Golkar Harus Menjadi The Party of Ideas

ical-menang-300x225Disampaikan dalam Pidato HUT Partai Golkar, Jakarta, 20 Oktober 2009

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada hadirin semua yang telah menyempatkan diri untuk hadir pada malam yang berbahagia ini. Kepada seluruh kader, simpatisan, dan masyarakat umumnya di seluruh Tanah Air, saya ingin menyampaikan salam hangat saya serta apresiasi terhadap simpati dan dedikasi yang telah diberikan kepada Partai Golkar selama ini.

Secara khusus saya ingin mengucapkan selamat dan penghargaan setinggi-tingginya kepada tokoh-tokoh yang menerima penghargaan khusus malam ini. Bapak Almarhum Jendral Purnawirawan Soeharto adalah penerima Anugrah Abdi Luhur, yang menandakan pengabdian yang luar biasa kepada bangsa dan Tanah Air, khususnya kepada peletakan dasar-dasar Partai Golkar di masa lalu. Selain itu, Bapak Muhamad Jusuf Kalla dan Ibu Sulaskin Murpratomo adalah penerima Anugrah Bhakti Utama.Kepada ketiga tokoh bangsa ini, bukan hanya saya dan kader Golkar, tetapi seluruh bangsa Indonesa patut menghaturkan penghargaan dan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Penghargaan kita sampaikan bukan karena kita ingin tenggelam di masa lalu. Tetapi justru untuk menghadapi masa depan dengan lebih baik. Sejarah adalah guru terbaik. Bangsa besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan pahlawannya, dan pada saat yang sama mampu menatap ke depan, menghapi tantangan seberat apapun, dengan kepala tegak dan tekad yang bulat.

Golkar mampu belajar dari sejarah, termasuk mengambil pelajaran dari turunnya suara partai pada Pemilu 2009 yang lalu. Dengan pelajaran ini, betapapun pahitnya, Golkar bertekad merebut kembali kejayaan, bangkit kembali sebagai kekuatan utama politik Indonesia, bangkit kembali sebagai lokomotif pembangunan, bangkit kembali sebagai partai yang dihormati kawan, disegani lawan, dan dicintai oleh seluruh rakyat Indonesia.

Saudara-saudara yang saya muliakan
Hadirin yang saya hormati

Hari ini kita merayakan hari kelahiran Partai Golkar. 1964-2009. Empatpuluh lima tahun adalah usia yang matang, hampir mencapai setengah abad. Golkar telah menjadi bagian dari sejarah republik yang kita cintai ini. Dalam pasang dan surut, naik dan turun.

Pada tahun 1964 Golkar lahir dengan semangat untuk menjadi alternatif baru, menyusun tracee baru, mengatasi konflik ideologi yang saat itu membawa Indonesia ke jalan buntu, kemiskinan massal, dan bahaya desintegrasi. Golkar menawarkan karya dan kerja nyata, bukan retorika ideologis yang kaku dan membeku dalam zaman yang lalu.
Golkar lahir dengan tekad untuk menjaga semangat toleransi dan pluralisme Indonesia, meningkatkan kesejahteraan buat semua, lewat pembangunan ekonomi dan stabilitas politik yang kokoh.

Saat ini zaman memang telah berubah. Tetapi semangat dan cita-cita dasar kelahiran Golkar justru semakin relevan. Tantangan terbesar kita sekarang adalah menerjemahkan semangat tersebut dalam masyarakat yang terus berubah, dalam konteks baru yang semakin modern dan semakin demokratis.

Saudra-saudara yang saya hormati
Hadirin yang saya muliakan

Karena semua itulah, Golkar harus menjadi the party of ideas, menjadikan politik sebagai arena kompetisi gagasan yang tajam, hidup, serta kreatif, bukan sekadar arena pertarungan kekuasaan. Bagi Golkar, power is only a means to an end. Kekuasaan bukanlah demi kekuasaan itu sendiri, tetapi sebagai alat untuk mencapai sebuah cita-cita yang lebih besar.
Golkar akan terus bertanya dan menuntut, serta memberi jalan keluar dari berbagai soal yang mendesak, seperti pembangunan sistem pendidikan yang lebih baik, rumah sakit yang lebih modern dan terjangkau, jalan raya yang lancar, lebar dan tertib, jaminan sosial yang lebih manusiawi, pemerintahan yang lebih bersih dan berwibawa, dan semacamnya.

Bersama kekuatan-kekuatan politik lainnya, Golkar bertekad membawa Indonesia menjadi sebuah bangsa yang lebih optimistis dalam menatap masa depan.

Dalam satu generasi, Indonesia harus mampu membuat lompatan besar. Kita tidak boleh menerima nasib begitu saja. Kita mampu. Kita sanggup untuk menjadi negeri yang lebih baik lagi — menjadi sebuah negeri yang kuat jiwa dan raganya, menjadi sebuah negeri yang ulet dan adaptif terhadap perkembangan zaman, menjadi sebuah negeri yang terbuka tetapi tetap mempertahankan ke-Indonesia-an yang hakiki.

