Menjaring Aspirasi di Negeri Jiran

Salah satu tugas partai politik adalah menjaring aspirasi masyarakat dan memperjuangkan agar aspirasinya terwujud. Seperti yang dilakukan Partai Golkar selama ini, yang terus berusaha mewujudkan keinginan rakyat semaksimal mungkin. Perjuangan ini dilakukan oleh segenap pengurus, kader, anggota fraksi, sampai simpatisan Partai Golkar baik di tingkat pusat sampai desa.

Aktivitas ini tidak hanya dilakukan Partai Golkar menjelang pemilu saja, namun terus dilakukan setiap waktu. Bahkan saya sendiri sebagai ketua umum dan calon presiden (capres), terus turun ke bawah, pergi ke pelosok negeri untuk mendengar langsung aspirasi masyarakat. Hampir seluruh wilayah Republik Indonesia pernah saya datangi.

Menjaring aspirasi masyarakat tak cukup hanya di dalam negeri . Sebab di luar negeri juga banyak warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal atau menetap di sana. Mereka biasanya pelajar/mahasiswa dan pekerja. Jumlah mereka yang tinggal di luar negeri ini banyak, sehingga mereka berhak didengar dan diperjuangkan aspirasinya.

Terkait dengan hal tersebut, Partai Golkar merasa perlu mendirikan perwakilannya di luar negeri. Contohnya beberapa hari lalu, Kamis, 7 Maret 2013, saya menghadiri dan meresmikan pengurus Partai Golkar perwakilan luar negeri (PGLN) Malaysia – Brunei. Dalam kesempatan itu, diresmikan pengurus ormas sayap Partai Golkar seperti SOKSI, Kosgoro 1957, dan AMPG, perwakilan negeri jiran tersebut.

Partai Golkar perwakilan Malaysia-Brunei yang dipimpin Musthofa Bakrie ini penting. Sebab di Malaysia saja ada sekitar dua juta WNI, baik tenaga kerja Indonesia (TKI) maupun pelajar/mahasiswa. Golkar Malaysia-Brunei ini yang akan menjaring dan memperjuangkan aspirasi mereka.

Saat di sana, saya sendiri menyempatkan diri menjaring aspirasi dengan berdialog bersama para TKI dan WNI lainnya di Malaysia. Hari Jumat, atau sehari setelah pelantikan Partai Golkar Malaysia-Brunei, saya dan rombongan pergi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. Didampingin oleh Duta Besar RI untuk Malaysia Marsekal TNI (Purn.) Herman Prayitno saya berdialog dengan para saudara-saudara kita yang tinggal di Malaysia itu.

Ternyata banyak juga saudara kita di Malaysia yang hadir di acara tersebut, sampai aula KBRI penuh. Sebagai pembuka dialog, pertama-tama saya memperkenalkan diri dan menjelaskan alasan mengapa saya maju sebagai capres, sebab banyak yang belum tahu mengenai hal itu.

Kepada mereka saya mengungkapkan bahwa secara pribadi sebenarnya tidak ada alasan bagi saya untuk berambisi mengejar jabatan sebagai presiden. Semua pencapaian hidupnya sudah terpenuhi. Saya memiliki keluarga yang baik, sucu saya enam. Saya diberikan Allah kekayaan cukup, dan sebagainya. Jadi sebenernya tidak ada ambisi pribadi yang membuat saya susah payah menjadi capres.

Lalu untuk apa saya mau maju jadi capres, jawabannya adalah untuk pengabdian kepada bangsa dan negara, dan masyarakat.

Semua ini bermula saat saya diangkat menjadi Menko Kesra. Sudah sering saya ungkapkan dan saya tulis bahwa menjadi Menko Kesra telah mengubah hidup saya. Saya melihat semua permasalahan baik kesehatan, kemiskinan, pendidikan, dan sebagainya secara riil dan terlibat banyak dalam menemukan solusinya

Sejak saat itu, saya bertekad mengabdikan sisa hidup saya untuk bangsa dan negara. Setelah tidak menjabat di pemerintahan, saya punya kesempatan jadi ketua umum Partai Golkar, lalu saya melihat peluang untuk mengabdikan diri dengan menjadi capres.

Karena tujuannya pengabdian, bukan semata ambisi pribadi, maka saya tidak masalah apapun hasil pilpres nanti. Saya tidak ngoyo, tapi saya tetap berusaha keras. Kalau tidak terpilih ya saya tidak dosa pada Allah karena sudah berusaha. Kalau Allah menyatakan tidak di situ berarti tempat saya di tempat lain.

Setelah menceritakan alasan saya maju sebagai capres, saya meminta doa restu pada para saudara-sadara kita di Malaysia tersebut. Alhamdulillah mereka bersimpati dan ikut mendoakan saya.

