulau Kalimantan dan Sumatera, kini telah menjangkau pulau Jawa, Maluku, Sulawesi, Papua dan Nusa Tenggara, bahkan hingga ke Negara-negara tetangga. Akibatnya, bencana asap telah menimbulkan dampak serius tidak saja di bidang transportasi, pendidikan dan kesehatan melainkan sudah meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Saya mengajak kita semua untuk membantu Pemerintah dalam mengatasi bencana asap ini, agar bila terjadi lagi pada tahun-tahun mendatang, kita akan cepat menanggulanginya. Sekurang-kurangnya ada tiga aspek yang harus dibenahi ke depan, yakni soal tata kelola perinjinan, soal penegakkan hukum dan soal penanggulangan kebakaran. Selain ketiga hal ini, satu tantangan yang sangat mendesak yang membutuhkan perhatian kita semua adalah bagaimana menanggulangi korban-korban bencana asap yang jumlahnya telah mencapai ratusan ribu orang.
Ketiga, terganggunya harmoni sosial akibat konflik horizontal. Akhir-akhir ini berkembang fenomena sosial yang sangat memprihatinkan, yakni gejala rapuhnya nilai-nilai harmoni sosial, suburnya anarkhisme dan menguatnya sentiment primordial yang seakan-akan mengingkari jati diri Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang plural dan multicultural. Gejala ini harus segera dihentikan, dengan mencari dan memecahkan akar permasalahannya, karena bila dibiarkan berkembang pasti akan memperlemah, bahkan dapat merapuhkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagaimana seruan Ikrar Partai Golkar yang ketiga : “Kami warga Partai Golkar adalah Pembina persatuan dan kesatuan bangsa yang berwatak setia kawan”, saya mengajak seluruh kader partai Golkar untuk mengaktualisasikan ikrar luhur ini untuk membangun solidaritas dan harmoni sosial, mengembangkan cara hidup yang berwatak setia kawan dan toleran, menggantikan politik identitas dengan politik kebangsaan, demi memperkokoh akar-akar persatuan dan kesatuan bangsa di tempatnya masing-masing..
Saudara-saudara Hadirin Forum Silaturahmi Nasional Partai Golkar yang saya hormati,
Ijinkan saya mengajak saudara-saudara untuk mencermati dinamika internal Partai Golkar satu tahun terakhir. Setelah merayakan ulang tahunnya yang ke 50, tahun lalu, Partai Golkar menghadapi tantangan internal yang cukup serius. Perbedaan pendapat dalam forum-forum internal partai, baik Rapat Harian, Rapat Pimpinan Nasional maupun Musyawarah Nasional telah memicu perpecahan dalam partai, baik dualisme kepengurusan maupun pertentangan antar kader partai.
Saya mencermati, bahwa reformasi nasional 1998, yang merubah secara mendasar format perpolitikan nasional ke arah yang semakin demokratis dan konstitusional, membawa dampak terhadap kultur dan format politik internal partai-partai politik, termasuk Partai Golkar. Salah satu dampak dari perubahan ini, adalah berkembangnya faksionalisme dalam partai, yang dalam kadar tertentu daoat mengganggu soliditas internal dan kinerja politik partai-partai politik.
Khusus di dalam Partai Golkar, faksionalisme internal muncul dan berkembang disaat penyelenggaraan Munaslub 1998 dan Pemilihan Presiden Tahun 1999. Sejak saat itu, faksionalisme internal Partai Golkar terus terjadi dalam dua momentum utama, yakni suksesi kepemimpinan nasional dan suksesi kepemimpinan Partai Golkar. Kita bisa melihat bagaimana pertentangan internal yang terjadi disaat Konvensi Nasional 2004, Putaran I dan II Pilpres 2004, Munas VII, Bali, 2004, Munas VIII, Pekanbaru, 2009, Pilpres 2014 maupun Munas IX 2014. Perpecahan internal ini, menimbulkan dampak serius bagi Partai Golkar, baik karena terjadi pembelahan partai hingga ke struktur partai terendah, maupun gerak eksodus kader-kader Partai Golkar untuk membentuk partai-partai politik baru.
