Tak Jemu Menjawab Soal Cawapres dan Caleg

Ada dua hal yang sering ditanyakan masyarakat terutama para jurnalis kepada saya akhir-akhir ini. Pertanyaan pertama tentang calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi saya, dan kedua tentang calon legislatif (caleg) pemilu. Pertanyaan ini wajar saja sering muncul, karena memang pemilu 2014 tinggal kurang dari dua tahun lagi.

Melalui tulisan ini, saya akan membahas dua hal tersebut. Dua hal ini akan saya bahas dalam satu tulisan, karena keduanya memiliki kriteria yang hampir sama. Kriteria tersebut adalah populer dan dekat dengan rakyat.

Kita bahas dulu mengenai kriteria cawapres yang akan mendampingi saya. Setiap bertemu wartawan, saya selalu ditanya mengenai masalah ini. Dulu sebelum saya deklarasi capres, mereka menanyakan soal capres, namun sekarang setelah saya deklarasi, mereka selalu bertanya mengenai siapa yang akan mendampingi saya atau cawapresnya.

Kepada mereka saya katakan, saya akan minta petunjuk Allah dengan sholat istiqarah dulu sebelum menentukan. Namun untuk kriterianya tentu sudah ada secara umum. Kriteria itu antara lain, dia harus populer di mata rakyat, harus mampu atau memiliki kompetensi untuk menjalankan tugas sebagai wakil presiden, dan harus bisa bekerjasama dengan saya saat menjalankan pemerintahan nanti.

Populer ini penting, karena jika calon pupuler atau dikenal masyarakat, ini akan bisa mendongkrak suara kami di pilpres. Dengan populer dan dikenal masyarakat, maka juga akan mudah berinteraksi dan memenangkan hati rakyat yang akan menjadi pemilih nanti.

Dalam pilpres, yang akan dipilih oleh masyarakat adalah pasangan. Makanya selain terus meningkatkan populeritas dan elektabilitas saya sebagai capres, juga perlu bantuan cawapres yang populer. Syukur-syukur cawapres saya nanti justru membuat pupularitas dan elektabilitas kami makin melejit.

Cawapres saya nanti harus mampu atau berkompeten. Ini sangat penting. Kerja memimpin dan membangun bangsa ke depan tidak ringan, banyak masalah yang harus dibenahi. Karena itu, dibutuhkan cawapres yang memiliki kompetensi yang baik dalam membantu saya memecahkan dan memberi solusi masalah bangsa ini. Populer saja tapi tidak memiliki kompetensi akan percuma.

Kriteria selanjutnya yang penting adalah cawapres saya harus bisa bekerjasama dengan saya. Kemampuan menjalankan pemerintahan bersama-sama ini penting dan perlu diperhatikan. Dalam memimpin pemerintahan dan membangun bangsa ini, pasangan pemimpinnya harus klop, harus kompak.

Jika tidak cocok maka bisa pecah atau tidak rukun. Ini tentu tidak baik dan akan menjadi resiko bagi bangsa ini. Maka ini harus dihindari sejak awal dengan memilih calon yang cocok dan dinilai bisa bekerjasama dengan saya nantinya.

Soal cawapres ini juga banyak wacana yang muncul. Misalnya calon harus dari suku Jawa, karena saya dari Sumatra. Biar memenuhi unsur Jawa-Luar Jawa. Selain itu, pemilih Indonesia juga mayoritas suku Jawa. Juga banyak wacana lainnya.

Semua itu masuk akal dan baik saja. Namun tentunya harus dicocokkan dengan kriteria yang saya sebutkan di atas. Selain itu, yang penting, rakyat harus suka dengan kami. Ini nanti akan diukur misalnya dengan survei.

Tentang caleg, ini juga suatu hal yang penting. Soal ini kriterianya hampir-hampis sama dengan cawapres, yaitu harus populer, dan mampu atau berkompetensi sebagai wakil rakyat.

Soal ini juga ada banyak wacana. Misalnya mengenai kuota keterwakilan pemuda 30 persen, dan sebagainya. Ini akan dibahas di Rapimnas Partai Golkar beberapa waktu mendatang. Tapi pada dasarnya saya setuju pemuda banyak yang jadi caleg, jangankan 30 persen, 60 persen akan lebih baik, namun tentu di sini kompetensi dan prestasi juga akan diukur dan dihitung.

Mengenai caleg ini Partai Golkar juga akan melakukan terobosan dengan menjaring tokoh eksternal untuk jadi caleg. Ada 10 persen tempat khusus yang akan diisi caleg dari luar ini. Usulan ini munculkan dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar beberapa waktu lalu. Saat itu diusulkan untuk memberi hak prerogatif kepada saya sebagai Ketua Umum untuk menentukan caleg dari luar ini.

Syarat bagi orang luar Golkar untuk menjadi caleg yaitu harus populer dan bisa memenangkan suara rakyat. Jika tidak populer, tidak akan kami pasang. Karena dalam pemilu ini, jika tidak bisa dapat suara rakyat, tidak akan bisa menang.

Populer tidak berarti harus artis. Bisa siapa saja. Misalnya ada orang yang pindah partai, atau belum punya partai. Jika dia memiliki popularitas dan elektabilitas bagus di survei maka dia bisa jadi caleg khusus Partai Golkar. Mereka caleg khusus, karena umumnya syarat untuk menjadi caleg adalah kader yang sudah berkiprah minimal lima tahun di Partai Golkar. Dalam Rapimnas nanti, kriteria secara rincinya akan dibahas dan dimatangkan lagi.

Dalam soal cawapres, caleg, dan calon kepala daerah, Partai Golkar selalu melihat popularitas calon di mata rakyat. Kita selalu lihat survei. Ini penting karena kita ingin mengikuti pilihan rakyat. Karena kemenangan itu rakyat yang menentukan.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.