Majulah Negeriku

Pidato Malam Penganugerahan Penghargaan Achmad Bakrie ke-15, 22 Agustus 2017, di Jakarta.

Penghargaan Achmad Bakrie XV/2017Hadirin yang saya hormati

Saudara-saudara yang saya muliakan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua

Pertama-tama saya ingin mengajak seluruh hadirin untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Allah SWT. Hanya atas rahmat dan karunianya maka kita berada bersama-sama pada malam yang berbahagia ini untuk mengikuti Malam Penghargaan Achmad Bakrie yang ke-15.

Perkenankanlah saya mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tokoh-tokoh yang pada malam ini menerima penghargaan, yaitu Saiful Mujani, Terawan Agus Putranto, Ebiet G. Ade, dan Nadiem Makarim.

Tokoh-tokoh ini telah memberikan dedikasi, dharma bakti, serta sumbangan positif dalam bidang ilmu dan pengabdian masing-masing. Mereka membuktikan bahwa Indonesia tetap memiliki putra-putra terbaik, anak-anak bangsa yang bekerja dengan tekun, kreatif dan penuh dedikasi, sehingga sanggup berkarya dengan pencapaian yang membanggakan kita semua.

Mereka telah memperkaya kebudayaan Indonesia modern, memperdalam pandangan kita tentang sejarah dan masyarakat kita sendiri; mengingatkan kita semua akan pentingnya seni, sastra dan ketajaman perasaan manusia untuk menikmati keindahan serta mengagumi kebesaran Tuhan yang mahaesa; sambil tak lupa pula membuka horizon pengetahuan baru dalam berbagai kajian ilmu pengetahuan dan aplikasi teknologi, serta dalam pengabdian pada dunia kesehatan dan kedokteran.

Karena itulah, kepada tokoh-tokoh dan lembaga yang menerima penghargaan pada malam ini sudah selayaknya seluruh bangsa Indonesia menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang sedalam-dalamnya.

Selain itu, saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada penyelenggara acara ini, yaitu Yayasan Bakrie untuk Negeri, TVONE dan ANTV, segenap Dewan Juri, Universitas Bakrie dan Freedom Institute. Tradisi penghargaan ini telah dimulai sejak tahun 2003. Tanpa terasa pada tahun 2017 ini kita sudah memasuki tahun ke-15, tanpa terputus sekalipun, dengan daftar penerima penghargaan yang sudah cukup panjang, lebih dari 60 tokoh dan lembaga dalam berbagai bidang ilmu dan pengabdian.

Insya Allah, tradisi pemberiaan penghargaan ini memang membawa manfaat, betapapun kecilnya, bagi kemajuan bangsa dan negara.

Hadirin yang saya muliakan

Saudara-saudara yang saya hormati

Sejak awal, sengaja saya berpesan kepada panitia penyelenggara agar acara Malam Penghargaan Achmad Bakrie selalu diadakan di seputar perayaan kemerdekaan 17 Agustus. Inilah bentuk keikutsertaan kita dalam memperkaya substansi perayaan Hari Proklamasi Republik Indonesia.

Kemerdekaan adalah sebuah rahmat, atau seperti kata Bung Karno: Kemerdekaan adalah sebuah jembatan emas untuk menuju pada suatu cita-cita mulia, yaitu sebuah bangsa yang maju dan modern, sebuah bangsa yang kuat jiwa dan raganya, serta sebuah bangsa yang adil dan makmur.

Lewat pemberian penghargaan ini, kita ingin menitipkan sebuah pesan agar bangsa Indonesia terus membuka kemungkinan baru, terus mengembangkan cakrawala dalam berbagai bidang ilmu, agar cita-cita mulia yang lahir lewat Proklamasi Kemerdekaan memang dapat tercapai.

Seminggu yang lalu, kita turut merasa bangga pada inisiatif baru Presiden Joko Widodo dalam berbagai acara menyambut kemerdekaan RI yang ke-72. Dengan pakaian adat Bugis serta Aceh, beliau menegaskan penghargaan kita pada tradisi daerah di Nusantara yang kaya dan penuh warna. Selain itu, lewat display of color and the beauty of our common tradition, beliau sekali lagi menegaskan komitmen bangsa kita pada sebuah prinsip mulia yang akan terus kita junjung tinggi sampai kapan pun, yaitu prinsip Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda namun satu jua.

