Kiat Bisnis untuk Pesantren

Kesempatan bertemu kyai dari pondok pesantren akhirnya terlaksana, Senin 31 Mei 2010 kemarin. Pertemuan berlangsung saat saya diundang menghadiri Rakernas Forum Komunikasi Kyai dan Cendekiawan Muda Indonesia (FKKCMI) se Jawa-Bali, di Surabaya. Dalam kesempatan itu saya diminta berbicara di hadapan para kyai mengenai kiat bisnis dan pemberdayaan ekonomi pesantren.

Saya senang memenuhi undangan para kyai, karena bisa membagi sedikit ilmu yang saya miliki. Sebelum ini, saya telah banyak membagi ilmu mengenai kiat dan pengalaman bisnis ke berbagai kalangan, dan saya tidak pernah bosan untuk terus membaginya. Bagi saya, anugerah rezeki yang melimpah dari Allah harus disyukuri selain dengan zakat, juga dengan berbagi pengalaman atau ilmu cara mendapat rezeki itu.

Dalam acara itu, saya terkesan tekad para kyai yang sebagian besar dari pondok-pondok pesantren tersebut. Mereka memiliki semangat mandiri secara ekonomi, sehingga tidak lagi bergantung kepada bantuan atau proposal yang diajukan ke para donatur.

Selama ini umat pesantren dikesankan sebagai satu masyarakat yang kurang mampu dan terkebelakang. Karena itu, saya mengajak para kyai untuk membuktikan bahwa anggapan itu tidak benar. Umat Islam bisa menjadi umat yang kaya dan pandai. Saya punya keyakinan besar untuk itu.

Cara untuk membuktikannya adalah dengan berusaha. Saya katakan kepada mereka bahwa untuk sukses memerlukan usaha yang tidak mudah. Kita harus berusaha keras dan tidak hanya berdoa tanpa melakukan aktivitas apa-apa. Kalau hanya berdoa saja, Allah juga tidak akan menolong kita.

Usaha tentu banyak resikonya. Saya bukan tak pernah bangkrut, bahkan saya pernah lebih miskin dari pengemis. Namun, karena saya berusaha Allah selalu memberikan jalan bagi saya. Jika kita berusaha, Allah akan menolong kita.

Pernah suatu saat saya gagal dalam suatu bisnis. Saat itu saya bertanya salah saya apa? Tapi setelah enam bulan dan setahun, baru saya tahu bahwa Allah menyelamatkan saya. Sebab jika bisnis saat itu jadi, saya justru akan rugi.

Saya ingat, waktu itu tahun 1989, dan saya akan membeli perkebunan karet. Pada saat itu harga karet sedang tinggi. Perjanjian sudah ditandatangani, uang juga sudah ada, tapi tiba-tiba dibatalkan. Saya marah betul saat itu. Tapi kemudian saya justru bersyukur karena menyadari bahwa ternyata Allah menolong saya.

Belakangan saya tahu harga karet yang awalnya USD3/kg turun jadi USD60 sen/kg saja. Kalau saya jadi beli saat itu saya akan rugi besar. Di sini hikmahnya, jika kita mau berusaha sungguh-sungguh, maka Allah akan menolong kita.

Nah, untuk pesantren ini, banyak hal bisa dilakukan. Banyak usaha yang bisa dijalankan di lingkungan pesantren dan umat Islam pada umumnya. Tidak hanya koperasi saja. Ada bidang lain seperti pertanian, peternakan, atau perkebunan. Bisa juga mengembangkan usaha di bidang teknologi informasi, komunikasi, dan lain sebagainya.

Untuk sukses membangun usaha, pesantren harus mengerti masalah binis. Pengetahuan soal bisnis ini diperlukan bukan saja untuk perkembangan permodalan pesantren, tapi juga bisa jadi pengetahuan para santri itu sendiri untuk masalah bisnis. Diharapkan lulusan dari sana akan bisa menjadi pengusaha dan hidup mandiri di tengah masyarakat.

