Menyongsong Datangnya Zaman Emas Indonesia

Pidato Malam Penganugerahan Penghargaan Achmad Bakrie ke-XIII. Jakarta, 21 Agustus 2015

imageHadirin yang saya muliakan

Saudara-saudara yang saya hormati

Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera buat kita semua

Pertama-tama, saya ingin menghaturkan salam hangat dan terima kasih kepada semua hadirin yang hadir bersama kita pada malam yang berbahagia ini, yaitu Malam Penghargaan Achmad Bakrie 2015.

Saya juga ingin menghaturkan penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para tokoh yang menerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun ini, yaitu Azyumardi Azra, Ahmad Tohari, Tigor Silaban, Suryadi Ismadji, Kaharuddin Djenod, serta ilmuwan muda Suharyo Sumowidagdo.

Keenam tokoh ini telah menunjukkan dedikasi dan pencapaian yang membanggakan pada bidang masing-masing. Indonesia patut berterima kasih kepada mereka semua. Kita berharap bahwa semangat dan pengabdian mereka akan menjadi sumber inspirasi bagi kaum muda kita untuk meraih prestasi yang juga membanggakan di masa-masa mendatang.

Pada kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada panitia penyelenggara, kepada Dewan Juri, serta kepada Yayasan Bakrie Untuk Negeri, tvOne, antv, VIVA.co.id, serta Freedom Institute.

Tanpa terasa, acara penghargaan ini sudah memasuki usia yang sudah cukup panjang, sudah memasuki tahun yang ke-13. Memang, perjalanan kita masih cukup jauh kalau dibandingkan dengan penghargaan Nobel di Swedia yang sudah berusia lebih seabad. Tapi setidaknya kita sudah memulai sebuah langkah penting, dan saya senang sebab dari tahun ke tahun panitia penyelenggara Penghargaan Achmad Bakrie ini terus berusaha memberikan yang terbaik. Di masa-masa mendatang, insya Allah acara ini akan terus meningkat semakin baik lagi.

Saudara-saudara yang saya hormati

Hadirin yang saya muliakan

Sebagaimana yang telah menjadi tradisi setiap tahun sejak dimulainya pemberian penghargaan ini pada tahun 2003 yang silam, kita ingin ikut serta dalam merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemerdekaan adalah rahmat. Kemerdekaan adalah sebuah kemungkinan untuk merebut kemajuan dan tumbuh sebagai bangsa yang besar.

Republik Indonesia telah berusia 70 tahun. Waktu tampaknya akan berputar semakin cepat. Kita semua tentu layak untuk bermimpi, bahwa sebelum memasuki usia seabad pada tahun 2045, atau tepatnya tiga dekade lagi, Indonesia sudah naik kelas menjadi negara maju, dengan nama yang harum di empat penjuru angin.

Kalau Indonesia sudah berusia 70 tahun, negeri tetangga kita, yaitu Singapura, baru saja merayakan usianya yang ke-50. Sahabat-sahabat kita di Singapura merayakan kelahiran negeri mereka dengan penuh suka cita dan penuh kebanggaan, sebab dalam usia setengah abad, mereka sudah meraih prestasi gemilang, menjadi salah satu negara terkaya dan paling maju di dunia, menyamai Amerika Serikat, serta melampaui begitu banyak negara-negara Eropa dalam berbagai ukuran kesejahteraan, pendidikan, serta dinamisme ekonomi.

Kalau Singapura bisa, tentu Indonesia juga bisa. Bahkan, barangkali tidak berlebihan jika kita berkata bahwa sebenarnya potensi Indonesia jauh lebih besar.

Yang penting, kita harus mengubah cara berpikir kita: kemajuan sebuah bangsa tidak tergantung pada kandungan emas dan cadangan minyak bangsa tersebut. Oil and gold can be a blessing, but they can also be a curse. Singapura, serta Jepang dan Korea Selatan, tidak memiliki apa-apa selain sumber daya manusia yang handal, manusia-manusia kreatif yang mampu bekerja keras, disiplin, serta terbuka pada dunia, sanggup untuk terus menerus belajar, menimba ilmu, serta beradaptasi dengan perkembangan kehidupan.

Itulah kunci kemajuan. Itu jugalah yang menjadi pesan dari Penghargaan Achmad Bakrie ini. Dengan memberi penghargaan kepada tokoh-tokoh dari beragam disiplin ilmu dan pengabdian, kita ingin memberikan inspirasi kepada generasi muda Indonesia: Jadilah orang yang berilmu. Bentangkanlah pandanganmu di horizon seluas mungkin. Jadilah manusia yang kreatif dan penuh dedikasi di bidang masing-masing.

Saya yakin, dengan semua itu, Indonesia akan menjadi bangsa yang maju. Dan bahkan sebelum perayaan seabad Proklamasi Indonesia, kita akan menyandang predikat yang membanggakan itu, dengan rakyat yang sehat dan semakin sejahtera, dengan universitas yang berkembang menjadi pusat-pusat ilmu yang disegani di dunia, dengan prestasi di berbagai bidang yang membanggakan kita semua.

