Soal Bakrie Center, Gayus, Sampai 2014

Pekan lalu, Rabu sampai Jumat, 17-19 November 2010, saya dan keluarga besar Bakrie berkunjung ke Singapura. Di sana kami menghadiri acara yang diselenggarakan Bakrie Center Foundation (BCF) bekerjasama dengan S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University (RSIS-NTU). Yaitu peluncuran pusat kajian strategis atau think thank Bakrie Professorship for Southeast Asian Policies dan program beasiswa Bakrie Graduate Fellowship di RSIS-NTU.

Peluncuran pusat kajian strategis atau think thank ini bukan yang pertama. Sebelumnya kami sudah meluncurkan pusat kajian Bakrie Chair for Southeast Asian Studies bekerjasama dengan think thank terkemuka AS, Carnegie Endowment for International Peace di Washington DC, AS. Di tempat yang sama BCF juga menjalin kerjasama beasiswa pascasarjana dengan Stanford University.

Selain acara BCF, saya di Singapura juga punya acara yang difasilitasi RSIS-NTU. Saya didaulat memberikan kuliah umum atau public lecture. Saya di sana memberikan ceramah dengan judul “The World in Indonesia, Indonesia in The World”, yang naskahnya sudah saya post di blog ini.

Di sela-sela acara tersebut, saya dan keluarga Bakrie juga diundang menghadiri serangkaian pertemuandengan pemimpin Singapura, mulai dari sejumlah menteri, Presiden , Perdana Menteri Lee Hsien Loong, dan Menteri Senior Goh Chok Tong. Selain itu, saya juga menyempatkan berbincang santai dengan para wartawan senior dari Indonesia yang ikut dalam rombongan saya ke Singapura—antara lain dari Kompas, Bisnis Indonesia, Investor Daily, Jawa Pos, SCTV, Republika, dan banyak lainnya.

Dalam pembicaraan yang informal dan akrab itu, saya mempersilakan wartawan untuk bertanya apa saja, termasuk isu-isu yang terkait dengan saya dan Partai Golkar. Melalui blog ini saya ingin membagi intisari perbincangan kami itu. Siapa tahu bisa jadi referensi bagi yang lain. Intisarinya sebagai berikut:

Soal capres, Golkar apa tidak takut telat sebagaimana Jusuf Kalla dulu kalah karena dinilai telat maju sehingga tidak tidak cukup waktu?

Kami perhatikan itu. Kami akan memunculkan figur capres sekitar 2013. Mungkin awal 2013 kita akan survei siapa yang paling populer untuk dicapreskan. Tidak harus ketua umum yang jadi calon presiden, bisa saja orang lain di Partai Golkar atau orang di luar Partai Golkar. Yang terpenting, yang terbaik bagi bangsa. Tapi Partai Golkar sendiri harus menang. Ini harus.

Tahun 2013 apa tidak terlalu lama?

Tahun 2013 masih sekitar dua tahun lagi, masih banyak waktu. Mungkin bisa cepat juga, pada 2012 akhir kita sudah lakukan. Tapi kalau saat ini belum waktunya. Saya katakan saat Rapimnas, kalau sekarang waktunya belum tepat. Sekarang ini fokus kita adalah membesarkan partai.

Apa yang membuat Anda yakin Golkar akan menang?

Infrastruktur Golkar itu kuat, ditambah sekarang ada semangat yang besar. Kaderisasi sudah kamilaksanakan sampai desa. Konsolidasi juga sudah. Selain itu saat ini kita menjadikan Golkar the party of ideas, partai tempat mencari ide untuk pembangunan bangsa, tempat melahirkan ide-ide untuk memecahkan masalah. Kita juga berkomitmen melaksanakan slogan “Suara Golkar, Suara Rakyat”.Diharapkan, partai ini makin dicintai rakyat.

Kader Golkar sendiri sekarang ini persisnya berapa?

Kami belum tahu jumlah persisnya, maka akan kita data dengan membuat kartu tanda anggota (KTA) baru. Semua organisasi modern memang harus tahu data anggotanya. Makanya kita akan susun kembali, 2011 harus sudah ketahuan by name, by address. Selain itu, di KTA yang baru nanti juga menarik, karena ada asuransi jiwanya sehingga bisa ditanggung jika meninggal atau kecelakaan. Sekarang di daerah-daerah sudah mulai dicetak.

Apakah Golkar juga mengincar suara anak-anak muda perkotaan yang kritis dan bergaul di dunia maya seperti, Facebook, Twitter, dan lain-lain?

