Indonesia dalam Impian Saya
Pidato pada Malam Penghargaan Achmad Bakrie XI. Jakarta, 25 Agustus 2013
Pertama-tama saya ingin mengajak seluruh hadirin untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Allah SWT, karena hanya atas rahmat-NYA kita dapat bertemu dan merayakan pemberian Penghargaan Achmad Bakrie ke-11 pada malam yang berbahagia ini.
Selanjutnya, perkenankanlah saya mengucapkan selamat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para tokoh bangsa kita, yaitu para ilmuwan, sastrawan, pemikir, dokter, dan peneliti muda yang terpilih sebagai penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun ini.
Secara bersama-sama mereka semua telah memberi kontribusi besar dalam bidang masing-masing serta memperkaya pencapaian kehidupan dalam masyarakat Indonesia. Profesor Emil Salim dengan karya dan pengabdiannya, Pak Remy Sylado dengan puisi-puisinya, dokter Irawan Yusuf serta Profesor Muhilal dengan dedikasi dan karya-karyanya, serta Doktor Oki Gunawan dengan terobosan dan kreatifitasnya: Mereka semua adalah putra-putra terbaik bangsa Indonesia.
Mereka berkarya, mereka memberi arti pada kehidupan lewat pengabdian di jalan yang jauh dari hiruk-pikuk dan gelimang materi. Dunia mereka adalah dunia penciptaan dan kreatifitas, dunia pengabdian serta kecintaan pada sesama manusia. Lewat itu semua, mereka telah memberi kontribusi yang membanggakan. Dan karena itulah, kepada Emil Salim, Remy Sylado, Irawan Yusuf, Muhilal, dan Oki Gunawan – kepada mereka semua bangsa Indonesia perlu menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya.
Itulah tujuan kita menyelenggarakan Malam Penghargaan Achmad Bakrie. Sengaja waktu perayaan ini dipilih di seputar perayaan Proklamasi 17 Agustus (walaupun untuk tahun ini, karena berimpitan dengan lebaran dan liburan panjang setelahnya, waktu perayaan kita mundurkan sedikit). Inilah salah satu cara terbaik dalam merayakan kemerdekaan: sebab ia mengingatkan serta memberi inspirasi kepada kita semua bahwa kemajuan suatu bangsa hanya mungkin dicapai lewat kemajuan dalam dunia ilmu, lewat terobosan dalam dunia pemikiran dan kreatifitas, serta lewat kemajuan dan pengabdian yang sungguh-sungguh dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Tahun ini kemerdekaan Indonesia sudah berjalan hampir tujuh dasawarsa. Dalam satu generasi ke depan, yaitu generasi anak dan cucu kita sekarang, perayaan kemerdekaan bangsa kita akan bertuliskan 100 tahun, atau seabad kemerdekaan Indonesia, yaitu tahun 2045. Dalam usia saya sekarang, barangkali terlalu berlebihan jika saya berharap bahwa saya masih sanggup merayakan datangnya hari bersejarah tersebut (saat itu saya akan berusia 98 tahun, dan jika diizinkan Allah SWT, pada tahun 2045 saya masih akan kuat untuk jogging dan bermain tenis tiga kali seminggu…).
Tapi saya bermimpi, saya berharap, dan saya kira kita semua sebagai bangsa juga bertekad bahwa perayaan seabad Proklamasi kelak adalah sebuah perayaan yang penuh rasa syukur, sebuah perayaan dengan penuh kebanggaan oleh semua anak bangsa, sebab saat itu Indonesia telah menjadi negara maju, sebuah negara yang telah sepenuhnya modern, sejahtera, dengan kemajuan teknologi, dengan tingkat kebudayaan yang tinggi, dengan tingkat pendidikan dan prestasi anak-anak Indonesia yang tidak kalah oleh bangsa-bangsa maju lainnya.
Itulah Indonesia yang kita dambakan. Itulah Indonesia yang dimaksudkan oleh para pendiri bangsa kita saat memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia 68 tahun yang silam. Indonesia yang membanggakan. Indonesia yang menjadi tempat persemaian kreatifitas dan gagasan-gagasan yang cemerlang. Indonesia yang sanggup memberikan kesempatan kepada setiap warganya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, untuk berusaha sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta untuk menjadi manusia-manusia yang produktif dalam lingkungan masyarakat yang damai, bersahabat dan saling menghargai.
That is Indonesia in my dream. Dan saya yakin bahwa itulah Indonesia yang juga didambakan oleh semua, dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung paling timur zamrud khatulistiwa yang indah ini.
Sekarang, adalah tugas kita semua, sebuah tugas dan kewajiban yang teramat mulia, agar masing-masing dari kita memberikan kontribusi dalam berbagai bidang, betapapun kecilnya, untuk memastikan bahwa mimpi dan tujuan besar tersebut memang akan tercapai.
Kita harus merawat Indonesia, membesarkannya, serta mengantarkannya memasuki pintu gerbang seabad Proklamasi dengan kepala tegak dan mata yang berbinar. Para pahlawan di masa lalu telah melaksanakan peran mereka. Sekarang adalah tugas kita melanjutkannya dengan lebih baik, sesuai dengan konteks dan tantangan zaman globalisasi ini.
