Anak Muda Kita Tidak Cuma Senang ke Diskotik

IMG_2199

Akhir bulan Januari lalu, saya mengunjungi sejumlah kota di wilayah Sumatera dan sekitarnya. Saya pergi bersama pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar untuk melantik beberapa pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di Jambi, Sumatra Barat, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung.

Ada pengalaman berkesan dari perjalanan saya, yaitu setiap saya mendarat di setiap provinsi, saya disambut dengan tarian tradisional yang indah. Misalnya saat saya mendarat di Bandar Udara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi, saya disambut dengan Tarian Selampit Delapan, tarian khas daerah itu.

Saya dan Pak Akbar Tandjung serta rombongan menyaksikan dengan seksama tarian yang indah itu. Bukan hanya koreografi, dan kostum tradisionalnya saja yang menawan, namun lebih dari itu yang membuat saya terkesan adalah tarian itu dibawakan oleh anak-anak muda yang selama ini dipersepsikan kurang dekat dengan budaya tradisional.Saat berada di Padang, Sumatra Barat, saya juga disuguhi tarian yang indah, yakni Tarian Pasambahan. Sama dengan di Jambi, tarian ini juga dimainkan oleh sekelompok anak muda. Di akhir acara, saya juga disuguhi pentas pencak silat khas Minang. Lagi-lagi pemainnya adalah remaja dan anak-anak. Tak hanya terampil dengan gerakan bela diri yang akrobatik, mereka juga lincah memainkan parang yang mengundang tepuk tangan dan decak kagum penonton.

Di Tanjung Pinang juga sama. Saat mendarat malam hari di Bandara Haji Fisabilillah, saya kembali disambut dengan sebuah pementasan budaya tradisional setempat. Ini semacam Palang Pintu kalau di budaya Betawi. Ada seorang remaja berperan sebagai jawara saya, bertarung dengan indah membukakan jalan bagi saya melawan tiga jawara yang berperan sebagai tuan rumah. Indah sekali gerakan silatnya. Akrobatik dan memukau.

Terakhir saat mendarat di Bandara Depati Amir Pulau Bangka, Bangka Belitung, saya berjumpa lagi dengan anak-anak muda yang menarikan tari penyambutan tamu agung. Di Pangkal Pinang saya menyaksikan sesuatu yang paling unik selama perjalanan, yaitu Reog. Tarian khas Jawa Timur yang berasal dari Ponorogo itu menyambut saya di lokasi acara. Agak aneh, Reog yang berasal dari Jawa Timur ini tampil lengkap dengan gamelan, kuda lumping, dan waroknya di Pulau Bangka. Usut punya usut, ternyata mereka adalah pendatang asal Jawa Timur yang membawa dan melestarikan budaya mereka walau sedang berada di rantau.

Melihat semua itu saya jadi semakin kagum dengan keindahan budaya asli Nusantara. Sambil menikmatinya, perasaan saya campur aduk, antara kagum dan bangga, sebab generasi muda kita ternyata masih mau mempelajari tarian dan budaya daerah. Itu mestinya menyadarkan kita bahwa anak muda Indonesia tidak hanya senang pergi ke diskotik saja.

Karena itu saya berkesimpulan, salah kalau orang mengatakan budaya kita sudah mulai menipis. Dari apa yang saya saksikan terlihat bahwa kebudayaan kita masih eksis. Budaya daerah masih dilestarikan dengan baik. Ini harusnya membanggakan kita sebagai warga bangsa.

Karena itu saat berpidato di hadapan kader, saya katakan bahwa kebudayaan daerah harus menjadi perhatian Partai Golkar. Jangan dilupakan. Budaya, seperti halnya agama, teramat penting bagi pembinaan generasi muda kita. Kita harus melihat generasi muda kita tumbuh menjadi generasi yang kuat, generasi yang tidak manja dan mandiri, bertakwa kepada Tuhan, dan berbudaya. Budaya tidak boleh hanya jadi sekadar tempelan.

  1. Maju terus pantang mundur Bang…apa yang terbaik buat bangsa negara kita ini, saya dukung Bang….perjuangannya…salut utk Bang Ical….

  2. betul sekali pak, kita tidak boleh melupakan budaya. karena menurut saya Indonesia ada berawal dari keberagaman budaya. jika tidak ada keberagaman budaya, maka bukan Indonesia lagi namanya.