Sudah. Kami sudah bikin program yang disesuaikan dengan mereka. Untuk mereka selalu kita buat program khusus. Programnya tentu disesuaikan dengan ciri anak muda dan menyentuh apa yang disukai mereka. Tapi kami tidak hanya membuat program untuk mereka saja. Kami juga membuat program untuk anak muda di pedesaan. Jangan lupa, anak perkotaan yang terdidik itu hanya 4,5 persen saja. Mayoritas masih SMA ke bawah. Maka, Golkar tidak hanya membuat konsep untuk yang 4,5 persen saja tapi jugauntuk yang lainnya. Untuk yang di pedesaan tentu kami tawarkan pendekatan untuk menyelesaikan persoalan mereka seperti masalah infrastruktur atau kesempatan kerja. Namun, anak muda yang melek dunia maya tetap penting. Saya yakin anak muda yang akan pakai Internet di tahun 2014 nanti ada sekitar14 juta orang. Jadi, sangat penting. Tapi, yang jelas kami akan membuat program yang fokus pada kesejahteraan rakyat.

Anda dan keluarga Bakrie terus diserang. Padahal banyak juga Anda dan keluarga berbuat kebaikan?

Itu biasa. Semakin tinggi pohon, semakin kencang anginnya.

Saat ini Anda sedang diserang isu pertemuan dengan terdakwa kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Pertemuan itu benar ada?

Itulah hebatnya orang, bisa bikin masalah yang tidak ada menjadi ada. Pers juga ikut memberitakan kebohongan itu. Ada isu sensasional diikuti, dan lalu menjadi intrik politik. Saya sebetulnya semula memilih untuk tidak berkomentar soal masalah itu, karena intrik politik itu sesuatu yang tidak produktif.

Jadi apakah ada pertemuan di Bali seperti yang dituduhkan?

Tidak ada. Saya tidak tahu siapa yang menyuruh Gayus ke sana. Saya tidak tahu. Kalau ditanya apa saya ke Bali? Saya memang ke sana, tapi tidak bertemu dia. Mukanya saja saya tidak kenal, tampangnya seperti apa saya nggak kenal. Begitu ada isu ini, dia muncul di mana-mana, baru saya tahu. Ini pasti ada kaitan dengan 2014. Pada saat masalah Century sedang hangat, yang dimunculkan Gayus. Sekarang, sedang ada masalah Krakatau Steel, juga dimunculkan isu Gayus. Apa ada kaitannya? Saya tidak tahu. Yang jelas dia ada di sana itu pencorengan hukum. Ini intrik politik menggunakan hukum. Kok dia ada di sana nontontenis, lalu dikaitkan dengan saya. Ini ada apa?

Siapa mastermind di balik ini?

Polisi harus bongkar ini siapa. Saya serahkan kepada polisi. Kenapa dia bisa ke Bali? Kalau kita kaitkan apakah ada mastermind-nya, saya tidak tahu. Cuma terlalu terlalu banyak kebetulannya. Saya datang bersama 10 pemain tenis seperti Yustedjo Tarik, dan teman-teman main tenis saya lainnya. Saya nggaktahu soal Gayus nonton. Barang kali dia suka tenis.

Dia mengaku suka golf.

Nah, kalau dia nggak suka tenis jadi ada kebetulan yang terlalu banyak. Ini siapa? Maunya apa? Kalau sebagai politisi saya katakan ini karena Golkar menang pilkada di mana-mana, sudah 53 persen. Ini besar sekali. Saya biasa diserang, makin tinggi pohon, makin banyak angin. Sekarang saya lihat juga semakin banyak yang berpendapat pertemuan saya dan Gayus nggak masuk akal. Tetapi sebagai kasus hukum, polisi harus buka seterang terangnya.

Jika nama Anda nanti muncul di survei capres, apa Anda akan maju?

Saya tidak mau berandai-andai. Lihat nanti saja. Soal serangan pada saya, saya sempat berfikir, kalau sayabukan pengusaha, kalau saya bukan politisi, mungkin serangan tak akan sebesar ini. Soal pajak, misalnya.Sudah ada keputusan hukum, tetap saja saya diserang. Soal lumpur Sidoarjo juga begitu. Hanya saya yang diserang, pemilik saham lain tidak. Padahal, secara hukum sudah jelas. Pers juga sudah tahu ini, tetapi tetap saja saya dan keluarga diserang. Di Sidoarjo kami sudah membeli tanah senilai 25 kali dari hargayang semestinya, tapi itu tak diapresiasi sebagai kebaikan, tapi terus dianggap kesalahan. Padahal, kamitidak bersalah secara hukum. Serangan pasti selalu ada dan pasti besar. Tapi, saya percaya sekalikebenaran suatu saat akan datang pada orang yang benar, dan saya percaya Allah akan memihak pada yang benar.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.