Birokrasi Praktis Ala Pak Ical

Oleh: Zulham Mubarak

Wartawan Jawa Pos

foto-kenang-kengan1-300x199Memori itu masih segar di ingatan saya. Hari Rabu 25 Januari 2009. Jarum jam menunjukkan pukul 21.00 WIB ketika saya menerima pesan singkat dari editor saya. Tolong siapkan wawancara khusus dengan Menko Kesra Aburizal Bakrie untuk edisi Jumat 27 Januari. Halaman sudah siap. Pesan yang datang malam itu bagai petir bagi seorang wartawan yang baru bertugas selama enam bulan di pos Menko Kesra. Menyiapkan sesi wawancara dalam waktu kurang dari 48 jam dengan seorang menteri yang juga orang terkaya di Asia Tenggara, apakah mungkin?

Jawabannya bisa anda akses di link ini http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=49751 . Saya memang beruntung karena berhasil mewawancarai sang menteri secara langsung dalam tempo yang cukup singkat. Namun, itu lebih dari sekedar keberuntungan. Karena ternyata, Pak Ical (panggilan akrab Aburizal Bakrie) adalah sosok pejabat yang tidak menyukai sistem birokrasi yang berbelit.

Didukung salah seorang staf khusus beliau yang juga mantan juru warta yakni Pak Lalu Mara Satriawangsa, segala urusan birokrasi yang berbelit ternyata dapat dengan mudah dipangkas. Hasilnya, siapa saja yang ingin bertemu beliau pasti akan terfasilitasi dengan baik.

Jangankan wartawan, seorang kyai yang hendak menyampaikan usul kepada Pak Ical juga bisa dengan mudah bertemu dengan dengan beliau di kantornya. Tak perlu izin yang berbelit-belit, cukup dengan mengutarakan saja keinginan dan keperluan secara terus terang, dan jaminan untuk bertemu empat mata dengan beliau pasti akan terlaksana.
Kapanpun dan dimanapun.

Kembali lagi ke pertemuan saya dengan beliau. Usai menyaksikan latihan tenis antara Pak Ical melawan Rizal Malarangeng di klub Rasuna, Jakarta, kami melanjutkan dengan wawancara. Harapan melewatkan sesi wawancara di salah satu fasilitas klub elit itu sirna ketika Pak Ical membawa rombongan rekan-rekannya, termasuk saya, ke sebuah rumah makan di Pasar Festival. Sore itu, dua asumsi saya tentang sosok Aburizal Bakrie terpatahkan. Selain tak mengenal birokrasi berbelit, ternyata Pak Ical juga orang yang sederhana.

“Saya memang suka Ikan dan saya pikir makanan itu bukan soal mahal atau murah, tapi soal rasa. Ayo makan,” ujar dia sambil berbagi seekor ikan bakar dengan saya. ’’Ayo jangan malu-malu ikannya banyak dagingnya. Saya pasti tidak habis. Takut Mubazir,’’ sambungnya tanpa rasa canggung. Pertemuan di sore yang hangat itu pun berlanjut hingga
saat ini.

Seorang mantan Presiden RI pernah berkata kepada saya. “Berkawan dengan wartawan ibarat berteman dengan singa. Kita tidak akan pernah tahu kapan singa itu akan lapar dan memangsa kita. Tapi di satu sisi, adalah sebuah kebanggaan karena berkawan dengan singa artinya kita termasuk orang yang terhormat dan berani,” Ujar petinggi negara itu lantas tertawa.

Berangkat dari kalimat bernada canda itu, saya melihat Pak Ical termasuk orang dalam kategori kedua. Yakni, orang yang bangga dan berani menempuh resiko dengan menjaga komunikasi intensif dengan Juru Warta. Uniknya, selama saya diberi mandat memimpin Forum Wartawan Menko Kesra selama 2008-2010, tak sekalipun saya melihat singa-singa itu berbalik menerkam. Bila sebagian pejabat memilih menggunakan cara hitam dengan iming iming bantuan finansial untuk mengatur dan mengarahkan para pencari berita yang keblinger, Pak Ical adalah pelopor pejabat yang menjauhi itu. Beliau tidak pernah sekalipun menilai kami dari sekedar uang dan amplop yang sejatinya merendahkan profesi wartawan. Secara personal saya menghormati hal tersebut dan berharap itu akan ditiru
oleh generasi pejabat di lingkungan kementerian di masa sekarang dan masa mendatang.

Singkatnya, teori Max Webber tentang birokrasi telah diaplikasikan dengan cara baru yang lebih fresh dan praktis oleh alumnus ITB itu. Bolehlah kiranya saya sebut ini teori birokrasi ala Pak Ical. Seperti apa konsepnya? tanya saja resepnya pada beliau secara langsung lewat twitter, pasti akan dijawab. Mengakhiri tulisan ini, dengan kerendahan hati, saya sampaikan salam sukses selalu buat Pak Ical. Semoga sehat selalu dan dalam lindungan Allah SWT.(*)

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.