Bung Hatta pernah mengutip Isaac Newton, fisikawan Inggris terbesar sepanjang zaman yang menemukan teori gravitasi. Beliau berkata bahwa “kita yang hidup di masa kini sesungguhnya hanya berdiri di pundak orang-orang besar di masa lalu.” Sekarang, di awal abad ke-21 ini, kita mendapat kesempatan emas, dengan pijakan yang cukup kokoh, dengan modal dasar Indonesia yang sudah cukup memadai, untuk terus melanjutkan perjuangan mencapai cita-cita dan mimpi kita bersama. Kita berani bermimpi, dan kita juga harus berani untuk bertindak dalam mengukir berbagai prestasi yang membanggakan.
Seperti yang telah dicontohkan oleh para penerima Penghargaan Achmad Bakrie, yang sekarang jumlah sudah hampir mencapai 50 tokoh dalam sebelas tahun, setiap orang, setiap anak bangsa Indonesia, mampu dan perlu memberikan sumbangan dalam bidang masing-masing.
Itulah tauladan yang baik. Itulah contoh kehidupan yang kita harapkan menjadi inspirasi bagi jutaan anak-anak muda bangsa Indonesia untuk menggantungkan cita-cita mereka setinggi langit dan berusaha mencapai prestasi-prestasi besar dalam hidup dan karir mereka. Anak-anak muda Indonesia harus melangkah lebih jauh lagi, sebab dunia mereka sekarang dan di masa depan menyajikan begitu banyak kemudahan, begitu banyak kesempatan dan peluang untuk maju dan berkembang.
Jika semua itu memang terjadi, maka Insya Allah jalan Indonesia dalam mencapai kejayaan yang paripurna di tahun 2045 akan lebih mulus dan pasti. Adalah tugas dan kewajiban dari generasi orang dengan seumur saya, sebuah generasi di ujung jalan, sebuah generasi di batas waktu, untuk memastikan serta untuk berusaha sejauh mungkin memperkuat fondasi Indonesia agar semua cita-cita mulia tersebut dapat terwujud, baik fondasi dalam dunia ekonomi, dunia pendidikan, maupun dunia politik dan pemerintahan.
Dalam hal itu, perkenankanlah saya dalam kesempatan ini untuk juga mengajak dan menghimbau semua pemimpin dari berbagai kalangan, khususnya mereka yang memimpin di dunia politik dan pemerintahan, untuk tidak pernah lupa bahwa kemajuan Indonesia harus terus diperjuangkan dan hanya mungkin dicapai bukan dengan mempertajam perbedaan yang ada, tetapi justru dengan mencari dan menjalin persamaan yang lebih erat di antara semua elemen bangsa.
Terus terang, himbauan seperti itu juga saya tujukan kepada diri saya sendiri. Insya Allah, saya akan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Kita semua tahu bahwa semakin dekat ke Pemilu tahun depan, suhu kompetisi kepemimpinan di Indonesia akan semakin meningkat. John F. Kennedy pernah berkata bahwa statesmen govern the country with prose, but they campaign with poetry. Karena itu, dalam beberapa bulan ke depan, dari kalangan politisi akan semakin banyak ditebarkan puisi dan janji-janji.
Semua itu tentu saja wajar adanya, sebuah dinamika yang menjadi kembangnya demokrasi yang semakin matang. Namun kita juga berharap bahwa di samping riuh rendahnya janji dan kembang kata-kata, kompetisi politik Indonesia juga memberikan substansi serta memberikan arah bagi perjalanan bangsa kita ke depan.
Dan karena itu pula, acara seperti yang kita lakukan pada malam hari ini, memberikan makna yang mendalam. Lewat pemberiaan Penghargaan Achmad Bakrie ini, lewat dedikasi dan karya tokoh-tokoh penerimanya, kita diingatkan kembali, bahwa siapa pun yang memimpin Indonesia, siapa pun yang ingin mengatur kehidupan orang banyak, siapa pun yang ingin berdiri di garis terdepan dunia politik dan pemerintahan negeri kita – semua harus menyadari bahwa kemajuan suatu bangsa dicapai bukan karena adanya timbunan emas, minyak dan permata. Kemajuan suatu bangsa terjadi karena didorong oleh kreatifitas dan kemajuan dalam dunia ilmu dan pemikiran, oleh ide dan gagasan yang cemerlang, oleh keringat, dedikasi dan kerja keras.
Demikianlah, sebagai penutup, perkenankanlah saya untuk sekali lagi menyampaikan penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Profesor Emil Salim, kepada Pak Remy Sylado, dokter Irawan Yusuf, Profesor Muhilal dan Doktor Oki Gunawan. Karya dan dedikasi mereka telah memperkaya kemungkinan bangsa kita untuk menjadi bangsa yang lebih baik dan lebih berkembang lagi di masa depan.
Tak lupa pula, saya juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh panitia dan penyelenggara acara ini, yaitu Freedom Institute, TVONE, ANTV, Vivanews, serta anak-anak usaha Kelompok Bakrie yang menjadi pendukung acara ini. All of you have done a good job. Semoga acara penghargaan yang sudah baik ini menjadi semakin baik lagi di tahun-tahun mendatang.
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb.