Kesejahteraan Rakyat Kunci Majukan Bangsa

<p><img title=”IMG_20121219_101731″ src=”http://aburizalbakrie.id/wp-content/uploads/2012/12/IMG_20121219_101731-300×225.jpg” alt=”IMG_20121219_101731″ width=”300″ height=”225″ />Pada Rabu, 19 Desember 2012 lalu, saya diundang oleh para purnawirawan TNI dan Polri untuk menghadiri dan menjadi pembicara dalam acara “Dialog Perjuangan: Memperkokoh NKRI dan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”. Dialog ini digelar dalam rangka peringatan Hari Bela Negara.</p>
<p>Sejumlah purnawirawan hadir sebagai pembicara, yaituLetjen TNI (Purn) Sayidiman Soeryohadiprodjo, Jenderal Pol (Purn) DR. Awaludin Jamin, Jenderal TNI (Purn) Luhut Pandjaitan, dan Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri. Hadir juga para purnawirawan lainnya, pimpinan PP Polri, PPAD, PPAU, PPAL dan kader Partai Golkar. <span id=”more-1875″></span></p>
<p>Dalam kesempatan itu, saya sedikit membahas mengenai peristiwa perjuangan yang membuat 19 Desember diperingati sebagai Hari Bela Negara. Bagaimana upaya pihak TNI untuk tetap mengangkat senjata, bergerilya melawan militer Belanda. Yang pada akhirnya menunjukkan bahwa Indonesia masih eksis, Indonesia masih ada, dan karenanya segera memperoleh respons internasional yang sangat luar biasa.</p>
<p><img title=”IMG_20121219_103001″ src=”http://aburizalbakrie.id/wp-content/uploads/2012/12/IMG_20121219_103001-300×225.jpg” alt=”IMG_20121219_103001″ width=”300″ height=”225″ />Apabila kita catat kembali hakikat peristiwa-peristiwa yang menandai 19 Desember tersebut, maka yang mengemuka adalah, adanya pesan utama agar karakter dan semangat perjuangan yang ada terus kita jaga, untuk terus mempertahankan empat pilar kebangsaan, yaitu: Pancasila, UUD Negara RI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Karakter dan semangat perjuangan ini merupakan roh dan jiwa kita sebagai bangsa.</p>
<p>Dari sana kita bisa melihat, dulu di awal era kemerdekaan perjuangan bangsa dititik-beratkan untuk mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara dari kolonialisme dan imperialisme. Sekarang, kita sebagai penerus perjuangan mereka memiliki perjuangan dengan cara yang berbeda dengan mereka, karena pada masa kini, orientasi perjuangan kita sebagai bangsa, dilakukan dengan memperkokoh empat pilar kebangsaan tersebut dan peningkatan kesejahteraan rakyat.</p>
<p>Peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan “kata kunci” yang terus kita upayakan perwujudannya. Inilah yang menjadi concern Partai Golkar, dan tentu saja juga concern kita semua. Kesejahteraan rakyat merupakan bagian intergral dari cita-cita proklamasi kemerdekaan dan tujuan naaya sional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yakni “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.</p>
<p>Tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  dewasa ini, tidak kalah kompleksnya dengan yang dihadapi para pejuang bangsa di masa revolusi fisik. Kita patut bersyukur, bahwa berbagai perubahan yang terjadi dalam empat belas tahun terakhir reformasi mengarah pada pemajuan dan pemantapan berbagai bidang kehidupan.</p>
<p>Demokrasi menjadi pilihan kita untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran jasmani dan rohani. Kedaulatan dan kebebasan rakyat sebagai prasyarat utama demokrasi telah terpenuhi dengan baik. Namun kita juga tidak ingin, reformasi dan demokratisasi terjadi hanya di level superfisial saja, sedangkan political engagement dan kultur politik rakyat masih rendah. Kita tidak ingin, demokrasi justeru melahirkan anomali-anomali. Kita berharap pilihan demokrasi dapat memungkasi kegaduhan dan ketidak-teraturan yang disebabkan rendahnya kultur demokrasi di negeri ini. Hal ini penting saya tekankan, mengingat realitas politik yang ada dewasa ini lebih diwarnai oleh kegaduhan politik, di mana yang menonjol adalah intrik-intrik politik, politicking, bahkan fitnah politik, dan sangat sedikit kita jumpai adanya perdebatan konseptual di kalangan elite bangsa ini. Pada hal, sejatinya justeru perdebatan konseptual itulah yang harus dikedepankan, bila kita ingin menjadikan demokrasi sebagai jembatan menuju kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.</p>
<p>Selanjutnya, dalam kehidupan ekonomi Indonesia cukup memiliki daya tahan dan pertumbuhan yang solid. Ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan 2-3% di awal-awal Reformasi. Lalu, sejak tahun 2008, secara makro ekonomi nasional tumbuh sebesar 6,1%. Meski pernah turun pada tahun 2009, yakni hanya sebesar 4.5 %, laju perekonomian Indonesia terus bertumbuh dan berkembang 6,4%. Kini kita menikmati APBN 2013 sebesar 1.658 trilyun. Sebuah angka fantastis untuk membangun dan menggerakkan perekonomian bangsa.</p>
<p>Dari berkah pertumbuhan ekonomi tersebut, yang terpenting adalah bagaimana pertumbuhan tersebut dapat didistribusikan dan dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata, melainkan juga pemerataan pelaku pertumbuhannya itu sendiri. Sebab visi ekonomi Indonesia berbasis pada penguatan ekonomi kecil dan menengah. Rakyat perlu dilibatkan dalam cabang produksi dan pengelolaan sumber-sumber ekonomi, sebab UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 memandatkan kepada kita semua untuk menempatkan rakyat sebagai subyek atau pelaku pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.</p>
<p><img title=”IMG_20121219_103129″ src=”http://aburizalbakrie.id/wp-content/uploads/2012/12/IMG_20121219_103129-300×225.jpg” alt=”IMG_20121219_103129″ width=”300″ height=”225″ /></p>
<p>Dalam konteks inilah, Hari Bela Negara menemukan maknanya yang hakiki bahwa, kita harus terus memperkokoh karakter dan jatidiri bangsa, melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara, tidak cepat menyerah, serta saling bersinergi satu sama lain dalam memperkokoh NKRI dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.</p>
<p>Saya selalu percaya bahwa kesejahteraan rakyat adalah kunci memajukan bangsa ini. Pengalaman saya selama ini sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat membuat saya semakin yakin bahwa kesejahteraan rakyat adalah kunci. Saya juga menjadi banyak tahu bagaimana cara memperjuangkan kesejahteraan rakyat.</p>
<p>Pengalaman saya di Papua, waktu mengatasi bencana kelaparan di Yahukimo juga menunjukkan pada saya bahwa kesejahteraan bisa menjadi solusi. Banyak saudara-saudara kita di sana yang selama ini mencoba memisahkan diri dari NKRI akhirnya bersedia meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan NKRI, tatkala kesejahteraan mereka kita penuhi. (Baca kisah saya di Papua di <a href=”http://aburizalbakrie.id/?p=582″>tulisan ini</a> dan <a href=”http://aburizalbakrie.id/?p=1499″>di sini</a>)</p>
<p>Salah satu tekad saya untuk maju sebagai capres juga untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, cita-cita yang saya bawa adalah: Indonesia yang mandiri dan sejahtera. Karena saya yakin sekali bahwa jika rakyat sejahtera maka bangsa akan maju.</p>

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.