    • momon
    • February 4th, 2010

    bener sekali pak..saya anak muda dan saya senang kok dengan budaya dan seni tradisional..

    saya sendiri pernah belajar beladiri pencak silat…

    • ani
    • February 4th, 2010

    pak ical habis ke padang ya..tariannya bagus kan pak..saya bisa lo nari padang..tapi tari piring pak

    • panjul
    • February 4th, 2010

    sepakat pak..daripada disko gak jelas mendingan liat tarian yang indah..

    orang bule aja jauh-jauh belajar tari ke sini masak yang di sini malah disko..hehe

  3. Harusnya semua anak muda baca postingan Pak Ical ini…
    Kebanyakan pada suka dugem deh pak ketimbang belajar nari tradisional padahal jelas-jelas budaya sendiri.

    Saya ngikutin tulisan Pak Ical nih.. Keep blogging sir…

    • Emprit
    • February 4th, 2010

    Bang Ical,
    Tarian memang merupakan bagian dari budaya. Kita bersyukur jika masih ada anak muda yang terampil mempertunjukkannya.

    Namun bagi kita akan jauh lebih berarti jika budaya dan kebudayaan diaplikasikan dalam bentuk Charakter Building. Sayangnya dalam hal ini kita masih harus lebih bekerja keras.

    Saya harap Bang Ical mampu menuntun dan mengarahkan potensi-potensi muda yang ada di golkar menjadi kaum muda Indonesia yang berkarakter unggul.

    • Bambang Taruno
    • February 4th, 2010

    Saya juga Ikut Bangga Pak.. Mohon utk terus dikembangkan di daerah2 lain. Agar keanekaragaman Budaya Daerah, yg menjadi kekayaan bangsa dpt terus dilestarikan.

    • Fachrial Harahap
    • February 4th, 2010

    Lapangan olahraga untk rakyat harus diperbanyak agar mereka bisa berlatih dan bertanding agar jadi manusia yg biasa mengalahkan dan dikalahkan (sportive_

    • Suburian Fiyan
    • February 4th, 2010

    Seharusnya pemimpin kita cpt tanggap, dan mewajibkan mengolahragakan masyarakat, dgn memberikan fasilas berupa sesuatu yg dibutuhkan oleh olahragawan/wati yg berprestasi. Guna memacu semangat mrk utk bersaing dgn Negara2 lain. Mjdi yg no. 1 mnml 10 bsr. Salam kompak
    SUKSES SELALU BUAT BANG ICHAL..!!!

    • Budi Amin
    • February 4th, 2010

    semoga sukses selalu pak Ketua,, kami selalu mendukung dan mengapresiasi perjuangannya.. semoga Golkar tetap jaya…

    • Neneng Nining
    • February 4th, 2010

    tdk baik dunk Pa’ Ichal…. bgimana Bangsa mau berkebang n maju kalau generasi mudanya hanya pergi ke discotik.

    • anggraeni
    • February 4th, 2010

    Kita memang harus memelihara budaya kita..jangan sampai diklaim bangsa lain kayak tari pendet

  4. betul memang seperti itu bang.tapi mungkin kalo abang “kunjungannya” ke diskotik atau klab-klab malam akan lebih banyak anak muda yang “menyambut” dengan “tarian khas diko dan klab malam.
    artinya memang karakter anak muda kita harus terus digembleng bang!
    semoga Partai yang abang bimbing dapat jadi pionir dalam pengembangan dan pembentukan karakter pemuda kita!!!
    salam.

    • Isan
    • February 5th, 2010

    Beri petunjuk lebih jelas apa yang harus dilakukan Golkar di daerah, dalam tidak melupakan budaya daerah. Ini bisa menyemangati anak muda untuk mendukung sebagai kader. Jadikan juga budaya daerah menjadi sesuatu yang produktif dan memunyai nilai ekonomi, bukan hanya untuk protokoler.

  5. Senang sekali bisa menikmati kebudayaan indonesia yang sangat beragam, dari mulai sabang sampai merauke, indonesia memiliki budaya yang berbeda beda tiap daerah dan ini merupakan kekayaan indonesia yang harus di jaga dan dilestarikan.

    saya harap, bapak bisa memfasilitasi anak-anak bangsa untuk berkreatif dalam memajukan budaya bangsa.

