Kurikulum untuk Menyongsong Generasi Emas Indonesia

Pidato Pengarahan pada Diskusi Publik tentang Kurikulum 2013, Fraksi Partai Golkar DPR RI. Jakarta, 18 Februari 2013.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Bapak Prof. Dr. Mohammad Nuh

Yang saya hormati Pimpinan Fraksi Partai GOLKAR DPR RI

Yang saya hormati Pimpinan dan anggota Komisi VIII dan Komisi X

Para Tokoh Masyarakat, Tokoh Pendidikan, Cendekiawan, Guru dan anak-anak pelajar yang saya cintai dan saya banggakan.

Peserta diskusi dan Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas izin dan perkenan-Nyalah, sehingga acara diskusi publik tentang kurikulum 2013 yang diadakan oleh FPG DPR-RI dapat terselenggara dengan baik. Untuk itu, Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pimpinan FPG DPR RI yang selalu kreatif dan tanggap dalam memberikan ide dan gagasan yang terkait dengan kemajuan pendidikan bangsa.

Saya mencatat, bahwa FPG telah melaksanakan berbagai bentuk kegiatan terkait dengan pendidikan, di antaranya Seminar tentang Revitalisasi Pancasila, Syukuran Hari Guru Nasional ke-66 bersama PGRI, Ide Pendidikan Gratis 12 Tahun yang kemudian menjadi Pendidikan Universal, dan terakhir adalah diskusi publik hari ini sebagai ikhtiar untuk memberikan masukan tentang masalah kurikulum, dengan tema yang sangat kritis dan visioner : Mampukah Kurikulum 2013 Menjawab Tantangan Generasi Emas 2045 ?.

Terkait dengan itu, Saya juga ingin memberikan penghargaan yang tinggi kepada Prof. Nuh atas segala langkah berani dan kreatif yang diambil sebagai Menteri dalam memajukan pendidikan nasional. Langkah-langkah Prof. Nuh, baik sebagai Menteri maupun sebagai Sahabat, dalam memajukan pendidikan nasional harus didukung sepenuhnya, terutama karena langkah-langkah tersebut sejalan dengan visi Partai GOLKAR. Bagi Partai GOLKAR, ketika bicara tentang pendidikan berarti kita bicara tentang masa depan bangsa, dan ketika bicara tentang masa depan bangsa, apapun harus kita pertaruhkan.

Prof. Nuh dan Hadirin yang berbahagia,

Kurikulum merupakan salah satu instrumen yang amat sentral dan strategis untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Sehingga, pergantian kurikulum pendidikan, harus ditelaah secara mendalam, agar benar-benar selaras dengan tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini, Presiden Amerika Serikat ke-28 Woodrow Wilson pernah mengatakan, “It is easier to change the location of a cemetery, than to change the school curriculum”. Lebih mudah memindahkan pemakaman daripada mengubah kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah. Apa yang disitir oleh Woodrow Wilson tersebut mengingatkan kita akan pentingnya mempertimbangkan masak-masak perubahan kurikulum pendidikan nasional.

Bagaimanapun, kurikulum pendidikan bukan hanya sekedar pedoman teknis penyelenggaraan pendidikan, melainkan juga mencerminkan falsafah hidup bangsa, menetapkan ke arah mana bangsa ini akan dibawa dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa di masa depan. Hal itu berarti bahwa pendidikan yang tercermin dalam suatu kurikulum adalah cara yang paling strategis untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta yang paling penting adalah untuk memperkuat jati diri bangsa.

Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa Jatidiri suatu bangsa akan selalu dihadapkan pada dinamika perkembangan global. Pada abad ke-21 ini, perkembangan global telah demikian kompleks, dimana semua itu menuntut kita untuk mampu menjawab berbagai kompleksitas tantangan yang ada dengan baik. Suatu bangsa akan eksis dan maju, manakala mampu menjawab tantangan global itu dengan baik. Dan, kata kunci utamanya adalah pendidikan yang baik. Dengan pendidikan yang baik, maka berarti kita tengah mempersiapkan sumber daya manusia terdidik, yang memiliki kompetensi yang dapat diandalkan mengangkat derajat daya saing bangsa, sehingga mampu tidak saja sejajar dengan bangsa-bangsa lain, tetapi juga bergerak cepat menjadi bangsa yang maju dan kompetitif.

Pendidikan yang baik, mutlak memerlukan kurikulum pendidikan yang baik pula, yakni kurikulum yang didesain untuk mampu menjawab tantangan perubahan zaman yang bergerak cepat dan dinamis, kurikulum yang didesain untuk mampu mempersiapkan peserta didik untuk tidak saja menjadi manusia-manusia unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memperkokoh jatidiri bangsanya.

Sebaik apapun suatu kurikulum pendidikan, tidak akan memberikan kemanfaatan bagi bangsa, manakala tidak benar-benar diarahkan untuk memperkuat jatidiri bangsa. Oleh karena itulah, jangan sampai perubahan kurikulum yang kita lakukan, justru mengabaikan aspek-aspek lokalitas dan berbagai hal yang terkait dengan jati diri bangsa.

Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian, tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan kurikulum menyangkut berbagai hal, baik yang terkait dengan pengampu kepentingan atau stake holder dalam dunia pendidikan, maupun faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.

Prof. Nuh dan Hadirin yang berbahagia,

Secara garis besar, sebagaimana kita ketahui bahwa sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan sebanyak sembilan kali, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sistem sosial budaya, sistem ekonomi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Jika dalam tahun 2013 ini kurikulum juga akan berubah, berarti secara mendasar perubahan kurikulum pendidikan di negara kita sudah mencapai sepuluh kali.

Terkait dengan hal tersebut, jangan hanya pergantian kurikulum dan uji coba kurikulum saja yang menjadi perhatian, tetapi bagaimana menjadikan sektor pendidikan menjadi pilar utama pembangunan nasional, menjadi pendorong kemajuan bangsa, sehingga kita tidak tertinggal dengan negara-negara lain dalam kompetisi global. Karenanya, perubahan kurikulum harus dipastikan mengarahkan generasi muda Indonesia yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah, cerdas, terampil, berpengetahuan, mandiri, mampu berkompetisi, dan bertanggungjawab kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Pengalaman sejarah membuktikan, bahwa kurikulum pendidikan yang seharusnya mengantarkan rakyat Indonesia eksis dan mampu berkompetisi di dunia internasional, ternyata belum seperti yang kita harapkan. Menurut berbagai survei internasional, bahwa kualitas pendidikan nasional, secara umum masih tertinggal dengan banyak negara lain. Oleh karena itu, kita mendukung langkah Pemerintah untuk menciptakan kurikulum yang lebih antisipatif, menyesuaikan dengan tuntutan zaman, yang diyakini mampu melahirkan anak-anak negeri yang sanggup bangkit, mengangkat harkat dan martabat bangsa di dunia internasional, tanpa kehilangan jatidiri sebagai manusia Indonesia. Itulah sebabnya, Partai GOLKAR mendorong perubahan kurikulum kali ini harus dipersiapkan secara komprehensif dan tidak parsial, termasuk dukungan tenaga pendidik dan sarana-prasarana lainnya sebagai kunci kesuksesan implementasi kurikulum baru tersebut.

Prof. Nuh dan Hadirin yang berbahagia,

Perubahan kurikulum, antara lain dimaksudkan untuk menyongsong generasi emas Indonesia. Apabila perubahan kurikulum ini dilakukan sekarang, maka peserta didik atau siswa sekolah saat ini akan berusia 40-50 tahun pada tahun 2045 nanti, pada saat Bangsa Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekannya. Rentang usia tersebut adalah usia produktif pada level kepemimpinan di segala sektor dan bidang pekerjaan. Sehingga, masa itu adalah Abad Emas bagi bangsa Indonesia.