Semoga di masa depan komitmen mulia seperti itu mampu untuk terus kita pertahankan. Tentu saja, kita bisa menambahkan dengan sebuah harapan bahwa tradisi yang berakar tersebut hendaknya juga diiringi oleh kemajuan bersama yang bersifat progresif, sebuah kemajuan yang terjadi karena kreatifitas dan pencapaian kita dalam dunia ilmu pengetahuan, teknologi, dan enterpreneurship.

Selain itu, kita juga berharap bahwa manusia Indonesia, terutama di kalangan generasi muda, memiliki perasaan yang tajam dan peka untuk menikmati keindahan yang ada dalam kehidupan ini. Belajar dan menuntut ilmu sangat penting. Tetapi puisi, lagu, sastra dan cinta: semua ini adalah elemen kehidupan yang memperkaya manusia sebagai manusia.

Sambil membaca buku dan menggali teori-teori yang rumit di universitas, alangkah menyenangkannya bagi anak-anak muda kita untuk sesekali mendengarkan lagu Ebiet G. Ade, misalnya Elegi Esok Pagi, dengan potongan syairnya berikut ini:

Barangkali di tengah telaga

Ada tersisa butiran cinta

Dan semoga kerindua ini

Bukan jadi mimpi di atas mimpi

Tentu saja pilihan untuk mengungkapkan perasaan dan kerinduan yang mendalam bisa mengambil bentuk apa saja. Yang penting, dengan semua itu, rasa dan cinta menjadi bagian dari proses pembentukan manusia yang lebih utuh dan lengkap.

Jika semua itu terjadi, maka Indonesia akan menjadi sebuah negeri yang juga lengkap, maju dan menyenangkan; sebuah negeri dengan jati diri yang kokoh bersandar pada bumi dan kebudayaan sendiri; sebuah negeri yang merebut kemajuan lewat kreatifitas generasi muda, lewat karya kaum pemikir, teknolog, budayawan, dokter, dan kaum pengusaha yang terus mencipta serta merebut peluang-peluang baru dalam dunia yang semakin kompetitif dan terbuka.

Singkatnya, jika semua itu terjadi, Indonesia akan tumbuh menjadi sebuah negeri yang membanggakan kita semua, sebuah negeri yang namanya harum di empat penjuru angin.

Saudara-saudara yang saya hormati

Hadirin yang saya muliakan

Baru-baru ini saya membaca sebuah berita ekonomi bahwa Ali Baba, perusahaan e-commerce di China yang dipimpin oleh Jack Ma, telah berhasil mencapai kapitalisasi pasar dengan nilai USD 400 miliar. Ali Baba telah menjadi raksasa baru dan melangkah secara pasti mendekati raksasa lainnya di Amerika Serikat, seperti Amazon, Google dan Apple.

Apple sendiri, perusahaan teknologi terbesar AS, kini mencapai kapitalisasi pasar senilai USD 800 miliar, atau kalau kita rupiahkan jumlahnya adalah sekitar sepuluh ribu triliun rupiah – kira-kira sama dengan seluruh produksi bruto perekonomian nasional Indonesia, atau sekitar lima kali lipat dari nilai APBN pemerintah Republik Indonesia.

Fakta-fakta ini harus menyadarkan kita bahwa the game now is science and technology. Sejak 50 tahun silam sebenarnya hal ini juga sudah terjadi, tetapi di awal abad ke-21 ini kecepatan, karakteristik dan skalanya yang sudah jauh berbeda. Dari sepuluh perusahaan terbesar AS saat ini, tujuh di antaranya adalah tech companies, dan sebagian dari perusahaan ini masih berusia sangat muda untuk ukuran perusahaan raksasa. Artinya: semakin lama peran ilmu dan teknologi akan semakin menjadi the primary driver dari dunia bisnis, pergerakan roda perekonomian, serta kemajuan dan peningkatan kesejahteraan umum – bahkan bisa pula dikatakan bahwa ilmu dan teknologi akan semakin mewarnai peradaban dan segala aspek kehidupan manusia di masa-masa mendatang.