    • Dewi
    • February 5th, 2010

    Great morning Pak Ical,
    Semoga Allah SWT selalu bersama Bapak & Keluarga. Amin!! ;-D

    Saya senang sekali membaca tulisan Bapak pagi ini. Kesenian & tari2an tradisional adl beberapa hal yg sempat bertahun2 saya dalami.

    Saya menari tradisional (Jawa, Bali, Sunda, Betawi, Padang) sejak umur 5 tahun s/d saya lulus SMA Pak. (sekitar 13 tahun saya menari). ;-D

    Sayangnya di Kampus, saya tidak lagi menemukan Extra Kulikuler Seni Tari. Sehingga praktis sejak kuliah s/d saat ini bekerja, saya sudah nggak pernah menari.

    Saya sempat beberapa kali menonton siaran TV luar, dimana di beberapa negara maju seperti USA, Canada, Jepang, kesenian & seni tari tradisional Indonesia menjadi salah satu extra kulikuler di Kampus-Kampus ternama di sana. Bahkan ada Kampus di Canada yg menjadikannya mata kuliah dan bukan sekedar extra kulikuler. Sehingga nilai yang didapat dari mata kuliah Kesenian Tradisional Indonesia ini cukup menentukan bagi para mahasiswanya.

    Mereka berlatih gending, gamelan Bali, tari-tarian Bali, rata-rata dgn pelatih-pelatih dari Indonesia. ;-D

    A little bit miris knowing how they appreciate our traditional culture and traditional dance rather than the Indonesians itself.

    Mungkin ini hanya sebuah ide kecil dari seorang Ibu kecil seperti saya, bagaimana jika kesenian tradisional & seni tari tradisional Indonesia mulai dikembangkan kembali di Jakarta melalui kegiatan extra kulikuler di Kampus-Kampus.

    Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika tulisan ini kurang berkenan ya Pak Ical yang baik hati. Tapi tulisan Bapak sangat menggugah saya. ;-D

    Have a wonderful day Pak.
    Di tangan seorang yang hebat, Indonesia akan menjadi lebih hebat lagi Pak. Dan Insya Allah, orang itu adalah Bapak yg sangat peduli pada kesenian tradisional Indonesia.

    • Agus agus
    • February 5th, 2010

    Bang ical jempol, sukses.

    • Kris mandalina
    • February 5th, 2010

    Setujuuuuuuuuuuu banget,dgn melestarikan budaya bangsa ini slh satunya budaya seni tari Indonesia,mungkin di mulai dr SD – SMA diadakan pelajaran Exkul seni tari,agar anak cucu kita dikemudin hari tetap tahu akan budaya seni tari yg ada di Negara Indonesia ini dan tentunya akan memajukan dunia pariwisata Indonesia dgn budaya seni tari…..Maju terus Bang Ical….n sukses GBU

    • Khoiron Hussein
    • February 5th, 2010

    Ya saya setuju Pak, ini bagian dari nasionalism yang harus dimiliki oleh semua Warga Negara. Memang masalahnya sangat kompleks, misalnya bagaimana proses pembudayaannya lewat jalur extra kurikuler di sekolah seperti era orde baru, kan kenyataannya emang sudah tidak diterapkan disebagian sekolah, disisi lain kemauan belajar anak remaja untuk tarian jauh lebih menarik untuk ikut ” Indonesian Idol, Idola Cilik dll” ini masalah pengaruh media, dll. Dari sudut pandang lainnya adanya stigma negatif terhadap budaya tertentu yang akhirnya menjadi punah, seperti Goyang Kerawang ( karena identik dengan pornoaksi . Pada hal melalui seni inilah banyak tokoh besar katakan di Jawa Timur yang menjadikannya sebagai ajang silaturrahmi secara massal ( setingkat propinsi ) seperti Seni Hadrah dan Pencak Silat, inipun akhirnya sudah mulai pudar.
    Pendapat saya Pak, Budaya adalah Ciri khas kita, budaya adalah kebanggaan kita, budaya adalah manifestasi tata nilai masyarakat kita…jadi harus tetap dipertahankan.