Selanjutnya acara kita isi dengan tanya jawab atau dialog terkait permasalahan yang dihadapi para TKI dan WNI lainnya. Di dalam dialog terungkap malah yang selalu dihadapi TKI setiap pemilu dan belum mendapat solusi. Masalah ini adalah terkait susahnya para TKI memberikan suara karena alasan pekerjaan dan lokasi TPS.

Ada seorang TKI asal Nusa Tenggara Timur, namanya Maria, kepada saya dia dan banyak rekannya mengaku selalu kesulitan menggunakan hak pilihnya setiap pemilu. Dia sudah 13 tahun tinggal di Malaysia dan tidak pernah ikut pemilu karena tidak mendapat izin dari majikan.

Selain Maria, banyak juga yang mengungkapkan hal yang sama. Beberapa TKI yang kerja di perkebunan mengaku susah menjangkau TPS yang letaknya di kota. Ditambah lagi biasanya pemilu diadakan di hari kerja, di mana para TKI tidak bisa meninggalkan pekerjaan untuk ke TPS.

Suara mereka ini mewakili jutaan rekan mereka yang senasib. Ini bisa dilihat dari partisipasi setiap pemilu di Malaysia. Hanya ratusan ribu WNI yang menggunakan haknya, sementara ada jutaan yang memiliki hak suara.

Menanggapi hal itu, saya berjanji akan membicarakan hal tersebut dengan KPU melalui anggota fraksi di DPR. Saya juga akan membicarakan dengan pemerintah Malaysia agar para TKI diberi izin dan kesempatan menggunakan hak pilihnya. Selain itu, saya juga meminta pengurus Partai Golkar di Malaysia-Brunei mencari solusi atas masalah tersebut. Misalnya melobi pimpinan perusahaan atau majikan tempat TKI bekerja agar member izin ke TPS, memfasilitasi yang lokasinya jauh, dan sebagainya.

Selain masalah itu, para TKI dan pelajar juga bertanya mengenai program-program saya. Salah satu contohnya adalah mengenai apa yang akan saya lakukan untuk pendidikan di Indonesia. Saya kemudian memaparkan salah satu program yaitu pendidikan gratis sampai SMA. Kepada mereka saya menjelaskan pendidikan gratis sampai SMA bukan hal yang sulit. Karena mantan Menko Perekonomian dan Menko Kesra, saya tahu hitung-hitungannya. Ongkos pendidikan gratis sampai SMA sekitar Rp24 triliun.

Duitnya dari mana? Bisa kita ambil dari subsidi energi yang besarnya Rp350 triliun. Subsidi ini banyak yang salah sasaran dan dinikmati orang kaya. Kalo dialihkan Rp24 triliun saja untuk pendidikan gratis, bukan hal yang sulit apalagi mustahil. Mereka yang hadir setuju dan bertepuk tangan keras sekali. Sependapat dengan saya, mereka menilai pendidikan ini penting, bagi anak-anak mereka di tanah air.

Banyak hal yang kita dialogkan. Banyak aspirasi yang saya dapatkan dan akan bantu mencari solusinya. Tak hanya membantu mencarikan solusi ke dalam negeri, saya juga membantu melobi pihak Malaysia terkait beberapa permasalahan yang bisa diselesaikan melalui mereka.

Dalam kunjungan saya sebelumnya ke Malaysia, saya juga melobi pemerintah Malaysia. Kala itu saya meminta agar TKI ilegal mendapat pengampunan, dan sebagainya. Dalam kunjungan pekan lalu, saya juga menemui partai berkuasa di Malaysia UMNO. Selain bertemu di acara pelantikan Partai Golkar Luar Negeri, saya dan rombongan Partai Golkar juga bertemu dalam jamuan makan malam bersama para petinggi UMNO yang dipimpin oleh Timbalan atau Wakil PM Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam tersebut, intinya kita sepakat menjalin kerjasama untuk hubungan baik kedua negara. Kita membangun second track diplomacy untuk bantu menyelesaikan masalah-masalah yang kerap timbul. Saya gembira bahwa UMNO juga bersedia ikut membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi TKI atau WNI lainnya, sebagaimana yang dikatakan Ketua Penerangan UMNO Datuk Ahmad Maslan.

Itulah sedikit cerita saya dari Malaysia. Saudara-saudara kita yang ada di negeri jiran sana juga bagian dari rakyat Indonesia yang harus diperjuangkan aspirasinya. Partai Golkar akan selalu berusaha menjadi yang terdepan dalam perjuangan ini, karena: Suara Golkar, Suara Rakyat.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.