Manusia Indonesia dan Inspirasi Kemajuan
Pidato Malam Penghargaan Achmad Bakrie ke-10. Jakarta, 12 Agustus 2012
Yang saya hormati Bapak dan Ibu Menteri
Yang saya hormati tokoh-tokoh penerima PAB Tahun 2012
Yang saya hormati tokoh-tokoh penerima PAB tahun-tahun sebelumnya
Para sahabat, tamu dan hadirin yang saya muliakan
Assalamualikum Wr. Wb.
Salam sejahtera buat kita semua
Pertama-tama saya ingin mengajak seluruh hadirin untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Allah SWT. Hanya atas rahmat dan karunia-NYA maka kita dapat bersama-sama pada malam yang berbahagia ini di tengah bulan ramadhan yang penuh berkah.
Selanjutnya, perkenankanlah saya mengucapkan penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tokoh-tokoh yang pada malam ini menerima Penghargaan Achmad Bakrie, yaitu Tjia May On, Dawam Rahardjo, Seno Gumira Ajidarma, Wiratman Wangsadinata, Sultana MH Faradz, dan Yogi Ahmad Erlangga.
Tokoh-tokoh ini telah memberikan dedikasi, dharma bakti, dan sumbangan positif dalam bidang ilmu dan pengabdian masing-masing. Dunia mereka bukanlah dunia yang gemerlap. Dunia penelitian, pemikiran dan penulisan bukanlah sebuah dunia dengan taburan materi, kekuasaan dan tepuk tangan. Dunia mereka adalah dunia yang sepi — dan kita harus jujur mengakui bahwa Indonesia belum memberi tempat yang cukup memadai bagi dunia seperti itu.
Tetapi dalam segala keterbatasan yang ada, tokoh-tokoh yang menerima penghargaan Achmad Bakrie pada malam ini telah membuktikan bahwa Indonesia tetap memiliki putra dan putri terbaik, anak-anak bangsa yang bekerja dengan tekun dan penuh dedikasi, sehingga sanggup berkarya dengan pencapaian-pencapaian yang membanggakan kita semua.
Mereka telah memperkaya kebudayaan Indonesia modern, memperdalam pandangan kita tentang sejarah dan masyarakat kita sendiri, serta membuka horizon pengetahuan baru dalam berbagai kajian ilmu pengetahuan, seperti fisika, matematika, dan ilmu kedokteran.
Karena itulah, kepada tokoh-tokoh seperti Tjia May On, Dawam Rahardjo, Seno Gumira Ajidarma, Wiratman Wangsadinata, Sultana MH Faradz, dan Yogi Ahmad Erlangga, bukan hanya kita yang berada di dalam ruangan ini, tetapi seluruh bangsa Indonesia sudah selayaknya menyampaikan terimakasih dan apresiasi yang sedalam-dalamnya.
Khusus mengenai Sdr. Seno Gumira Ajidarma: sesuai dengan suratnya, beliau mengatakan bahwa beliau tidak dapat menerima penghargaan ini dan meminta komite juri untuk memilih seseorang yang dianggap layak. Sikap ini tentu saja kita terima dan kita hormati. Tetapi semua ini tidak mengurangi sedikit pun penghargaan dan apresiasi kita pada karya dan peranannya dalam memperkaya khazanah dunia kesusastraan Indonesia.
Selain itu, saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada penyelenggara acara ini, yaitu Freedom Institute, Yayasan Bakrie untuk Negeri, Tvone dan ANTV. Tradisi penghargaan ini telah dimulai sejak tahun 2003. Tanpa terasa pada tahun 2012 ini kita sudah memasuki tahun ke-10, dengan daftar penerima penghargaan yang sudah cukup panjang, hampir mencapai 40 orang dari berbagai bidang ilmu dan pengabdian. Insya Allah, apa yang telah kita lakukan melalui kegiatan seperti ini dapat membawa manfaat, betapapun kecilnya, bagi kemajuan bangsa dan negara.
Sejak awal, sengaja saya berpesan bahwa acara malam penghargaan Achmad Bakrie diadakan di seputar perayaan kemerdekaan 17 Agustus. Inilah kontribusi kita dalam memperkaya substansi perayaan kemerdekaan.
Kita semua mengerti bahwa kemerdekaan adalah sebuah rahmat, sebuah jembatan emas untuk menuju pada suatu cita-cita mulia, yaitu sebuah bangsa yang maju dan modern, sebuah bangsa yang kuat jiwa dan raganya, serta sebuah bangsa yang adil dan makmur. Seperti salah satu favorit dari kutipan puisi Almarhum Achmad Bakrie yang berbunyi sebagai berikut:
Freedom makes opportunities
Opportunities make hope
Hope makes life and future
Karena itulah, lewat pemberian penghargaan ini, kita ingin menitipkan pesan agar bangsa Indonesia terus membuka kemungkinan baru, terus mengembangkan cakrawala dalam berbagai bidang ilmu dan profesi agar cita-cita mulia tersebut memang dapat tercapai.