Sekalipun demikian, sebagaimana kita saksikan bersama, bahwa pertentangan internal yang terjadi pada Pilpres 2014 dan Munas IX 2014, tidak menggoyahkan akar-akar “beringin” yang terus terpatri kuat di hati rakyat. Partai Golkar tetap berdiri teguh mengemban panji-panji perjuangannya demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. Bahkan Partai Golkar justru menjadi kekuatan politik nasional yang dihormati kawan dan disegani lawan. Hal ini desababkan karena seluruh kader Partai Golkar memiliki komitmen yang kuat untuk mengelola konflik secara dewasa, menggunakan akal sehat, dan tetap berpegang teguh pada konstitusi partai dan hukum nasional. Kita memilih untuk menggunakan cara-cara beradab dalam mengatasi pertentangan internal, betapapun beratnya tantangan itu.
Itulah sebabnya kita semua sepakat untuk memilih jalur hukum sebagai cara terbaik dalam menyelesaikan pertentangan internal, walaupun jalan ini membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit, baik dari segi waktu, tenaga, moril maupun materil. Jalan hukum, adalah jalan terbaik, terbaik bagi partai, terbaik bagi para kader dan juga terbaik bagi bangsa dan Negara sebagai tempat kita mengabdi. Penyelesaian melalui jalur hukum selain menempatkan hukum sebagai panglima, juga merupakan pembelajaran politik bagi seluruh komponen bangsa untuk terus memperkuat salah satu sendi dasar kebangsaan, yakni Indonesia sebagai Negara hukum dan bukan Negara kekuasaan.
Selain menempuh jalur hukum, terdapat dua ciri kedewasaan mengelola konflik internal Partai Golkar satu tahun terakhir, yakni komitmen untuk mengedepankan kepentingan Partai Golkar di atas kepentingan kelompok dan kesadaran bersama untuk terus mendorong dan membangun semangat silaturahmi sebagai jalan menuju islah. Semua ini telah kita buktikan dalam proses seleksi calon kepala daerah menghadapi Pilkada serentak 9 Desember 2015 yang akan datang.
Hingga awal Juli 2015, Partai Golkar belum dapat memastikan diri ikut serta dalam Pilkada serentak. Publik politik umumnya berpendapat bahwa menjadi suatu “kemustahilan”, bila Partai Golkar bisa ikut dalam Pilkada 2015. Ada pula kekuatan-kekuatan politik yang berusaha baik secara langsung maupun tidak langsung agar Partai Golkar tidak ikut Pilkada 2015. Namun kita semua tetap yakin dan terus mencari “jalan terbaik” untuk mewujudkan hak konstitusional Partai Golkar dalam Pilkada 2015.
Bermula dari penandatanganan Kesepakatan Islah, tanggal 30 Mei 2015, yang diprakarsai dan dimediasi oleh Tokoh Senior Partai Golkar, Jusuf Kalla, dibentuklah Tim Pilkada Pusat DPP Partai Golkar yang dipimpin Saudara M. S. Hidayat dan Yorrys Raweyai, yang lebih dikenal dengan nama Tim 10. Tim ini bekerja keras siang dan malam untuk merumuskan Kriteria dan Tatacara penjaringan, pembahasan dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah dari Partai Golkar. Saya mencatat, bahwa sekalipun dihadapkan pada tuntutan Ibadah di Bulan Suci Ramadhan, bahkan pada saat Hari Raya Idulfitri, Tim 10 terus bekerja bahkan hingga dini hari.
Kita semua juga patut memberi apresiasi khusus kepada Bapak Jusuf Kalla, yang karena kecintaannya bagi Partai Golkar, telah memediasi pembahasan para pihak untuk merubah PKPU No 9 menjadi PKPU No 12 Tahun 2015, yang menjadi landasan keikutsertaan Partai Golkar dalam Pilkada 2015, dimana kedua pihak yang berkonflik harus mengajukan nama pasangan calon yang sama sebagai prasyarat untuk ikut dalam Pilkada mendatang.