Karena itu, Indonesia tidak boleh tertinggal dalam “permainan” baru ini. Kita bersyukur bahwa sejak beberapa tahun terakhir, anak-anak muda Indonesia juga sudah mulai menggeliat, dengan mendirikan start-ups. Beberapa di antaranya kini sudah menjadi unicorns, seperti Gojek, Tokopedia dan Traveloka. Kita berharap bahwa di masa mendatang, akan muncul lebih banyak lagi anak-anak muda Indonesia yang melahirkan perusahaan-perusahaan teknologi di berbagai bidang, dengan inovasi baru yang mampu menyaingi kreatifitas anak muda AS di Universitas Stanford dan di Lembah Silikon.

Yang penting, Indonesia tidak boleh tertinggal terlalu jauh. Harus kita akui, beberapa negara Asia lainnya, seperti China, India, dan Korea Selatan sudah berjalan di depan kita. Mereka sudah melahirkan beberapa tokoh, perusahaan, serta produk-produk kelas dunia.

Dibandingkan dengan mereka, bisa dikatakan bahwa kita sekarang barangkali masih atau sedang menggeliat. Kalau mengutip puisi penyair Chairil Anwar, mungkin kita bisa berkata bahwa Indonesia saat ini sedang berada “di garis batas antara pernyataan dan impian.” Kita sudah cukup maju, but we are not quite there yet. Kita punya banyak potensi, namun realisasinya belum sepenuhnya terwujud.

Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini, baik tokoh maupun perusahaan, lembaga pemerintah, lembaga swasta, serta lembaga pendidikan, terutama universitas besar seperti ITB, UI, UGM, dan lain sebagainya, berhasil menciptakan kawah candradimuka  yang menjadi pusat-pusat baru pendorong kemajuan bangsa kita.

Jika semua itu terjadi,  saya yakin Indonesia akan tumbuh cepat. Bahkan bukan tidak mungkin, dalam merayakan Hari Proklamasi yang ke-100 kelak di tahun 2045, yang tinggal satu generasi lagi, anak-anak muda Indonesia dapat dengan bangga berkata bahwa merekalah yang saat itu berdiri di garis terdepan kemajuan umat manusia.

Saat itu kita juga berharap bahwa Indonesia sudah melepaskan predikat sebagai negeri berpendapatan menengah, tetapi sudah naik kelas menjadi negeri yang maju sepenuhnya.

Tentu, saya dan generasi saya tidak akan lagi merasakan momen kebanggaan tersebut. Kami pasti sudah akan menjadi bagian dari masa lalu. Tapi terus terang, saya pribadi sudah sangat senang jika berpikir dan bermimpi bahwa suatu saat kelak Indonesia akan memasuki era yang membanggakan tersebut, yaitu era 100 tahun proklamasi yang menjadi simbol keberhasilan kita sebagai sebuah negara maju.

Indonesia yang maju dan modern. Indonesia yang gagah, terbuka dan merangkul semua. Indonesia yang penuh percaya diri serta memberi sumbangan positif bagi perkembangan peradaban dunia, baik dalam bidang kesusasteraan, kebudayaan, kedokteran, maupun dalam dunia ilmu dan teknologi.

Insya Allah semua itu akan segera terwujud. Amiien.

Hadirin yang saya hormati

Saudara-saudara yang saya cintai

Akhirnya, sekali lagi kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya acara Malam Penghargaan ini, dari lubuk hati yang tulus saya mengucapkan terima kasih.

Demikian pula, kepada para penerima Penghargaan Achmad Bakrie tahun 2017 (Saiful Mujani, Terawan Agus Putranto, Ebiet G. Ade dan Nadiem Makarim), sekali lagi saya mengucapkan selamat dan apresiasi yang sebesar-besarnya. Semoga karya dan dedikasi saudara-saudara menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda Indonesia dalam menempuh hidup dan kehidupan ini.

Wabillahi taufiq walhidayah

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

  1. No comments yet.

  1. No trackbacks yet.