Pengetahuan soal bisnis penting. Sebab jika kita tidak tahu arah perkembangan bisnis ke depan maka akan sulit bagi kita untuk berhasil dalam bisnis. Pengetahuan ini misalnya adalah mengetahui bahwa akan ada krisis energi, maka kita bisa masuk dalam bisnis bidang energi, akan ada krisis air, kita masuk ke bidang air, dan sebagainya. Dengan demikian bisnis kita akan tepat sasaran dan pasti akan berhasil.

Jika berhasil berbisnis, selain membuat kuat secara ekonomi juga membantu menolong orang lain. Dengan mempekerjakan satu, dua, sampai ribuan orang, kita telah menolong mereka. Itu bagi saya juga sebuah ibadah yang mulia.

Lebih jauh lagi kita juga bisa membantu menanggulangi kemiskinan. Misalnya dengan bisnis kita, kita membuat sesuatu yang murah, seperti rumah murah yang membuat rumah terjangkau bagi warga miskin. Contoh lain, di perusahaan saya, yang dijalankan anak saya, ada Esia, sebuah layanan telepon murah. Kita buat telepon murah karena informasi ke depan adalah masalah yang penting. Dengan informasi yang terjangkau kita bisa menyejahterakan umat kita. Kalau informasi dikuasai orang lain kita tidak akan maju.

Dengan informasi, kita bisa tahu strategi dan perkembangan harga. Petani karet yang tidak tahu harga karet akan dikontrol oleh perantara yang mengusai informasi. Maka informasi sangat penting di sini. Maka saya anjurkan di pesantren harus memodernkan diri dengan Internet. Kalau kita tidak mau menggunakan internet ke depan, kita akan ketinggalan.

Mengenai modal, hal itu jangan dijadikan hambatan. Untuk mendapatkan modal kita perlu program atau ide usaha yang baik. Dengan modal nol, kita bisa memiliki bisnis besar. Saya sudah membuktikannya.

Ceritanya waktu mau masuk ke bisnis bidang energi, saya tidak punya dana. Pada waktu saya mau membeli Kaltim Prima Coal (KPC), saya tidak ada uang sama sekali. Nol. Saat itu banyak orang juga berminat membeli KPC tetapi tidak berani menawar. Lalu saya putar otak bagaimana caranya untuk membeli KPC yang harganya USD700 juta atau Rp7 triliun.

Lalu saya ke bank. Tetapi bank di Indonesia tidak ada yang mau memberi pinjaman. Karena waktu itu banyak kepentingan, agar jangan sampai KPC jadi milik saya. Akhirnya saya pergi ke Singapura, di sana saya mendapat pinjaman USD400 juta. Lalu sisanya bagaimana? Sisanya saya minta bantuan orang dengan menawarkan mereka jadi kontraktor dan pemasaran, syaratnya mereka meminjamkan uang dahulu kepada saya. Akhirnya dapat USD300 juta, dan KPC bisa saya beli.

Itu contoh dengan uang atau modal nol bisa beli barang USD700 juta. Mengapa orang mau membantu dan memberikan pinjaman kepada saya? Itu karena kita punya modal nama baik. Nama baik akan selalu diingat orang. Nama baik itu kita dapat karena kita fair dalam berusaha. Saat kita bangkrut kita selesaikan dengan fair. Itu yang akan selalu diingat orang.

Saya berharap pengalaman yang saya bagi bisa memberikan motivasi ke pengelola pesantren untuk maju, agar semakin banyak pengusaha Muslim yang sukses. Mengingat umat Muslim masih minoritas dalam bisnis di negara ini. Makanya kita perlu angkat. Agar Islam menjadi kaya dan modern. Kalau selama ini pesantren identik dengan membawa-bawa proposal, ke depan, dengan suksesnya kita, kita bukan yang membawa, tapi yang akan menerima proposal itu.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.