    • nuni
    • February 5th, 2010

    bener banget pak..busana tradisional tidak norak kok..kalau ada anak muda sok gaul yang nari2 barat dan menilai budaya tradisional norak, itu mereka yang norak..

    saya pernah lihat orang jepang mempelajari mati-matian dan serius tari jawa..sampai kalau nari seolah bukan orang jepang..orang bule juga banyak yang belajar..jadi kita yang punya kenapa malu?

    • marwoto
    • February 5th, 2010

    pak di jakarta banyak gedung kesenian yang mencoba bertahan dalam himpitan zaman..itu perlu diperhatikan juga pak

    • lara febrian
    • February 5th, 2010

    nuni :
    bener banget pak..busana tradisional tidak norak kok..kalau ada anak muda sok gaul yang nari2 barat dan menilai budaya tradisional norak, itu mereka yang norak..
    saya pernah lihat orang jepang mempelajari mati-matian dan serius tari jawa..sampai kalau nari seolah bukan orang jepang..orang bule juga banyak yang belajar..jadi kita yang punya kenapa malu?

    sepakat………………

    • Hendrik Liembono
    • February 5th, 2010

    halo boss ICAL kapan nih saham saham bapak kembali meroket…?

    kapan BNBR ditarik ke 300 pak…?
    kapan BUMI ditarik ke 8000 pak..?

    • gusnur
    • February 5th, 2010

    setuju pak…

    • maulana yusup
    • February 6th, 2010

    kaga ade salehnya kita mengenal budaye barat(diskotik) tapi kudu inget budaye daerah yang lebih baek,contoh aje jepang dari tekno ame budaye bise berkaborasi,disini kudu ade hubungan antare pemerinteh daerah ormas pemude kaye AMPI KOSGORO masyarakat asli,pendatang dari daerah untuk bikin acare kebudayaan masing2 dan kudu ade jadualnye hingge bise narik perhatian turis,dengan demikian bise jadi pemasukan devisa

    • Zoraya Perucha
    • February 6th, 2010

    Ass. Wr Wb, Insya Allah anak muda dapat kuat mental, cinta budaya, soleh/solehah bila orang tuanya juga demikian. Semua berasal dari tauladan yang baik, dari orang2 terdekat. Tidak ada yang instant di Dunia ini, semua butuh proses untuk menjadi yang terbaik. Salam -Ucha

    • Yus Hartiman
    • February 7th, 2010

    Bang……
    Jangan khawatir dengan anak muda bangsa Indonesia, yg suka dugem hanya segelintir aja..masih banyak muda mudi yg masih cinta tradisinya, masih eksis…tapi lama2 nih bisa pudar juga tradisi…
    kalo hal tsb terjadi yang salah siapa ya?
    siapa yg seharusnya sediain tempat2 kesenian berkembang?
    siapa yang seharusnya mendidik tradisi2 kami ?
    siapa yg hrs mengenalkan tradisi leluhur kami ?
    apa ada di Jawa Timur anak baru lahir langsung bisa main kuda lumping? atau di Jambi anak dalam kandungan sdh nari selampit 8 ?
    Bapak Ibu kami sibuk dengan masalah ekonomi, pihak yg terkait sibuk berbisnis ketimbang ngurus seni budaya..
    Ujung2nya berkaitan dengan gagasan “Pembangunan Manusia”.

    • Hendrik Liembono
    • February 7th, 2010

    Boss.Ical bantu saya, kapan saham saham bapak bisa naik kencang kembali…? MOHON PENCERAHAN.

    kapan BNBR ke 300.
    kapan BUMI ke 8000.

    thanks…sangat ditunggu balasannya pak.Ical…
    saya sedih saham saya turun teruss nih…hiks. mohon

    uang saya nyangkut di ENRG & BNBR semua. sedih pak. hiks…hiks…..semoga setelah saya pegang bertahun tahun lama nya, tahun 2010 ini saya dapat untung besar dari BNBR & ENRG. terimakasih pak.

  6. …kebudayaan kita masih eksis. banyak dyudaya daerahg masih harus dilestarikan dengan baik. Sekarang tinggal bagaimana kita mengaplikasikannya serta menjaganya. Bisa juga di kolaborasikan dgn kegiatan2 lain yg berbau Charity atau berebagai macam bidang lainnya… Selamat Pak, Maju Terus Tidak Ada Kata Terlamabat…

  1. No trackbacks yet.