Seiring dengan itu, kita optimis akan masa depan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar dan maju. Lembaga internasional seperti Goldman Sachs, Mc Kinsey Institute dan lain-lain telah meramalkan bahwa Indonesia akan masuk sebagai The Next BRIC ((Brazil, Rusia, India, China). Lembaga multilateral seperti World Bank, ADB, IMF dan lain-lain juga mengatakan bahwa Indonesia termasuk The Emerging Market Countries seperti Turki dan Korea Selatan.

Prediksi lain menggambarkan bahwa Indonesia akan menjadi negara yang mempunyai PDB terbesar ke-7 di dunia. Ketika Benua Eropa dan Amerika sedang mengalami perlambatan perekonomian, maka masa depan dunia ada di ASIA. Siapa ASIA itu?, ketika Jepang mengalami stagnasi, China dan India mulai melambat. Asia adalah Indonesia! Dan masa depan dunia adalah Indonesia! Sejatinya itulah yang harus menjadi mimpi kita, menjadi visi bersama kita, menjadi cita-cita kita sebagai bangsa yang besar.

Prediksi-prediksi demikian tidak dapat kita abaikan, bukan suatu hal yang mustahil, mengingat sejatinya Indonesia punya segala hal untuk maju. Sumberdaya alam yang melimpah dan variatif dari Sabang sampai Merauke. Jumlah penduduk yang besar sekitar 230 Juta jiwa dan 80 juta jiwa berada di dalam usia produktif. Sebanyak 70 juta jiwa adalah kelas menengah yang mempunyai daya kreatif dan daya beli yang tinggi. Pemakai Facebook dan Twitter di Indonesia adalah nomor 3 dan 5 yang terbesar di dunia.

Itu semua menggambarkan bahwa Indonesia adalah Indonesia muda yang kreatif dan dinamis yang siap dan eager untuk menghadapi peluang dan tantangan apapun juga. Ini juga diperkuat dengan kekayaan budaya yang sangat dinamis dan variatif mulai dari pakaian, kuliner, adat istiadat, tempat wisata dan lain-lain yang semuanya itu mempunyai potensi geopolitik dan geoekonomi yang sangat kuat bila dikelola secara baik dan terencana oleh manusia-manusia terdidik. Jadi, sekali lagi, kata kunci utamanya adalah pendidikan, dan bagian terpenting dari pendidikan itu adalah adanya sebuah kurikulum yang konprehensif.

Prof. Nuh dan Hadirin sekalian yang saya hormati,

Jadi yang perlu diingat dalam penyusunan kurikulum ini adalah bahwa kita saat ini, sedang menyusun kurikulum untuk Generasi Emas Indonesia. Generasi yang akan memimpin kebangkitan Indonesia, Generasi yang akan menghadapi tantangan yang jauh berbeda dengan yang kita alami saat ini.

Untuk itu, Pesan dan harapan saya selaku Ketua Umum DPP Partai GOLKAR kepada Prof Nuh, baik sebagai Menteri maupun sebagai Sahabat dan Fraksi Partai Golkar DPR-RI adalah agar tetap cermat dan teliti dalam menyusun dan menerapkan kurikulum 2013 ini, sehingga dapat diimplementasikan sebaik mungkin, dengan melibatkan segenap konponen masyararakat yang terkait.

Karena itulah, saya juga menyarankan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya, untuk melakukan persiapan yang matang dan sosialisasi secara optimal ke berbagai kalangan terkait dengan penerapan kurikulum. Selain sosialisasi, kurikulum baru tentu membutuhkan berbagai perangkat yang baru pula bagi para peserta didik di sekolah-sekolah. Transisi implementasi kurikulum lama ke kurikulum baru juga hendaknya tidak menimbulkan beban pembiayaan yang tinggi bagi masyarakat.

Mengenai hal ini, kami juga meminta kepada Pemerintah untuk menanggung biaya penyusunan dan percetakan buku serta perangkat pendukungnya, agar orang tua murid tidak dibebani lagi dengan biaya tambahan sebagai akibat implementasi kurikulum baru. Kami sangat concern mengenai hal ini, mengingat keadaan sebagian besar masyarakat kita yang masih belum menyekolahkan anaknya karena kondisi ekonomi yang kurang baik.

Terkait dengan ini, saya ingin menekankan bahwa pendidikan adalah sebuah martabat bangsa. Karena itu, jangan sampai ada keluarga yang putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikannya, akibat tidak mampu membayar biaya sekolah, tidak mampu membeli buku dan lain-lainnya. Bila hal itu sampai terjadi, maka itu berarti kita mengabaikan martabat bangsa. Dalam kerangka itulah, maka Partai GOLKAR senantiasa mengambil kepeloporan dalam perjuangan pendidikan bangsa. Sebagai tahaddus binnikmah, Partai GOLKAR berada pada posisi terdepan dalam memperjuangkan 20 % anggaran pendidikan untuk dimasukkan dalam UUD 1945, demikian juga dalam pembahasan dan pembentukan UU Sistim Pendidikan Nasional, Partai GOLKAR tetap konsisten mengambil kepeloporan untuk kemajuan pendidikan. Dan yang terakhir, Partai GOLKAR lagi-lagi mengambil kepeloporan mendorong Pemerintah untuk melaksanakanl kebijakan biaya pendidikan gratis sampai tingkat SLTA dapat diterapkan secara nasional mulai tahun 2013 ini. Bahkan, dalam menyongsong 100 tahun Indonesia Merdeka, Partai GOLKAR telah menyusun Blue Print tentang Pembangunan Nasional (memuat Visi Indonesia 2045), di mana di dalamnya meletakkan pendidikan sebagai Pilar Utama Pembangunan Bangsa. (Mohon maaf Prof Nuh, ini bukan kampanye tapi saya tegaskan sebagai komitmen partai GOLKAR untuk kemajuan pendidikan bangsa. Mudah-mudahan Prof Nuh sependapat dengan GOLKAR).

Prof. Nuh dan Hadirin sekalian yang saya hormati,

Sebelum saya akhiri sambutan ini, sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa setiap perubahan tentu akan ada tantangan dan sekaligus peluang untuk maju. Pengalaman bangsa kita dan juga bangsa-bangsa lain tentu mengajarkan bahwa mengakomodasi nilai-nilai baru dan meninggalkan nilai-nilai lama yang usang dimakan zaman tentulah tidak mudah. Banyak tantangan dan hambatan yang kita hadapi untuk dapat merubah mind set, dan membentuk suatu tradisi baru yang lebih relevan dan mampu menjawab kompleksitas tantangan zaman. Namun demikian, selalu ada harapan dan optimisme kita semua untuk selalu maju ke depan, menuju kondisi bangsa yang lebih baik dan maju.

Dalam hal ini, sekali lagi, pendidikan adalah kuncinya, karena pendidikan akan menghadirkan sumberdaya manusia yang andal. Seorang tokoh Samurai terkenal Jepang, Miyamoto Musashi mengatakan “The difference between the impossible and possible lies in a person’s determination.” Bahwa faktor keunggulan manusia dapat mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Selanjutnya, saya juga perlu mengutip pandangan filosof Betrand Russel, yang mengatakan “More important than the curriculum is the question of the methods of teaching and the spirit in which the teaching is given”. Kurikulum penting, tetapi yang tak kalah pentingnya juga adalah metode pengajaran dan spiritnya. Dengan metode pengajaran yang tepat dan mengena dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan, ditambah spirit pendidikan yang selalu menyala di setiap pengajar dan peserta didik, maka proses pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari rohnya. Sebuah kata bijak mengatakan bahwa “At-Thariqatu Afdalu Minal Mad (Metodologi tidak kalah pentingnya dibanding substansi).

Saya mengucapkan selamat bekerja kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Mohammad Nuh, dan Saya minta Fraksi Partai GOLKAR untuk memberi dukungan dalam mewujudkan suatu kurikulum yang baik bagi kemajuan bangsa kita. Selamat mengantarkan Generasi Emas Indonesia menuju Abad Kejayaannya. Semoga Tuhan memberkati dan meridloi perjuangan kita semua.

Seperti biasanya, setiap sambutan saya diakhiri dengan pantun. Kali ini, saya akan mempersembahkan dua buah pantun untuk para peserta diskusi :

BUKU TERSUSUN DI PERPUSTAKAAN

TEMPAT SISWA MENCARI BAHAN

KURIKULUM BARU SIAP DITERAPKAN

PARTAI GOLKAR SIAP MENSUKSESKAN

ANAK SEKOLAH MEMBACA BUKU

PERSIAPAN MENGHADAPI UJIAN TERTULIS

PARTAI GOLKAR MENANG PEMILU

BIAYA PENDIDIKAN DIJAMIN GRATIS

Untuk memenuhi permintaan panitia penyelenggara, dengan mengucap Basmalah : Bismillahirrahmanirrahim, Diskusi tentang Kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh FPG DPR-RI, secara resmi saya nyatakan dibuka.

Sekian, Terima kasih, dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Olahraga dan Jiwa Sportif

Saya selalu mengawali aktivitas sehari-hari dengan berolahraga. Setiap pagi, saya selalu menyempatkannya. Jika melihat jadwal kegiatan saya sehari-hari, maka agenda pertama yang saya lakukan adalah: berolahraga.

Olahraga sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan saya sejak muda. Ada yang kurang rasanya bila mengawali hari tanpa olahraga. Makanya, di manapun berada, saya selalu menyempatkan berolahraga. Termasuk saat saya berpergian ke luar kota atau luar negeri.

Seperti saat saya bersafari ke Lombok pekan lalu, (Rabu, 23 Januari 2012). Seperti biasa, jadwal pertama saya adalah olahraga. Namun kali ini saya tidak berolahraga di hotel seperti biasanya. Pagi itu saya memilih berolahraga bersama masyarakat di alun-alun.

Pagi itu, saya berolahraga bersama anak-anak sekolah yang sedang ada jam olahraga di sana, dengan melakukan senam aerobik dipandu instruktur setempat. Meski ini olahraga ringan, namun lumayan juga terasa segar di badan.

Seusai berolahraga, saya diberi kesempatan berbicara di hadapan anak-anak ini. Kepada mereka saya menceritakan bahwa saya sangat suka berolahraga. Waktu masih muda, setiap selesai sholat subuh saya selalu menyempatkan berlatih karate. Sampai sekarang, meski berusia kepala enam, saya masih rutin berolahraga paling sedikit dua jam setiap pagi.

Saya masih kuat lari keliling lapangan 15 kali, atau melakukan jalan cepat 6 km jalan cepat. Saya juga biasa bermain tenis 3 set, bersama teman-teman di klub Rasuna. Intinya, aktivitas olahraga saya gak kalah sama anak muda.

Hasilnya sangat terasa, tubuh menjadi sehat dan bugar. Saya juga jarang sakit, dan banyak yang bilang dibandingkan dengan teman sebaya, saya terlihat lebih muda. Dengan kebugaran ini kegiatan saya yang relatif padat juga sangat terbantu. Saya tidak cepat lelah dan selalu fit meski harus melakukan perjalanan jauh. Bahkan kolega saya di Partai Golkar Ade Komarudin, pernah mengungkapkan, dia dan kawan-kawan keteteran mengikuti kegiatan saya.

Mengapa saya suka sekali berolahraga? Bagi saya olahraga ini penting. Penting tidak saja bagi kesehatan raga atau tubuh kita, namun juga bagi kesehatan jiwa kita. Seperti kata yang sangat terkenal di dunia olahraga: mens sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.

Kaitannya dengan jiwa, olahraga bisa membentuk jiwa sportif. Orang yang biasa berolahraga akan memiliki jiwa sportif yang tinggi. Biasa berkompetisi, berjuang mencapai hasil, dan bisa menerima kemenangan atau kekalahan.

Saya katakan kepada anak-anak itu, jiwa sportif ini penting. Tidak hanya untuk kompetisi olahraga saja, namun juga kompetisi di bidang lain. Misalnya saat pertandingan olimpiade sains, dan kompetisi-kompetisi lainnya. Sebab, orang berjiwa sportif akan siap menang dan kalah.

Tidak semua orang memiliki jiwa ini. Rata-rata orang hanya siap menang, tapi tidak siap menerima kekalahan. Orang yang sportif berdaya juang tinggi dan meyakini dirinya yang terbaik, namun mampu mengakui jika orang lain ternyata lebih baik darinya dan memenangkan kompetisi.

Dalam berorganisasi dan berpolitik, jiwa sportif ini sangat penting. Lihat saja banyak orang yang tidak sportif dalam kompetisi baik di organisasi maupun politik. Misalnya kalah dalam pemilihan pemimpin organisasi atau partai, kemudian tak terima dan membuat organisasi tandingan atau keluar dan membuat organisasi baru. Atau dalam pilkada, calon yang kalah tidak terima dan terus menggugat, bahkan sering berujung kekerasan atau kerusuhan.

Orang yang suka berolahraga dan telah tumbuh jiwa sportif dalam dirinya tentu tidak akan melakukan hal seperti itu. Orang sportif akan fair, dan siap menang juga siap kalah. Jika menang, orang sportif tidak akan terlalu jumawa atau merendahkan yang kalah, atau orang Jawa menyebutnya: menang tanpo ngasorake.

Itulah manfaat olahraga yang saya petik selama ini. Semoga akan semakin banyak orang, terutama anak-anak muda yang suka berolahraga dan memiliki jiwa sportif. Dulu ada program pemerintah yang bagus: memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Saya kira program bagus seperti ini perlu direvitalisasi.

Nomor 5 di Kertas Suara, Nomor 1 di Pemilu

Senin lalu, 14 Januari 2013, saya selaku Ketua Umum DPP Partai Golkar bersama Sekjen, Idrus Marham, menghadiri pengundian nomor urut parpol di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU). Di tempat yang sama, hadir juga ketua umum dan sekjen, atau perwakilan, dari 10 partai peserta pemilu 2014.

Sekitar pukul 15.00 WIB, pengundian yang digelar di lantai II Gedung KPU dimulai. Pengundian dilakukan dalam dua tahap. Pertama kami mengambil nomor untuk mendapatkan nomor giliran. Setelah itu, berdasarkan nomor giliran itu, kemudian kita baru mengambil nomor urut. Kebetulan, Partai Golkar mendapatkan giliran 9.

Setelah nomor giliran diambil, dimulailah pengundian nomor urut. Partai Nasional NasDem yang kebetulan mendapat nomor giliran pertama, mendapatkan nomor urut 1. Giliran kedua, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) mendapat nomor urut 10. Lalu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mendapat nomor urut 9, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) nomor urut 2, Partai Amanat Nasional (PAN) nomor urut 8, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) nomor urut 3, Partai Demokrat (PD) nomor urut 7, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) nomor urut 4, Partai Golkar nomor urut 5, dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) mendapat nomor urut 6.

Saat itu, selain, mengundi nomor dari 10 parpol nasional, juga ditentukan nomor urut partai lokal. Komisi Independen Pemilihan (KIP), lalu menetapkan nomor urut partai politik lokal di Aceh. Partai Damai Aceh mendapat nomor urut 11, Partai Nasional Aceh nomor urut 12, dan Partai Aceh mendapat nomor urut 13.

Nomor urut parpol ini menjadi topik yang hangat dibicarakan baik menjelang maupun setelah pengundian di KPU. Banyak wartawan yang bertanya nomor berapa yang diharapkan tiap parpol dan apa makna nomor tersebut. Bahkan ada parpol yang mengharapkan dapat nomor tertentu karena menilai nomor tersebut memiliki makna tertentu.

Tetapi jauh hari saat ditanya soal hal itu, saya sudah mengatakan bahwa bagi saya nomor urut berapapun bagi Partai Golkar sama saja. Karena saya percaya bahwa apapun yang diberikan Allah bagi Partai Golkar, itulah yang terbaik.

Saat Partai Golkar mendapat nomor 5, banyak yang bilang nomor itu istimewa. Ada yang bilang karena sesuai dengan sila Pancasila. Ada juga yang bilang seperti jumlah rukun Islam, pas dengan ikrar Partai Golkar Panca (5) Bakti, dan sebagainya.

Tapi sekali lagi, bagi saya ini bukan yang utama. Bagi Partai Golkar yang utama dan paling penting adalah menjadi nomor 1 di Pemilu 2014, atau memenangkan Pemilu. Bukan sekedar nomor di kertas suara. Untuk menjadi nomor 1 di Pemilu yang dibutuhkan tentu saja kerja keras seluruh elemen partai, bukan sekedar nomor urut.

Saya selalu mengatakan kepada kader dan simpatisan bahwa jika ingin memenangkan Pemilu 2014, Partai Golkar harus menunjukkan keberpihakannya pada rakyat sesuai motonya: Suara Golkar,Suara Rakyat. Kalo itu dilakukan Golkar pasti menang.

Jadi sekali lagi, nomor urut hasil Pemilu lebih penting dari nomor urut di kertas suara. Terkait urutan hasil Pemilu, selama ini Partai Golkar, dalam Pemilu baik di era Orde Baru maupun era Reformasi, selalu menduduki posisi atas. Sering nomor 1 dan paling jelek nomor 2.

Pada Pemilu Orde Baru Golkar selalu nomor 1, lalu di Pemilu 1999 Golkar nomor 2. Kemudian di Pemilu 2004 Golkar kembali menjadi nomor 1 dan di Pemilu 2009 turun kembali ke nomor 2. Jika melihat siklus pemilu pasca reformasi, harusnya 2014 Golkar kembali menjadi nomor 1.

Menjadikan Partai Golkar nomor 1 atau mengembalikan kejayaan Partai Golkar adalah cita-cita saya sejak terpilih memimpin partai ini dan terus memperjuangkannya sampai sekarang. Alhamdulillah berkat kerja keras semua elemen, kini Partai Golkar menjadi partai nomor satu di semua survei.

Namun hal ini tidak boleh membuat kita terlena. Karena survei itu adalah saat ini, sementara Pemilu adalah 2014 nanti. Maka saya mengajak semua kader dan simpatisan untuk terus berjuang dan bekerja membantu rakyat, menyelesaikan problemanya. Jika itu yang dilakukan, maka rakyat pasti akan mendukung Partai Golkar, dan mereka akan memilih partai dengan nomor 5 di kertas suara untuk menjadi nomor satu di Pemilu.

Film Pak Habibie dan Teladan Suami-Istri

Senin sore, 17 Desember 2012 lalu, saya pergi ke bioskop bersama istri saya. Kali ini, saya ke bioskop bukan untuk menonton film action, film kegemaran saya. Tapi saya ke sana untuk menyaksikan sebuah film istimewa, yang hari itu diputar perdana.

Film ini memang istimewa, karena menceritakan kehidupan tokoh penting bangsa ini, Presiden Republik Indonesia ke 3 BJ Habibie. Maka dalam pemutaran perdana film berjudul “Habibie & Ainun” ini para tokoh di negeri ini pun berbondong-bondong hadir. Ada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Ani Yudhoyono dan Wapres Boediono berserta istri, para menteri, pejabat, serta tokoh dan artis tanah air.

Saya sendiri datang lebih awal, selain karena lokasi bioskopnya di samping kantor saya, di Kawasan Epicentrum, saya juga tidak mau keduluan Pak Habibie sampai di lokasi. Saya memang terbiasa on time datang ke sebuah acara, apalagi jika acaranya istimewa seperti film Pak Habibie ini. Pak Habibie pun selama ini, jika saya undang ke acara saya, beliau selalu datang on time atau tepat waktu.

Saya pertama kali mendengar ada film “Habibie & Ainun”, yang diangkat dari buku Pak Habibie dengan judul yang sama ini, dari Pak Habibie langsung. Waktu itu, saya bertemu dengan beliau di kediaman Pak Habibie di Jerman.

Pada pertemuan tanggal 8 Oktober 2012, di sebuah restoran dekat kediaman Pak Habibie itulah, beliau bercerita mengenai film itu. Awalnya, saat selesai makan, beliau bercerita mengenai buku “Habibie&Ainun”. Buku yang tidak hanya laris atau best seller di Indonesia saja, melainkan juga di Jerman. Bahkan buku ini juga telah diterbitkan dalam Bahasa Arab, Inggris, dan menyusul dalam Bahasa Jepang.

Lalu beliau memberitahu saya bahwa buku tersebut akan difilmkan dengan judul yang sama. Pak Habibie menyampaikan bahwa beliau juga akan pulang ke tanah air dan hadir saat film tersebut diputar di bulan Desember. Beliau juga mengatakan akan mengundang saya.

Setelah melihat film “Habibie & Ainun” ini, kesan saya sama dengan para hadirin dan orang-orang lain yang menonton film ini, yaitu: film ini bagus dan wajib ditonton. Aktor Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari yang berperan sebagai Pak Habibie dan Bu Ainun cukup baik membawakannya. Reza bahkan bisa menirukan mimik dan gerak-gerik khas Pak Habibie. Bahkan Pak Habibie mengakui Reza bisa memerankan beliau.

Dari segi penonton pun film ini cukup luar biasa. Saya dapat kabar, sepekan setelah tayang perdana untuk umum, film ini telah ditonton sejuta lebih penonton bioskop tanah air. Ini tentu sebuah angka yang tidak kecil, mengingat film ini akan terus diputar dan ditonton beberapa waktu ke depan. Ini juga menunjukkan film ini mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat.

Film ini menceritakan bagaimana Pak Habibie bertemu Bu Ainun, sejak sekolah, kuliah, sampai menikah, lalu tinggal di Jerman. Juga bagaimana Bu Ainun mendampingi Pak Habibie sejak masih kuliah, bekerja di Jerman, kembali ke Indonesia menjadi menteri, wapres, sampai presiden.

Lika-liku kehidupan Pak Habibie dan Bu Ainun tergambar di sana. Tentang perjuangan mengarungi kehidupan, tentang cita-cita, cinta, dan kesetiaan tiada akhir, semua tergambar dengan baik. Di sini peran Bu Ainun sebagai pendamping yang baik bagi Pak Habibie begitu tergambar.

Bu Ainun yang menjadi inspirasi dan motivasi Pak Habibie. Misalnya karena janjinya pada Bu Ainun, Pak Habibie lalu bertekad dan bekerja keras sampai akhirnya berhasil mewujudkan industri pesawat dalam negeri.

Di sini lain, Bu Ainun juga menjadi “pengawas” yang baik bagi Pak Habibie, yang mengingatkan Pak Habibie soal kesehatan, dan sebagainya. Selalu mendampingi di situasi apapun, baik senang maupun sedih. Sampai ajal yang kemudian memisahkan keduanya.

Film “Habibie & Ainun” ini mengajarkan kepada kita semua tentang kehidupan bersama pasangan yang baik. Ini adalah sebuah teladan yang baik bagi suami-istri atau pasangan yang akan mengarungi biduk rumah tangga.

Dari film ini kita bisa lihat bahwa kehidupan Pak Habibie dan Bu Ainun kembali membuktikan sebuah ungkapan terkenal bahwa di balik pria (suami) yang hebat, ada wanita (istri) yang hebat. Sebuah film yang wajib ditonton dan diteladani kisahnya.

Kesejahteraan Rakyat Kunci Majukan Bangsa

<p><img title=”IMG_20121219_101731″ src=”http://aburizalbakrie.id/wp-content/uploads/2012/12/IMG_20121219_101731-300×225.jpg” alt=”IMG_20121219_101731″ width=”300″ height=”225″ />Pada Rabu, 19 Desember 2012 lalu, saya diundang oleh para purnawirawan TNI dan Polri untuk menghadiri dan menjadi pembicara dalam acara “Dialog Perjuangan: Memperkokoh NKRI dan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”. Dialog ini digelar dalam rangka peringatan Hari Bela Negara.</p>
<p>Sejumlah purnawirawan hadir sebagai pembicara, yaituLetjen TNI (Purn) Sayidiman Soeryohadiprodjo, Jenderal Pol (Purn) DR. Awaludin Jamin, Jenderal TNI (Purn) Luhut Pandjaitan, dan Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri. Hadir juga para purnawirawan lainnya, pimpinan PP Polri, PPAD, PPAU, PPAL dan kader Partai Golkar. <span id=”more-1875″></span></p>
<p>Dalam kesempatan itu, saya sedikit membahas mengenai peristiwa perjuangan yang membuat 19 Desember diperingati sebagai Hari Bela Negara. Bagaimana upaya pihak TNI untuk tetap mengangkat senjata, bergerilya melawan militer Belanda. Yang pada akhirnya menunjukkan bahwa Indonesia masih eksis, Indonesia masih ada, dan karenanya segera memperoleh respons internasional yang sangat luar biasa.</p>
<p><img title=”IMG_20121219_103001″ src=”http://aburizalbakrie.id/wp-content/uploads/2012/12/IMG_20121219_103001-300×225.jpg” alt=”IMG_20121219_103001″ width=”300″ height=”225″ />Apabila kita catat kembali hakikat peristiwa-peristiwa yang menandai 19 Desember tersebut, maka yang mengemuka adalah, adanya pesan utama agar karakter dan semangat perjuangan yang ada terus kita jaga, untuk terus mempertahankan empat pilar kebangsaan, yaitu: Pancasila, UUD Negara RI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Karakter dan semangat perjuangan ini merupakan roh dan jiwa kita sebagai bangsa.</p>
<p>Dari sana kita bisa melihat, dulu di awal era kemerdekaan perjuangan bangsa dititik-beratkan untuk mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara dari kolonialisme dan imperialisme. Sekarang, kita sebagai penerus perjuangan mereka memiliki perjuangan dengan cara yang berbeda dengan mereka, karena pada masa kini, orientasi perjuangan kita sebagai bangsa, dilakukan dengan memperkokoh empat pilar kebangsaan tersebut dan peningkatan kesejahteraan rakyat.</p>
<p>Peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan “kata kunci” yang terus kita upayakan perwujudannya. Inilah yang menjadi concern Partai Golkar, dan tentu saja juga concern kita semua. Kesejahteraan rakyat merupakan bagian intergral dari cita-cita proklamasi kemerdekaan dan tujuan naaya sional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yakni “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.</p>
<p>Tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  dewasa ini, tidak kalah kompleksnya dengan yang dihadapi para pejuang bangsa di masa revolusi fisik. Kita patut bersyukur, bahwa berbagai perubahan yang terjadi dalam empat belas tahun terakhir reformasi mengarah pada pemajuan dan pemantapan berbagai bidang kehidupan.</p>
<p>Demokrasi menjadi pilihan kita untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran jasmani dan rohani. Kedaulatan dan kebebasan rakyat sebagai prasyarat utama demokrasi telah terpenuhi dengan baik. Namun kita juga tidak ingin, reformasi dan demokratisasi terjadi hanya di level superfisial saja, sedangkan political engagement dan kultur politik rakyat masih rendah. Kita tidak ingin, demokrasi justeru melahirkan anomali-anomali. Kita berharap pilihan demokrasi dapat memungkasi kegaduhan dan ketidak-teraturan yang disebabkan rendahnya kultur demokrasi di negeri ini. Hal ini penting saya tekankan, mengingat realitas politik yang ada dewasa ini lebih diwarnai oleh kegaduhan politik, di mana yang menonjol adalah intrik-intrik politik, politicking, bahkan fitnah politik, dan sangat sedikit kita jumpai adanya perdebatan konseptual di kalangan elite bangsa ini. Pada hal, sejatinya justeru perdebatan konseptual itulah yang harus dikedepankan, bila kita ingin menjadikan demokrasi sebagai jembatan menuju kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.</p>
<p>Selanjutnya, dalam kehidupan ekonomi Indonesia cukup memiliki daya tahan dan pertumbuhan yang solid. Ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan 2-3% di awal-awal Reformasi. Lalu, sejak tahun 2008, secara makro ekonomi nasional tumbuh sebesar 6,1%. Meski pernah turun pada tahun 2009, yakni hanya sebesar 4.5 %, laju perekonomian Indonesia terus bertumbuh dan berkembang 6,4%. Kini kita menikmati APBN 2013 sebesar 1.658 trilyun. Sebuah angka fantastis untuk membangun dan menggerakkan perekonomian bangsa.</p>
<p>Dari berkah pertumbuhan ekonomi tersebut, yang terpenting adalah bagaimana pertumbuhan tersebut dapat didistribusikan dan dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata, melainkan juga pemerataan pelaku pertumbuhannya itu sendiri. Sebab visi ekonomi Indonesia berbasis pada penguatan ekonomi kecil dan menengah. Rakyat perlu dilibatkan dalam cabang produksi dan pengelolaan sumber-sumber ekonomi, sebab UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 memandatkan kepada kita semua untuk menempatkan rakyat sebagai subyek atau pelaku pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.</p>
<p><img title=”IMG_20121219_103129″ src=”http://aburizalbakrie.id/wp-content/uploads/2012/12/IMG_20121219_103129-300×225.jpg” alt=”IMG_20121219_103129″ width=”300″ height=”225″ /></p>
<p>Dalam konteks inilah, Hari Bela Negara menemukan maknanya yang hakiki bahwa, kita harus terus memperkokoh karakter dan jatidiri bangsa, melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara, tidak cepat menyerah, serta saling bersinergi satu sama lain dalam memperkokoh NKRI dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.</p>
<p>Saya selalu percaya bahwa kesejahteraan rakyat adalah kunci memajukan bangsa ini. Pengalaman saya selama ini sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat membuat saya semakin yakin bahwa kesejahteraan rakyat adalah kunci. Saya juga menjadi banyak tahu bagaimana cara memperjuangkan kesejahteraan rakyat.</p>
<p>Pengalaman saya di Papua, waktu mengatasi bencana kelaparan di Yahukimo juga menunjukkan pada saya bahwa kesejahteraan bisa menjadi solusi. Banyak saudara-saudara kita di sana yang selama ini mencoba memisahkan diri dari NKRI akhirnya bersedia meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan NKRI, tatkala kesejahteraan mereka kita penuhi. (Baca kisah saya di Papua di <a href=”http://aburizalbakrie.id/?p=582″>tulisan ini</a> dan <a href=”http://aburizalbakrie.id/?p=1499″>di sini</a>)</p>
<p>Salah satu tekad saya untuk maju sebagai capres juga untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, cita-cita yang saya bawa adalah: Indonesia yang mandiri dan sejahtera. Karena saya yakin sekali bahwa jika rakyat sejahtera maka bangsa akan maju.</p>

Menghidupkan Kembali Garis-garis Besar Haluan Negara

Seperti biasanya, jika akhir tahun selalu banyak diskusi atau dialog akhir tahun yang temanya merefleksikan kondisi bangsa. Seperti hari Kamis, 13 Desember 2012 lalu, saya diundang menghadiri Dialog Kebangsaan Akhir Tahun 2012 yang diprakarsai oleh Perkumpulan Aliansi Kebangsaan.

Selain saya, hadir juga beberapa tokoh nasional lainnya seperti mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef, sesepuh TNI Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo, dan lain lain. Semua menyampaikan materi sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing yang semuanya merefleksikan kondisi bangsa dan mengusulkan solusi pemecahannya.

Saya sendiri dalam acara itu, menyampaikan dua hal yang menjadi keprihatinan saya dan Partai Golkar. Saya yakin dua hal ini juga keprihatinan semua orang, karena dua hal ini menjadi faktor penyebab utama dari berbagai masalah nasional kita dalam satu dasawarsa terakhir ini.

Dua hal tersebut adalah : pertama, banyaknya undang-undang yang (UU) kita buat dalam tahun-tahun belakangan ini, yang sepertinya hampir tak ada kaitannya dengan cita negara, cita hukum, serta tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Kedua, tidak adanya lagi Garis-garis Besar Haluan Negara atau GBHN, yang kemudian membuat kegiatan pembangunan nasional kita berlangsung bagaikan tanpa arah.

Soal undang-undang, kita melihat akhir-akhir ini banyak UU yang diuji-materi ke Mahkamah Konstitusi (MK). Ini merupakan indikasi kuat bahwa UU yang ada masih memiliki berbagai kelemahan, terutama bila dilihat dari aspek alasan pembenar untuk keabsahan suatu rancangan UU, yaitu keabsahan filsafati, keabsahan sosiologis, dan keabsahan yuridis.

Kelemahan dalam aspek keabsahan filsafati merupakan kelemahan yang fatal, karena kelemahan itu menunjukkan kurangnya keterkaitan antara materi muatan rancangan UU dengan cita negara, cita hukum, dan tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 45. Aspek keabsahan filsafati ini penting, ini beda dengan kelemahan dalam aspek keabsahan sosiologis dan yuridis, yang walaupun merupakan suatu kekurangan, namun masih bisa ditangani dengan berbagai upaya lainnya dari kita semua.

Apa pesan mendasar dari itu semua? Pesan mendasarnya jelas: agar kita kembali ke jatidiri kebangsaan kita, melalui sinkronisasi seluruh UU yang memiliki roh ideologi negara dan falsafah bangsa kita: Pancasila. Mensinkronkan UU dengan Pancasila sangat penting.

Apalagi Pancasila adalah sebagai ideologi yeng terbuka. Pancasila bukan ideologi negara yang statis, yang hanya dapat ditafsirkan oleh sekelompok elite penentu dalam kekuasaan. Sebaliknya Pancasila merupakan ideologi negara yang bersifat dinamis yang penafsirannya tidak dapat lagi sekedar dimonopoli oleh negara atau entitas politik yang berkuasa.

Hal tersebut tentunya harus menjadi perhatian seluruh elemen bangsa. Khususnya para pembuat UU baik dari eksekutif maupun legislatif. Ini penting karena UU ini adalah aturan yang akan mengatur kehidupan kita.

Mengenai masalah tidak adanya lagi GBHN, kita merasakan hal itu sangat berdampak dalam kehidupan kebangsaan kita. Tanpa GBHN telah menyebabkan hampir tidak adanya koherensi dan konsistensi dalam kebijakan nasional baik dalam jangka panjang, jangka menegah, maupun jangka pendek. Juga menyebabkan demikian banyak UU dan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bagaikan produk legislatif yang terlepas satu sama lain dan tanpa arah yang jelas. Tak jarang, hal demikian juga menyebabkan penghamburan sumber daya nasional yang bersifat terbatas.

Oleh karena itulah, Partai Golkar menginginkan dihidupkannya GBHN sebagai dokumen konstitusional yang menindaklanjuti asas-asas yang terkandung dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 45. Sudah barang tentu, dihidupkannya kembali GBHN tersebut memerlukan amandemen terhadap UUD 45, yang akan memakan waktu lama dan persiapan yang intensif.

Meski demikian, saya mengharapkan agar wacana ini dipikirkan secara sungguh-sungguh dan terus kita diskusikan untuk merumuskan format ideal kehidupan kebangsaan kita. Mewacanakan sesuatu yang bagus kenapa tidak? Nantinya kita bedah positif dan negatifnya, atau kita sempurnakan.

Partai Golkar sendiri telah menyusun semacam GBHN, yang sebuah dokumen komprehensif yang merupakan blueprint tentang pembangunan Nasional yang akan diperjuangkan oleh Partai Golkar. Blueprint pembangunan nasional tersebut, memuat visi pembangunan Indonesia yang menjangkau tahun 2045, yaitu 100 tahun kemerdekaan Indonesia, atau kurun satu abad Negara Kesatuan Republik lndonesia (NKRI), 33 tahun lagi sejak saat ini.

Diskusi seperti Dialog Kebangsaan dan sebagainya, saya rasa sangat relevan dalam upaya untuk menjawab berbagai permasalahan bangsa yang bersifat mendasar dan yang bersifat mendesak di masa kini dan ke depan, termasuk dua permasalahan yang saya utarakan di atas. Karena sekali lagi dua hal tersebut penting, karena menyangkut kehidupan berbangsa kita dan arah bangsa ini ke depan

Membagi “Jendela Dunia” kepada Para Siswa

Setiap road show ke berbagai daerah, saya selalu menyempatkan berkunjung ke sekolah-sekolah, atau kampus untuk memberikan ceramah motivasi atau kuliah umum kewirausahaan. Di forum seperti ini, saya berbagi pengalaman dan ilmu mengenai kiat sukses dalam berwirausaha dengan para siswa atau mahasiswa.

Selain berbagi pengalaman dan ilmu, dalam forum tersebut saya juga membagikan bingkisan berupa komputer jinjing atau laptop. Laptop tersebut saya berikan kepasa siswa yang berprestasi, kepada OSIS atau BEM Kampus, santri pondok pesantren, dan kadang kepada siswa yang ulang tahun hari itu.

Mengapa saya membagi laptop kepada para siswa? Ada beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama, laptop yang saya bagikan adalah laptop buatan dalam negeri yang telah diakui dunia kualitasnya. Di sini saya menanamkan kecintaan pada produk dalam negeri dan menghargai hasil kreativitas bangsa sendiri. Biar anak-anak itu juga tahu bahwa produksi bangsa sendiri tidak kalah bagus dengan karya bangsa lain.

Alasan berikutnya, terkait pembagian laptop itu adalah untuk memacu prestasi para siswa. Karena itu hanya diberikan pada yang paling berprestasi di sekolah itu. Biasanya satu laki-laki dan satu perempuan. Ini akan menjadi sebuah apresiasi atas prestasi mereka selama ini.

Mengapresiasi prestasi dengan hadiah itu penting. Sebab, ini akan membuat anak yang yang menerima hadiah semakin termotivasi untuk berprestasi lebih baik lagi. Selain itu, cara ini akan mendorong anak lain termotivasi untuk bisa berprestasi.

Selain laptop untuk anak berprestasi, saya juga memberikan laptop kepada OSIS atau BEM Kampus. Ini agar anak lain juga dapat mengakses laptop tersebut. Karena laptop yang diberikan kepada sekolah atau kampus ini akan jadi milik bersama yang bisa digunakan siapa-saja.

Saya sengaja memilih laptop sebagai hadiah atau hibah karena fungsi benda canggih ini. Kepada para siswa atau mahasiswa, setelah memberikan laptop saya selalu menjelaskan bahwa laptop ini penting dan banyak gunanya untuk mereka. Apalagi di era internet seperti saat ini, laptop sangat dibutuhkan untuk mengakses segala macam pengetahuan.

Dengan laptop, siswa bisa dengan mudah menambah perbendaharaan ilmu. Misalnya melalui Google. Bisa juga mengikuti berita-berita baik di dalam maupun di dunia luar negeri. Dengan terkoneksi internet, siswa juga bisa berkomunikasi dengan masyarakat luar.

Internet telah membuat dunia kita saling terhubung. Jarak antar negara terasa semakina dekat. Apa yang terjadi detik ini di dunia luar, biasa dilihat sekarang juga dengan internet dan laptop. Ini adalah kemajuan teknologi yang harus dihargai dan dimanfaatkan.

Dengan internet, kita juga bisa melakukan banyak hal. Misalnya mempromosikan sekolah ke dunia luar. Sehingga orang di luar sana juga mengetahui prestasi dan kecakapan kita. Promosi dengan internet menjadi sangat mudah, murah, dan cepat.

Bahkan kini banyak sekali bisnis online. Orang di pelosok pun bisa melakukan jual beli secara online dengan orang di wilayah lain, bahkan di luar negeri. Bisnis online ini cocok dengan para usahawan pemula karena modalnya kecil dan bisa untung sangat besar.

Di zaman saya sekolah dulu belum ada laptop. Makanya anak-anak sekarang harus lebih bersyukur dengan kemajuan teknologi saat ini. Kemajuan yang memudahkan, baik menimba ilmu maupun mencari peluang. Bersyukur bisa dilakukan dengan cara berprestasi lebih tinggi lagi.

Kepada para siswa saya mengatakan laptop ini seperti jendela dunia. Kita bisa melihat dunia lewat sana. Siswa harus menengok jendela dunia ini agar tidak tertinggal, agar tidak seperti katak dalam tempurung.

Jadi tidak boleh ada alasan lagi bahwa mereka hanya anak pelosok, tempatnya jauh dari kota besar atau pusat kemajuan. Tidak ada lagi alasan itu. Karena dengan laptop yang saya beri, mereka punya jendela dunia. Mereka punya kesempatan untuk melihat dan dilihat dunia luar yang lebih luas.

Dengan semangat tinggi mencari ilmu, dengan usaha sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin, para siswa penerima laptop ini suatu hari nanti menjadi pembuat laptop. Bukan tidak mungkin juga nanti di Indonesia akan lahir perusahaan semacam Apple, Microsoft, Google, dan sebagainya. Bukan tidak mungkin. Saya yakin akan hal itu, karena saya melihat bangsa ini punya potensinya.

Sejarah dan Pelaku Sejarah

Pidato Perayaan HUT Partai Golkar ke-48. Jakarta, 31 Oktober 2012

Yang saya muliakan Bapak Profesor BJ. Habibie, Presiden RI ke-3

Yang saya banggakan Bapak HM. Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI periode 2004-2009

Yang saya hormati pimpinan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara

Yang saya hormati para menteri Kabinet Indonesia Bersatu ke-2

Yang saya muliakan pimpinan partai-partai politik

Yang saya muliakan perwakilan negara-negara sahabat

Yang saya hormati Bapak Akbar Tanjung, serta seluruh jajaran Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar

Yang saya cintai seluruh pimpinan dan pengurus DPP, Ormas pendiri dan sayap Partai Golkar

Yang selalu saya banggakan pimpinan, pengurus dan kader DPD Partai Golkar dari berbagai tingkat dan daerah

Hadirin dan pemirsa di mana pun berada

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera untuk kita semua

Perkenankanlah saya mengajak kita semua untuk memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Hanya atas rahmatnya kita dapat hadir di tempat ini merayakan Hari Ulang Tahun Golkar yang ke-48.

Hari ini kita merayakan sebuah kebersamaan, sebuah tonggak peristiwa kelahiran dari partai yang kita cintai ini. Ke depan, kita akan terus memohon restu kepada Allah SWT, serta terus berupaya sejauh mungkin agar pohon beringin tumbuh lebih besar lagi, dengan akar yang semakin kokoh menancap di Bumi Nusantara, serta dengan daun yang semakin rimbun menaungi rakyat dan bangsa Indonesia.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada hadirin semua, termasuk kepada sahabat-sahabat dari partai politik yang hadir malam ini. Kehadiran ini adalah sebuah uluran persahabatan yang kami sambut dengan tangan terbuka.

Selain itu, saya juga ingin mengungkapkan kebanggaan dan apresiasi saya kepada pimpinan, kader dan pengurus Partai Golkar dari berbagai daerah yang dengan setia hadir pada malam hari ini, walaupun harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Pimpinan, pengurus dan kader di daerah adalah ujung tombak Partai Golkar. Indonesia maju karena daerah maju: Pohon Beringin akan tumbuh menjulang karena akar dan cabang-cabangnya diberbagai daerah berkembang dengan sehat dan subur.

Secara khusus, saya ingin mengucapkan selamat kepada kader partai yang berhasil menang dalam pilkada, serta telah atau akan menjadi gubernur, bupati dan walikota. Jadikanlah kekuasaan sebagai amanah untuk bekerja dengan giat dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah masing-masing.

Kepada mereka yang sekarang ini sedang berjuang dalam proses pilkada untuk merebut atau mempertahankan kembali posisi kepemimpinan di berbagai lapisan, saya ucapkan selamat berjuang. Tingkatkan semangat, ewako, don’t stop komandan, rawe-rawe rantas, malang-malang putung, rebutlah kemenangan dengan terhormat.

Selain itu, kepada kader-kader partai yang telah berusaha sekuat mungkin, namun sayangnya masih belum berhasil dalam pilkada, saya sampaikan simpati dan penghargaan yang sedalam-dalamnya. Jangan patah semangat. Coba lagi di lain waktu, atau salurkan energi positif ke bidang kehidupan lainnya. Dalam kegelapan, jangan kutuk kelamnya malam, tetapi nyalakan pelita untuk meneranginya.

Kader yang menang dan kader yang kalah: Semua adalah tokoh-tokoh terbaik Partai Golkar, putra dan putri Bangsa Indonesia yang telah berupaya dan berkeringat untuk memberikan dharma bakti bagi masyarakat di wilayah masing-masing.

Dalam dunia politik, seperti juga dalam berbagai kehidupan lainnya, ada dua jenis manusia. Ada tipe yang hanya senang menonton dan memberi komentar, menjadi pengamat dengan melontarkan kritik atau pujian. Jenis yang satunya lagi adalah tipe pelaku, manusia yang ingin menjadi aktor sejarah dalam lingkungannya, betapapun kecil dan terbatasnya.

Yang paling mudah dan gampang adalah menjadi penonton dan pengamat, sebab mereka tidak harus menempuh resiko apapun. Malahan, seperti dalam pertandingan sepak bola, kaum pengamat yang selalu dianggap atau merasa diri lebih pintar.

Namun sesungguhnya, kemajuan dalam masyarakat terjadi karena didorong oleh manusia-manusia tipe pelaku. Sejarah didorong oleh aktor-aktor sejarah.

Dalam kehidupan selalu ada kalah dan menang, naik dan turun. Namun bagi manusia tipe pelaku, yang penting adalah tekad untuk berbuat, keberanian untuk mengambil risiko, terkadang dengan mempertaruhkan banyak hal, demi sebuah cita-cita, demi mewujudkan kehendak untuk memberi arti bagi lingkungan sekelilingnya.

Mereka merasakan betapa getirnya kekalahan, atau betapa manisnya buah kemenangan yang berhasil diraih. Keringat, kecemasan dan kegetiran di satu pihak, dan di pihak lain harapan, antusiasme dan kegairahan: Semua itu adalah elemen yang menggerakkan kehidupan, serta menjadi inspirasi bagi kita untuk ikut serta dalam proyek besar demokratisasi dan peningkatan kemajuan bersama.

Karena itulah, dari hati yang dalam, saya sampaikan salut dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada kader-kader Partai Golkar di seluruh penjuru Tanah Air yang telah mencoba menempuh jalan yang tak mudah itu.

Dalam menuju Pemilu 2014, saya juga menghimbau kepada seluruh kader dan fungsionaris partai yang akan maju sebagai caleg di berbagai tingkat, baik DPR maupun DPRD, untuk menjadikan semua itu sebagai sumber inspirasi, untuk menjadi manusia-manusia pelaku, aktor-aktor sejarah yang mengedepankan perbuatan, mengambil risiko, berkeringat, baik dalam meraih cita-cita pribadi, maupun dalam memberi sumbangsih kepada partai dan kepada bangsa yang kita cintai ini.

Barangkali, semua itu juga perlu saya katakan kepada diri saya sendiri. Sejujurnya, dalam saat-saat yang meletihkan saat berkeliling ke begitu banyak daerah sebagai kandidat presiden dari Partai Golkar, di hati kecil saya selalu terbersit pertanyaan. Apakah saya perlu melakukan semua itu? Tidakkah saya meminta pengorbanan yang terlalu besar dari istri dan keluarga saya? Kenapa saya tidak melewati hari-hari yang santai saja, liburan yang menyenangkan, tanpa beban politik dan kewajiban yang terus menggunung?

Untungnya, setiap kali pertanyaan demikian muncul, setiap kali pula saya mengatakan kepada diri saya bahwa pemilu dan posisi sebagai kandidat presiden bukanlah tentang nasib satu atau dua orang, termasuk nasib saya dan keluarga saya. Pemilu adalah sebuah proses politik yang mempertaruhkan nasib jutaan anak Indonesia. Begitu banyak anak-anak kita yang berharap akan kehidupan yang lebih baik. Begitu banyak rakyat Indonesia yang merindukan perbaikan nasib.

Seperti banyak kader Partai Golkar dan kader partai lainnya, saya tidak mungkin hanya menjadi penonton dan pengamat. Saya wajib mengambil peran. Saya harus memberi contoh dan berdiri di garis terdepan, dengan pengorbanan seberat apapun, untuk menawarkan harapan kepada mereka.

Apalagi, saya telah diberi berkah dan kesempatan untuk menempuh banyak pengalaman, di dunia usaha swasta maupun di kabinet pemerintahan. Dengan rahmat dan pengalaman ini, saya tidak boleh hanya menjadi penonton, tapi wajib menawarkan serta menyumbangkannya, betapapun mungkin kecil artinya, bagi kepentingan orang banyak.

Kalah dan menang adalah rahasia Allah SWT. Yang penting, saya, dan kita semua terus berusaha memberikan yang terbaik. Selebihnya adalah urusan sejarah dan perjalanan kehidupan.

Saudara-saudara yang saya muliakan

Hadirin yang saya hormati

Tahun ini Golkar telah berusia 48 tahun, suatu usia yang hampir mencapai setengah abad. Golkar adalah partai yang tertua di Indonesia, dengan segudang pengalaman dan akumulasi kearifan masa lalu. Walaupun relatif tua dalam umur, namun saya yakin, dalam soal semangat dan gairah untuk berbakti pada Ibu Pertiwi, Partai Golkar adalah partai yang paling muda dan penuh tenaga.

Dalam perjalanan partai kita, ada pasang dan surut, ada suka dan duka. Sejarah kita jadikan pelajaran, tapi bukan tujuan perjalanan. Kita petik hikmah dari masa lalu, namun tatapan mata Partai Golkar lurus ke depan.

Pemilu 2014 semakin dekat, mesin partai sudah mulai dipanaskan, barisan sudah mulai dirapatkan, dan tekad kita sudah semakin bulat.

Dengan restu Allah SWT, lewat kerja dan upaya kita bersama, Golkar akan kembali meraih kejayaan. Kita sudah menetapkan tujuan besar, Dwi Karsa Nusa Bhakti, yaitu menang dalam Pemilu Legislatif, serta menang dalam Pemilu Presiden.

Sekarang saya ingin bertanya kepada semua kader dan pengurus yang ada di ruangan ini: Apakah saudara-saudara siap untuk menang?… Apakah saudara-saudara siap untuk bekerja keras?… Apakah Golkar siap untuk terus maju pantang mundur?…. (Terimakasih. Terimakasih).

Sebagai Ketua Umum, saya tidak akan pernah bosan untuk berkata bahwa pengabdian pada partai adalah sebentuk pengabdian pada Tanah Air. Kita berjuang merebut kemenangan dalam Pemilu 2014 bukan demi kekuasan dan kursi semata. Kekuasaan akan kita manfaatkan untuk mewujudkan sebuah negeri yang lebih maju lagi, untuk sungguh-sungguh meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta untuk menegakkan pemerintahan yang kuat, adil, dan bertanggung jawab.

Kita akan memajukan semua golongan, termasuk mereka yang memilih atau yang menjadi pendukung partai politik lainnya. Walaupun warna berbeda-beda, kita mencintai dan menjadi bagian dari bangsa yang sama, yaitu bangsa Indonesia.

Karena itu pula, pada kesempatan ini saya ingin menghimbau saudara-saudara kita yang menjadi pimpinan dan pengurus partai-partai politik lainnya: Marilah kita mempererat tali silaturahmi. Menjelang Pemilu 2014, marilah kita berlomba dalam kebaikan, bersaing secara terhormat untuk merebut kepercayaan rakyat.

Dalam kampanye, semua spektrum warna politik akan bercahaya, memoles diri, memberi puisi dan janji-janji – namun semua ini perlu dilandasi dengan sebuah kesadaran bahwa manakala kepentingan bangsa yang menjadi pertaruhannya, maka semua spektrum warna tersebut harus melebur dan merapatkan barisan di bawah satu bendera, yaitu Merah Putih yang gagah dan berkibar.

Di samping semua itu, kita tidak pernah boleh lupa bahwa politik harus mengandung sebuah substansi, sebuah rumusan untuk menunjukkan arah bagi kemajuan bersama. Oleh karena itulah, kepada seluruh bangsa Indonesia, Golkar menawarkan sebuah formula, yaitu Catur Sukses Pembangunan Nasional, yang merupakan kombinasi dari kearifan lama dan cakrawala baru peningkatan kemajuan Indonesia.

Formula ini berisi empat elemen: yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi; pemerataan yang adil dan memberdayakan rakyat; stabilitas politik di alam demokrasi; serta nasionalisme baru untuk meneguhkan jatidiri bangsa di zaman globalisasi.

Semua elemen ini sangat relevan, di masa kini atau di masa mendatang. Misalnya dalam soal stabilitas, justru akhir-akhir isunya menjadi sangat mendesak, dengan merebaknya lagi konflik-konflik berdarah yang menyedihkan, baik di Lampung maupun di Poso. Kita harus segera merumuskan cara agar prinsip mulia Bhineka Tunggal Ika tetap menjadi payung kita bersama, dalam suasana yang damai dan harmonis.

Formula Catur Sukses Pembangunan Nasional akan diwujudkan dalam berbagai kebijakan pemerintahan. Sekarang semua itu sedang dimatangkan oleh Tim Blueprint Partai Golkar, untuk kemudian dibingkai dalam sebuah konsepsi besar, yaitu Visi Indonesia 2045.

Insya Allah, dengan dukungan seluruh rakyat, dengan kekuasaan yang akan kita raih, serta dengan formula kebijakan yang sudah matang, Partai Golkar akan meletakkan fondasi yang lebih kokoh bagi transisi besar bangsa Indonesia untuk naik kelas, dari negara berkembang menjadi negara maju.

Semua itu mampu dan harus kita capai sebelum Indonesia berusia seabad, yaitu sebelum Perayaan Proklamasi Tahun 2045.

Jika prestasi besar itu berhasil kita raih, maka Partai Golkar patut merasa bangga, karena kerja keras kita berujung pada hasil yang kongret dan bermanfaat bagi generasi-generasi bangsa selanjutnya.

Itulah makna sesungguhnya dari perjuangan politik kita di masa kini. Kita memilih menjadi manusia-manusia pelaku, menjadi aktor-aktor sejarah yang berkeringat dan menempuh segala resiko, untuk pada akhirnya mempersembahkan semua itu pada kemajuan Tanah Air, serta kepada perbaikan nasib rakyat serta anak-anak mereka.

Golkar adalah partai yang tidak meminta, tetapi selalu memberi. Golkar tidak pernah berharap, tetapi selalu membuka harapan bagi kemajuan semua golongan.

Akhirnya, sebagai penutup, saya ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut menyukseskan terselenggaranya Rapimnas ke-4 dan Perayaan HUT Golkar yang ke-48.

Sebagai hadiah buat panitia, dan sebagai bagian dari tradisi retorika Partai Golkar, perkenankanlah saya menutup pidato ini dengan sebuah pantun:

Duduk bersila di tepi pantai

Jangan lupa bakar ikannya

Merebut kembali kejayaan partai

Kader Beringin bersatu tekadnya

Selendang kuning gadis rupawan

Di tiup angin melayang-layang

Padi menguning di bawah awan

Membawa kabar Golkar menang

Wabillahi taufiq walhidayah

Wassalamualaikum Wr. Wb.