Dengan dasar yang lebih kokoh, kita akan lebih siap untuk memasuki tahap pembangunan selanjutnya, yaitu a human-centered development, di mana manusia menjadi subyek, pelaku aktif dalam pembangunan yang terus berlanjut.
Golkar mengajak kita semua untuk mencapai tujuan mulia itu. Perbedaan pasti akan terus ada, dan kompetisi politik tak terhindarkan. Tapi manakala pertaruhannya adalah nasib anak-anak kita, manakala the stake is the very being of our nation, maka kita harus merapatkan barisan.

Golkar, Demokrat, PDIP, PKS, PKB, PPP, PAN, Gerindra dan Hanura: semuanya harus menjadi satu kesatuan di bawah payung besar Republik Indonesia.

Jika pertaruhannya adalah kepentingan bangsa, maka tidak boleh ada kuning, biru, merah, hijau atau putih. Yang ada adalah Merah Putih. Merah Putih yang gagah, Merah Putih yang berkibar untuk selama-lamanya, Merah Putih yang mengatasi sekat-sekat politik, suku, agama, dan daerah.

Kepada seluruh kader dan pengurus Partai Golkar di daerah, baik tingkat I maupun tingkat II, saya menghimbau agar prinsip-prinsip mulia tersebut dipegang teguh. Pengabdian pada partai adalah pengabdian pada Tanah Air. Dedikasi pada Golkar adalah salah satu bentuk kecintaan kita pada Indonesia. Tujuan kita adalah kesejahteraan buat semua, kesejahteraan seluruh anak bangsa, tanpa mengenal asal-usul politik dan latar belakang sosial mereka.
Saudara-saudara yang saya hormati

Hadirin yang saya cintai

Politik selalu melewati jalan yang bercabang. Setelah kompetisi pemilu yang hangat, kini Golkar memutuskan untuk berada dalam koalisi Kabinet Indonesia Bersatu ke-2. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan yang seksama.
Dengan pilihan ini, posisi Golkar terhadap pemerintah bagaikan seorang sahabat. Dan sebagaimana sahabat yang baik, Golkar akan selalu mengulurkan tangan, serta membesarkan hati pada hari-hari yang sulit.
Tetapi seorang sahabat sejati bukan hanya memberikan pujian. Nothing is more dangerous than a friend who says only the good news. Golkar akan mengingatkan, memberi evaluasi objektif dan catatan kritis, serta menawarkan solusi alternatif manakala diperlukan. Golkar akan menyuarakan hal-hal yang perlu didengarkan, betapapun pahitnya, bukan hanya hal-hal yang menyenangkan hati.

Itulah sahabat sejati. Bahkan saya menghimbau Partai Demokrat serta partai-partai lainnya agar mengambil sikap yang sama terhadap pemerintah. Bersahabat, loyal, tetapi tetap objektif, kritis dan independen, sehingga spektrum suara rakyat benar-benar terwakili dalam setiap elemennya.
Golkar tidak akan pernah meminta. Golkar tidak akan pernah mencari keuntungan dari negara. Justru sebaliknya, Golkar akan terus berupaya memberi kontribusi, memberikan dharma bakti pada negara.
Golkar akan memberi, bukan menuntut. Golkar tidak berharap, tetapi membuka harapan bagi terbentuknya pemerintahan yang demokratis tapi efektif, pemerintahan yang tegas tapi ramah, serta pemerintahan yang kuat tapi adil.

Golkar akan terus membuka harapan bagi terciptanya pemerintahan yang berwibawa — berwibawa karena mengejar kebenaran, pemerintahan yang dicintai karena memperjuangkan kepentingan rakyat, serta pemerintahan yang disegani kawan dan lawan karena jujur dan setia kepada tujuan-tujuan dasar penciptaan republik kita.
Itulah visi baru Golkar ke depan. Suara rakyat adalah suara Golkar. Suara Golkar adalah suara rakyat. Semua ini akan disampaikan dan diutarakan dengan kemasan baru, dengan metode perjuangan yang terus disesuaikan dengan tuntutan zaman.

Saudara-saudara yang saya muliakan
Hadirin yang saya cintai

Perkenankanlah saya menutup sambutan ini dengan mengingatkan kembali sebuah ungkapan klasik yang pernah disampaikan oleh John F. Kennedy: We do the campaign with poetry, but we govern with prose. Kita melakukan kampanye dengan puisi, tetapi kita memimpin pemerintahan dengan prosa.
Pemilu yang panjang telah berakhir. Era puisi dan janji telah berlalu. Puisi harus berganti dengan prosa, janji harus disusul oleh bukti nyata.

Kini kita harus bekerja keras, berkeringat, bergandengan tangan, meningkatkan kesejahteraan rakyat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote.
Harapan begitu besar. Kita tidak boleh menyia-nyiakannya. Akan ada pasang dan surut. Akan ada beribu kesulitan. Tetapi kita tidak pernah boleh patah semangat. Kita tidak boleh menyerah.
Marilah kita melangkah bersama. Maju terus Partai Golkar. Maju terus negeriku. Maju terus Indonesia.

    • Steff
    • February 3rd, 2010

    Sambutan hangat penuh semangat perubahan dlm ketulusan hati yg mulia dan bersahabat, serta optimis terbuka menyampaikan sebuah harapan baru utk menjawab jeritan suara rakyat…salam hormat.

  1. No trackbacks yet.