Itulah zaman keemasan Indonesia, sebuah zaman yang lebih gemilang dibanding beberapa periode keemasan Nusantara di masa lalu. Insya Allah, jika diberi rahmat oleh Allah SWT dengan usia yang panjang dan badan yang sehat, saya masih akan melihat dan merasakan datangnya zaman baru ini.

Tentu, peran saya akan berada di balik layar, mendoakan sambil mendorong semampu yang saya bisa. Jenderal Mac Arthur pernah berkata, old soldiers never die, they just fade away. Saya dan generasi seangkatan saya akan surut ke belakang, membuka kesempatan, mendorong, serta terus mendoakan agar generasi muda kita kelak sungguh akan berhasil membawa Indonesia memasuki zaman keemasan tersebut.

Saudara-saudara yang saya muliakan

Hadirin yang saya hormati

Pada kesempatan ini, barangkali perlu saya jelaskan secara singkat sosok seorang Achmad Bakrie. Almarhum tumbuh dari sebuah keluarga bersahaja di sebuah kota kecil, yaitu di Kalianda, Lampung. Sejak awal ia sudah mulai belajar berdagang dengan berjualan roti di zaman Jepang. Merantau ke Jakarta pada usia sangat muda, Achmad Bakrie merintis berbagai usaha, praktis mulai dari nol hingga menjadi sebuah grup bisnis yang cukup disegani, dengan jumlah karyawan mencapai puluhan ribu.

Walaupun tidak banyak mengikuti pendidikan formal, beliau adalah seorang otodidak. Kepada kami anak-anaknya, beliau lebih banyak memberi contoh, dan sering menekankan betapa pentingnya ilmu bagi setiap manusia. Selain itu, walaupun hidup dan aliran darahnya adalah sebagai pelaku bisnis, beliau juga adalah sosok yang sangat mencintai dunia kesusastraan, terutama puisi dan peribahasa. Jika berlibur keluar negeri, beliau selalu menyempatkan diri mencari serta mengumpulkan kata dan ungkapan-ungkapan indah tentang kehidupan.

Salah satu ungkapan kegemarannya saya hapal di luar kepala:

Freedom makes opportunity

Opportunity makes hope

Hope makes life and future

Puisi kegemaran Achmad Bakrie juga menyinggung soal kekuasaan, dengan cara yang ringan tapi mengandung kearifan mendalam:

Kekuasaan adalah api

Kalau terlalu jauh kita kedinginan

Kalau terlalu dekat kita bisa terbakar

Saya tidak tahu, tapi tampaknya makna ungkapan tentang kekuasaan ini perlu terus diingat, termasuk oleh saya sendiri. Puisi dan ungkapan lainnya lagi tidak kurang arifnya:

Those who think about money are beggars

Those who think about love are kings

Puisi lainnya juga tidak pernah saya lupakan, karena begitu romantis dan lembut:

I have journeyed tonight

On borrowed wings

Through misty air

To steal a kiss from your moisted lips

There is a memory in my heart

That passing years cannot take away

An empty space no one can fill

I love you still and always will

Maaf, saya tidak pernah tahu dari mana ayahanda saya menyadur atau sumber apa yang beliau gunakan saat mencatat ungkapan dan puisi indah tersebut. Yang saya tahu, beliau sangat menikmati puisi-puisi romantik dan kata-kata yang arif tentang kehidupan tersebut, dan masih banyak lagi koleksi ungkapan lainnya, yang tidak mungkin saya bacakan satu per satu pada kesempatan ini.

Barangkali, dari semua itu kita bisa belajar bahwa betapapun sibuknya seseorang, atau betapapun suksesnya dalam dunia bisnis, atau dalam karir apapun, manusia tidak pernah boleh kehilangan kepekaan pada dimensi-dimensi yang subtil dari kehidupan, sebuah ranah yang lebih bersifat etis dan estetis. Dengan semua inilah manusia menjadi manusia yang utuh.

Dan barangkali pula, itulah salah satu pesan yang patut disampaikan lewat Malam Penghargaan Achmad Bakrie ini. Menjadi bangsa yang maju. Menjadi manusia yang sejahtera dan berilmu, tetapi dengan tetap berpijak pada kebudayaan, dengan tetap menjadi manusia yang utuh dan sunggup menghargai keindahan, kebaikan, dan kearifan budi.

Akhirnya, perkenankanlah saya, mewakili segenap keluarga besar Achmad Bakrie, sekali lagi mengucapkan selamat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Azyumardi Azra, Ahmad Tohari, Tigor Silaban, Suryadi Ismadji, Kaharuddin Djenod, dan Suharyo Sumowidagdo. Semoga mereka terus berkarya, dan semoga dedikasi mereka menjadi inspirasi bagi bangsa kita untuk menyongsong masa depan yang lebih baik lagi.

Semoga Tuhan yang mahabesar terus membimbing perjalanan bangsa kita di masa mendatang. Maju terus Indonesia. Maju terus negeriku yang tercinta.

Wabillahi taufiq walhidayah

Wassalamualaikum Wr. Wb.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.