Perlu juga saya sampaikan bahwa 10 tahun tradisi pemberiaan Penghargaan Achmad Bakrie ini dilengkapi pula dengan Penghargaan Aburizal Bakrie untuk pelestarian budaya Indonesia. Tahun ini untuk pertama kalinya diberikan penghargaan bagi pelestarian budaya Jawa, yang berlangsung pada tanggal 18 April 2012 di Solo, Jawa Tengah, sebuah kota yang merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa. Hal ini dilakukan karena pelestarian budaya merupakan upaya penting dalam menjaga kontinuitas perjalanan sejarah Indonesia. Kemajuan harus terus diupayakan, tetapi semua itu perlu ditopang oleh tradisi yang kokoh untuk terus mempertahankan jatidiri bangsa dalam era yang bergerak cepat ini.
Perlu pula saya sampaikan sebuah kabar gembira yang membanggakan kami. Tahun ini Kelompok Usaha Bakrie telah mencapai usia 70 tahun. Kami bersyukur bahwa perusahaan yang semula kecil, yang didirikan oleh dua orang bersaudara pada tahun 1942, yaitu Achmad Bakrie dan kakak kandungnya, Abuyamin, kini telah tumbuh cukup besar, tempat bekerja dan berkarya 70 ribu putra dan putri Indonesia di berbagai daerah. Saya berharap bahwa Kelompok Usaha Bakrie terus berkembang dengan baik dan memberikan kontribusi positif pada kemajuan Indonesia.
Saudara-saudara yang saya muliakan
Hadirin yang saya hormati
Besar harapan saya bahwa karya, dedikasi serta pengabdian dari tokoh-tokoh penerima penghargaan Achmad Bakrie dapat menjadi sumber inspirasi bagi kaum muda dan remaja Indonesia dalam mempersiapkan hidup dan kehidupan mereka.
Indonesia memiliki hampir 87 juta kaum muda dan remaja di bawah usia 35 tahun yang kini sedang mempersiapkan diri, belajar, sebagian juga sambil bekerja, untuk mempersiapkan hidup dan kehidupan mereka di masa-masa mendatang. Kita berharap bahwa ada di antara kaum muda dan remaja-remaja kita yang kelak akan mengikuti jejak dan pengabdian Tjia May On, Dawam Rahardjo, Wiratman dan lain-lain.
Tetapi lebih dari semua itu, kita berharap bahwa mereka tumbuh menjadi manusia yang utuh, manusia Indonesia yang mampu mengkombinasikan kedalaman pengetahuan, keluasan jiwa, serta kepekaan budi pekerti, sebagaimana yang menjadi filosofi dasar dari Penghargaan Achmad Bakrie ini.
Singkatnya, kita harus mendorong agar generasi muda Indonesia mampu mengerti dalamnya konsep-konsep keilmuan sambil sekaligus dapat menikmati keindahan puisi serta, seperti kata penyair Chairil Anwar, meresapi kelembutan “cinta di sekolah rendah.”
Selain semua itu, setiap tahun, di seputar peringatan kemerdekaan 17 Agustus, kita perlu menyampaikan pesan kepada generasi muda Indonesia bahwa di depan mereka terbentang sebuah kemungkinan besar yang tidak dimiliki oleh generasi-generasi sebelumnya.
Albert Einstein pernah berkata, life is like riding a bicycle: you just have to keep moving, otherwise you will fall down. Hidup tidak pernah berhenti menyajikan begitu banyak kemungkinan baru, baik yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi, maupun oleh perkembangan ekonomi, industri dan hubungan perdagangan antar-bangsa. Generasi muda Indonesia harus terus bergerak, dan dengan sikap optimistis menyambut datangnya berbagai kemungkinan baru tersebut.
Adalah tugas kita semua untuk membantu mereka, memudahkan jalan mereka dalam membawa tongkat estafet dan melanjutkan perjuangan kebangsaan Indonesia.
67 tahun yang silam Indonesia masih termasuk negeri yang sangat miskin, namun dengan dada penuh gelora dan jiwa yang merekah menyambut datangnya kemerdekaan bangsa. Sekarang, perjuangan belum selesai, dan barangkali tidak akan pernah selesai, seperti kata Bung Karno, for a fighting nation, there is no journey’s end.
Tapi insya Allah, jika kita terus bertekad, jika kita mempersiapkan generasi muda kita dengan baik, maka akan datang saatnya, sebelum Indonesia berusia 100 tahun, Indonesia sudah akan tercatat dan berhasil masuk dalam kategori sebagai negara maju, sama seperti negara-negara maju lainnya di Eropa, Amerika, dan Jepang.
Itulah esensi perjuangan kita yang perlu direnungkan setiap kali kita memperingati Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Akhirnya, sekali lagi saya ingin menyampaikan penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Tjia May On, Dawam Rahardjo, Seno Gumira Ajidarma, Wiratman Wangsadinata, Sultana MH Faradz, dan Yogi Ahmad Erlangga. Semoga jasa dan pengabdian mereka menjadi teladan bagi kita semua.
Kepada semua hadirin, saya menghaturkan beribu terimakasih atas kehadirannya pada malam ini. Kepada semuanya, walaupun agak terlalu dini, namun tapi tidak ada salahnya jika sekarang saya menyampaikan selamat Hari Raya Idul Fitrie, selamat lebaran, mohon maaf lahir dan batin.
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamu alaikum Wr. Wb.