Dari Economic Entreprenuer Menjadi Political Entrepreneur

Oleh: Aulia Rachman
Politikus Partai Golkar, mantan Anggota DPR RI

Aulia_001-277x300Saya mengenal Aburizal Bakrie saat masih kuliah. Kebetulan kami sama-sama aktif di Dewan Mahasiswa (Dema). Pak Ical Ketua Dema ITB saya Sekjen Dema Universitas Indonesia (UI).

Perkenalan saya dengan Pak Ical sebenarnya sudah sejak di bangku SMA. Meski kami berbeda SMA, namun sudah saling kenal. Pertemanan makin dekat setelah Pak Ical setelah jadi mahasiswa.

Pertemuan dengan Pak Ica terjadi pada bulan April 1970. Saat itu Dema ITB mengadakan pertemuan dengan Dema UI dan Unpad di hall ITB. Agendanya adalah persiapan pertemuan Dema se-Asia Tenggara atau Association of South East Asia Student (ASEAS).

Ada kenangan tak terlupakan dengan Pak Ical di sana. Pada waktu itu terjadi konflik antar peserta di tiga Dema itu. Pertengkaran terjadi saat akan mengambil keputusan untuk menunjuk satu wakil dari tiap Dema untuk menjadi pengurus ASEAS.

Saya dan kawan-kawan menentang rencana penunjukan itu. Kami tidak mau pengurus langsung menunjuk perwakilan. Keinginan kami: harus ada pemilihan untuk menjadi perwakilan di ASEAS. Perdebatan malam itu yang berlangsung paling keras adalah antara saya dan Bernard Mangunsong. Karena sama-sama ngotot, saya dan dia nyaris bentrok fisik. Saat situasi panas begitu, Pak Ical datang memisahkan kami. Dia berhasil melerai dan mengakhiri konflik mahasiswa UI-ITB. Saya masih ingat ucapannya, “Sudah, sudah, jangan berantem. Sama-sama anak Jakarta.” Saya dan Bernard akhirnya tidak jadi berkelahi.

Selama menjadi mahasiswa, jiwa kepemimpinan Pak Ical sudah terlihat. Selain memiliki pandangan yang cukup dewasa untuk pemuda seumurnya, dia juga menunjukkan visi seorang technopreneur. Selepas lulus sebagai Insinyur teknik listrik pada tahun 1973, dia menerapkan technopreneurship melalui PT Bakrie&Brothers.

Lepas dari ITB, saya dan Pak Ical mengambil jalan yang berbeda. Saya menjadi politisi dan masuk DPR, Pak Ical menjadi pengusaha melanjutkan usaha keluarga Bakrie dan menjadi pengurus Kadin. Di dunia bisnis, nama Pak Ical semakin melejit. Dia dikenal sebagai pebisnis yang sukses mengembangkan usaha keluarganya. Dia juga dikenal sebagai pemimpin Kadin yang diperhitungkan.

Suatu saat di tahun 1988 saya dan Pak Ical kembali bertemu di DPR. Sebagai seorang pengusaha sukses dan aktif di Kadin, dia diundang untuk membahas Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Saat itu dia memberikan pandangan mewakili Kadin di mana dia menyampaikan visi ekonominya.

Saya bertemu lagi dengan Pak Ical di dunia politik saat dia mengikuti konvensi calon presiden Partai Golkar. Sejak itu, dia aktif di Golkar di mana saya lama menjadi anggota partai ini. Pak Ical yang semula dikenal sebagai economic entrepreneur beralih menjadi political entrepreneur. Jiwa kepemimpinannya makin menonjol dan terasah di Golkar. Kini Pak Ical memimpin Partai Golkar, dan saya yakin dia akan sukses sebgaimana kepemimpinannya sebelumnya.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.