Icuk – Candra Wijaya dan Prestasi Bulutangkis Kita

Akhir pekan lalu, Sabtu 24 April 2010, saya menghadiri acara Candra Wijaya Badminton Championship 2010 di Gedung Bulutangkis Gelora Bung Karno, Jakarta. Turnamen ini digelar oleh Candra Wijaya International Badminton Centre (CWIBC), yang dipimpin Candra Wijaya, pebulutangkis peraih medali emas Olimpiade Sydney tahun 2000.

Saya berkesempatan menyaksikan pertandingan final turnamen tersebut, di mana pasangan Luluk Hadiyanto (Indonesia) dan Ronald Susilo (Singapura) berhasil meraih gelar juara. Pasangan yang baru pertama berpasangan ini menjadi keluar sebagai pemenang setelah mengalahkan pasangan Andrei Adistia/Rendra Wijaya dengan skor 21-18 dan 21-17. Kemudian saya didaulat memberikan hadiah pada para pemenang didampingi Candra dan Icuk Sugiarto. Ternyata saya tidak hanya memberikan piala, tapi juga menerima piala.

Candra memberikan penghargaan saya sebagai Pembina Terbaik Olah Raga Bulutangkis versi Chandra Wijaya International Badminton Centre (CWIBC). Kepada saya diberikan sebuah piala emas yang didesain sendiri oleh Candra. Selain saya, pebulutangkis ganda putra legendaris Kartono/ Heriyanto yang pernah meraih juara pada All England 1981 dan 1884 juga diberikan penghargaan.

Terus terang, saya terkejut dan tidak pernah menduga diberikan penghargaan oleh Candra. Apa yang mendasari dipilihnya saya menerima penghargaan itu? Lalu saya menduga, mungkin ini karena klub bulutangkis saya, Pelita Jaya dulu banyak menghasilkan atlet-atlet bulutangkis juara dunia, sehingga pembinaan saya di sana dinilai berhasil. Ternyata dugaan saya benar, dan memang itu alasannya.

Klub bulutangkis Pelita Jaya selama ini memang melahirkan banyak pemain nasional yang menjadi juara di kancah internasional. Candra adalah salah satu di antaranya. Selain Candra, banyak lagi pemain lainnya yang juga berasal dari Pelita Jaya, misalnya Icuk Sugiarto, Rosiana Tendean, dan sebagainya.

Ternyata penilaian pada saya tidak hanya atas pembinaan di Pelita Jaya. Candra juga menilai pembinaan saya di Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Pada 1985 – 1993 saya menjadi Ketua Bidang Dana PBSI. Saat itu PBSI dipimpin oleh Pak Try Sutrisno. Banyak yang menilai, saat itu adalah masa emas PBSI dan masa emas bulutangkis Indonesia.

Dalam periode itu, PBSI berhasil membuat bulutangkis Indonesia yang sempat kering prestasi kembali mengukir sejarah. Susi Susanti menjadi wanita Indonesia pertama, menjuarai All England (1990, 1991, 1993). Pada tahun 1991 Ardy Wiranata juga merebut gelar itu, setelah absen 10 tahun. Puncaknya, saat pasangan Alan Budikusuma dan Susi Susanti meraih emas di Olimpiade Barcelona.

Pembinaan memang penting dan kunci dalam melahirkan atlet yang berprestasi. Maka jika saat ini prestasi bulutangkis dinilai menurun, tentu solusinya adalah membenahi dan meningkatkan pembinaannya. Sebab hanya dengan pembenahan dan peningkatan pembinaan, kita bisa kembali melahirkan atlet yang baik dan berjaya di kancah dunia.

Saya sering mendapat pertanyaan bagaimana pembinaan bulutangkis yang baik. Saya mengatakan caranya sederhana saja. Adakan turnamen-turnamen seperti yang dibuat Candra ini. Buat sebanyak mungkin pertandingan. Ini penting untuk mengasah bakat dan mendidik mental juara. Dari sana, akan terlihat pemain-pemain bulutangkis yang punya potensi.

Jangan lupa membuat pertandingan untuk junior. Ini penting untuk regenerasi. Dengan demikian 5 sampai 10 tahun lagi, sudah ada lapis-lapis baru pemain nasional kita.

Kedua, yang sangat penting adalah penegakan disiplin. Dahulu dalam pembinaan bulutangkis penegakan disiplinnya luar biasa ketat. Disiplin di sini adalah disiplin latihan dan disiplin waktu. Atlet yang baik harus memiliki disiplin, jika tidak jangan harap dia bisa menjadi juara.

Jika kita ingin bulu tangkis saat ini kembali seperti masa emas dulu, maka dalam pembinaannya penegakan disiplin harus dilakukan. Bahkan harusnya lebih ditingkatkan lagi. Dalam disiplin ini misalnya pemain harus mau ikut pelatih. Seorang pemain, meskipun dia juara dunia, tidak boleh melawan atau tidak patuh pada pelatih. Hal-hal itu yang perlu dibenahi agar kita bisa kembali berprestasi.

Pembinaan dan pembibitan atlit bulutangkis tentu juga memerlukan sebuah wadah atau club. Club saya Pelita Jaya yang sekarang namanya Pelita Bakrie juga masih jalan terus dan melahirkan bibit-bibit pemain bulutangkis masa depan. Saat ini Pelita di pegang oleh Icuk Sugiarto.

Sampai saat ini Pelita terus melahirkan juara dan menunjukkan keberhasilan dalam regenerasi. Tengok saja pemain cilik dari Pelita Bakrie, Melisa Andesti yang keluar sebagai juara pada nomor tunggal anak-anak putri kejuaraan bulu tangkis tingkat nasional usia dini “Tetra Pak Open” 2009. Putra Icuk, Tommy Sugiarto yang juga di Pelita juga menunjukkan hal yang sama. Bayangkan saja, tiga gelar diraihnya sekaligus walau baru berumur 14 tahun, meskipun even yang diikutinya hanya di Kejuaraan Cabang PBSI Jakarta Barat. Juga banyak atlet-atlet lain dari Pelita yang berprestasi di kancah nasional maupun internasional.

Kita sebenarnya memiliki banyak bibit atlet, yang kita butuhkan adalah wadah untuk memupuknya. Memang sudah banyak klub bulutangkis yang disokong perusahaan besar. Tapi alangkah baiknya lagi jika makin banyak perusahaan-perusahaan yang terlibat dan peduli dengan bulutangkis kita. Maka saya serukan pada perusahaan-perusahaan besar, saat ini saatnya kita terlibat dalam membesarkan bulutangkis kita. Semoga penghargaan yang diberikan pada saya juga menjadi inspirasi pengusaha lainnya untuk melakukan hal yang sama.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.