Sekalipun persyaratan ini cukup sulit, apalagi dalam waktu yang demikian singkat, Partai Golkar akhirnya memastikan diri ikut serta dalam Pilkada Serentak 9 Desember 2015. Dari 269 Pilkada, Partai Golkar dapat ikut serta dalam Pilkada di 246 daerah ( 91, 44 %), dimana di 202 daerah Partai Golkar ikut serta sebagai Partai Pengusung (75,09 %), di 44 daerah, Partai Golkar hanya muncul sebagai partai pendukung (16,35%) sementara di 23 daerah (8,55 %), Partai Golkar tidak memiliki calon karena berbagai alasan.
Melihat hasil ini, saya ingin menyampaikan apresiasi khusus kepada Tim 10 yang beranggotakan : Yoris Raweyai, Ibnu Munzir, Lorens Siburian, Lamhot Sinaga dan Melky Lakalena dari pihak Agung Laksono serta M. S. Hidayat, Theo L. Sambuaga, H.A.M. Nurdin Halid, Indra Bambang Utoyo dan Ahmadi Nur Supit dari pihak ARB. Tim ini dipimpin oleh politisi senior Partai Golkar, yakni saudara M.S. Hidayat dan Yorrys Raweyai.
Saudara saudara hadirin, peserta dan undangan Silaturahmi Nasional partai Golkar yang saya hormati,
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak kita semua untuk bersatu padu membangun Partai Golkar yang satu, utuh dan demokratis. Saya berharap, tidak ada lagi pengelompokkan internal di dalam Partai Golkar. Mari kita bekerjasama untuk mengatasi tiga dampak negatif dari perpecahan yang kita alami hampir satu tahun terakhir.
Pertama, mari kita bersama melakukan konsolidasi secara menyeluruh untuk menyatukan kepengurusan, membangkitkan semangat kebersamaan dan membangun kembali soliditas internal partai kita yang mengalami perpecahan hingga ke tingkat Pimpinan Kecamatan.
Kedua, mari kita bangun kembali citra positif Partai Golkar di kalangan publik politik, yang hampir setahun disuguhi beragam informasi tentang konflik internal Partai Golkar, yang saya duga turut menggerus kepercayaan rakyat terhadap Partai Golkar.
Ketiga, mari kita bersama-sama membangun kinerja politik Partai Golkar agar dapat mengoptimalkan pelaksanaan fungsi-fungsi Partai Golkar dalam ikut serta mewujudkan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, baik di pusat maupun di daerah.
Untuk menghadapi pilkada serentak, saya menginstruksikan kepada semua kader Partai Golkar diseluruh Indonesia untuk bekerja sekuat tenaga memenangkan calon-calon kepala daerah dalam Pilkada Serentak 2015, baik yang diusung maupun di dukung Partai Golkar. Dengan langkah-langkah ini kita dapat meyakini, bahwa Partai Golkar akan tampil sebagai pemenang pada Pileg dan Pilpres 2019
Sekali lagi saya ingin memberi penghargaan kepada Bapak Jusuf Kalla dan Bapak Luhut Panjaitan, yang telah memberikan pengarahan-pengarahan kepada kami, untuk penyelenggaraan acara ini.
Akhirnya, saya juga secara khusus ingin menyampaikan terimakasih kepada 2 (dua) orang penggagas acara Silaturahmi ini: Saudara Nurdin Halid dan Saudara Yorrys Raweyai, yang bekerja keras menyatukan pendapat agar acara Silaturahmi Nasional ini dapat berjalan dengan sukses.
Tidak lupa, saya pun ingin mengucapkan terimakasih secara khusus kepada para pengurus DPD I dan II yang telah menjaga keutuhan Partai Golkar di daerah-daerah, yang tanpa Saudara-Saudara, tidak mungkin kita sampai saat ini : kita duduk bersama dalam Silaturahmi Nasional ini.
Demikianlah beberapa hal yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini.
Wa Billahi Taufik Wal Hidayah Wa’salamualaikum Wr.Wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua,
Om Shanti Shanti Shanti Om.
No comments yet.